Bahkan saya pernah merasakan bagaimana sosok - sosok unik seniman teater Yogya ketika pernah latihan bareng dengan mentor seperti Jujuk Prabowo, Whani Dharmawan, Jemek Supardi dan Latief Anggoro. Mereka spesial di bidangnya dan total menyatakan diri sebagai seniman teater. Saya pernah hampir terblasuk dan lupa akan kuliah ketika masa - masa latihan dan persiapan pementasan teater yang menuntut latihan dari siang sampai hampir larut malam di sebuah gedung bernama Seni Sono di ujung Malioboro dengan sutradara dan penulis naskah terkenal waktu itu Emha Ainun Nadjib. Betapa berharganya pengalaman waktu itu. Mereka yang total sudah menjadi penyair dan pemain teater, sedangkan saya sejak tersentil untuk kembali konsentrasi kuliah (meskipun terseok - seok juga akhirnya bisa menggenggam ijasah sarjana). Dulu ketika suntuk main teater dunia saya serasa bebas, bercita -- cita menjadi penyair, seniman, berambut awut- awutan "sok nyeni".
Di sisi lain ketika saya juga sibuk latihan silat ada manfaat lain yaitu keberanian, keputusan cepat untuk tidak takut bepergian meskipun tanpa bekal dan persiapan bonek (ini nanti saya ceritakan di artikel berikutnya)
Namun orang tua mengingatkan untuk menyelesaikan yang seharusnya diselesaikan. Ya, tampaknya jalan seniman murniku harus dilupakan. Ternyata panggilan untuk menjadi "guru" akhirnya datang setelah bimbang antara menjadi seniman, penulis dan orang bebas yang tidak terikat pada pekerjaan yang penuh aturan.
Jonggol, 29 Mei 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI