Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Modal Mulut Saja Tidak Cukup Kawan

29 April 2021   20:47 Diperbarui: 29 April 2021   21:53 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mulut babi ? (metroworld.id)

Banyak manusia yang kini mengandalkan mulut untuk membuat jejaring, mempengaruhi kegundahan manusia yang mempunyai ilmu sedikit namun ingin cepat sukses dan kaya. Eloknya banyak yang terpedaya karena faktor mabuk. Mