Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ganjar Pranowo Lebih Milenial daripada Elite PDIP

26 Mei 2021   20:51 Diperbarui: 26 Mei 2021   21:01 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar aktif bermedsos, akrab dengan generasi milenial (biz.kompas.com)

Sejak internet muncul dan digunakan untuk membangun branding diri, mengenalkan program- program dengan cara cepat dan instan maka publik figur sering menggunakannya untuk sarana komunikasi. Tidak salah sebenarnya memanfaatkan kecanggihan dengan memanfaatkan benda digital itu untuk menyapa berkomunikasi, membantu mendorong masyarakat bergerak cepat dengan meluaskan prospek bisnis cara memanfaatkan aplikasi untuk mempercepat komunikasi.

Beberapa pemimpin seperti Barack Obama sukses memanfaatkan Blackberry untuk membangun network atau jaringan pertemanan hingga Obama mendapat limpahan dukungan berkat memanfaatkan teknologi canggih tersebut. Joko Widodopun  terbantu dengan banyaknya relawan yang memanfaatkan media sosial untuk mensosialisasikan program dari Joko Widodo.

Joko Widodo sendiri tidak alergi dengan media sosial, ia tahu dan bisa memanfaatkan media sosial untuk memberitahukan banyak kegiatan dengan seringnya ia bertemu dengan masyarakat, liputan kedekatannya dengan rakyat. Pansos dan apapun untuk tujuan positif agar program cepat sampai apa salahnya dan itu wajar dilakukan pemimpin di era digital saat ini.

Tapi agak aneh ketika menelaah kata yang dilontarkan oleh Bambang Pacul, kader PDIP Jawa Tengah, rekan se kader Ganjar. Ini hanya penerawangan saya sebagai penulis yang sebetulnya bodoh bila bicara tentang politik. Ini sebuah opini. Pernyataan Bambang Pacul tentunya aneh di era sekarang. 

Apa salahnya Ganjar bergiat di media sosial untuk meliput kegiatannya turba ( turun ke bawah ), menyapa masyarakat menanyakan tentang keluhan- keluhan masyarakat terkait layanan masyarakat. Mengecek aduan masyarakat yang mengeluh misalnya tentang jalan rusak, proyek mangkrak atau tentang sosialisasi Jogo tonggo saat covid merebak.

Tampaknya ada udang dibalik batu dari pernyataan Bambang Pacul. Wis Kemajon artinya mendahului wewenang pimpinan pusat PDIP. Bukankah bagus jika kadernya bisa selangkah lebih maju untuk membangun daerahnya, apalagi wilayahnya butuh pemimpin yang responsif, gercep mendengar keluhan masyakarat. 

Semakin cepat pemerintah tergerak dengan aduan masyarakat semakin cepat pelayanan diberikan untuk memuaskan kemauan rakyatnya. Apa yang salah ? Kalau kemajon atau keminternya Ganjar itu untuk kepentingan warga bukannya malah menguntungkan partai. Berarti pengkaderan berhasil, dan partai menemukan orang - orang sigap yang tahu bagaimana menyenangkan warga.

Pola pikir orang politik kadang susah dimengerti. Jika pada akhirnya pimpinan DPP sekelas Puan Maharani merasa kecolongan dan kalah pamor dengan anak buahnya berarti ada yang salah dengan dirinya dan gerak politiknya. Mosok di era media sosial saat ini cuma mengandalkan sosok yang pernah berjasa di masa lalu dengan menjadi anak biologis dari tokoh ternama seperti Bung Karno.

Rekam jejak politisi, pejabat publik era digital mau tidak mau memanfaatkan teknologi berbasis komunikasi untuk membranding diri. Di samping melakukan gerak cepat merespon keluhan dan mendengar langsung masyarakat pemimpin harus berani mengikuti perkembangan zaman. Istilahnya lebih milenial.

Saya melihat wajar yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo, terlepas bahwa ia juga berniat memoles diri agar bisa diberi kesempatan untuk bisa dilirik menjadi calon pemimpin di masa depan. Puan sendiri diakui oleh masyarakat meskipun ia duduk dalam pimpinan pusat partai besar, menjadi ketua DPR pula tapi tidak banyak membantu naiknya pamor dia di mata masyarakat. Masyarakat sekarang sudah pintarlah. Meskipun secara pengalaman Puan cukup matang dalam politik, tapi pilihan masyarakat cerdas saat ini tahu siapa yang layak dipilih sebagai pemimpin masa depan.

Bambang Pacul boleh alergi dengan gerak cepat Ganjar, atau kebetulan ia memang kader tradisional PDIP yang sangat setia dengan amanat Ketua Umum, untuk tidak nggege mongso, tidak boleh mendahului, apalagi sampai melibas pamor sang pemimpin partai.

Saya bukan orang yang berprinsip pejah gesang nderek Mas Ganjar, tapi saya melihat sisi positif gerak politik Ganjar. Selama ini pembangunan di Jawa Tengah jauh lebih lambat dari tetangganya Yogyakarta.Misalnya pembangunan jalan. Di Yogyakarta jalan jalan sudah mulus masuk ke desa - desa, dulu beberapa tahun lalu sebelum Ganjar memimpin, banyak proyek jalan fiktif, proyeknya ada jalannya tidak ada.

Perencanaan perbaikan jalan ada namun masih jalan - jalan pedesaan yang rusak parah tidak tersentuh pembangunan. Bahkan ada yang berkata, semoga presiden lewat sehingga mau tidak mau jalan diaspal dan diperbagus. Ini menunjukkan kerinduan masyarakat Jawa Tengah dulu untuk mendapatkan pemerataan pembangunan namun nyatanya banyak pejabat setingkat bupati dan gubernur hanya omdo saja. Proyek ditilep dan pembangunan pun terbengkalai.

Sekarang di era Ganjar sudah banyak kemajuan, investasi naik, jalan - jalan mulai mulus sampai ke pelosok, gerak pariwisata, pembangunan ada di mana - mana. Ya meskipun masih saja kekurangan di sana - sini termasuk pencegahan banjir di alur utara Jawa Tengah yang masih susah diatasi namun, sudah banyak kemajuan dengan cepatnya pemerintah daerah menyerap keluhan masyarakat.

Di Era Ganjar kemajuan pembangunan itu tampak dan masyarakat mencatat sebagai sisi positif pemimpin seperti dia. Kalau sekarang Ganjar memanfaatkan media sosial sebagai sosialiasi pembangunannya apa salahnya. Dan kalaulah itu berpengaruh pada elektabilitas yang meningkat dan diendus oleh lembaga survey itu bukan salah Ganjar.

Kalau Bambang ingin terkenal dan bisa sejajar dengan Ganjar tidak perlulah alergi dengan media sosial. Asal dimanfaatkan untuk tujuan positif toh, media sosial bisa memberikan keuntungan yaitu pansos, panjat sosial, nama di kenal dan gerak dirinya diikuti. Meskipun berekses pada ruang pribadi yang "agak " terganggu toh tidak dosa untuk membranding diri agar dikenal masyarakat.

Jadi aneh dengan pola pikir Bambang Pacul. Apakah ada motif iri hati, atau karena ia ingin selalu didengar atasannya sebagai wujud kedekatannya dengan pimpinan pusat partai? Entahlah. Untuk saat ini apa yang dilakukan Ganjar menurut saya masih wajar. Masukan untuk Pak Ganjar, tetap senyum saja Pak dhe. Kalau ada sindiran. Senyum saja, Mie nya bagi - bagi kalau dua kebanyakan ya sisihkan untuk mereka yang membutuhkan, Kalau satu masih kurang ya tunggu lapar lagi, saat yang pas nyantap lagi.

Sama saya juga ingat waktu nge kost di Yogya dulu, Mie itu teman di kala uang kiriman kost sudah cekak. Paling jarak anda  di Bulaksumur dan saya yang di Karangmalang tidak jauh. Bahkan mungkin pernah sama sama makan di warmindo yang kebanyakan penjualnya orang kuningan. Hahahaha...

Pokoknya maju terus Pak Dhe...jogo tonggo, gercep dan selalu mendengar keluhan warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun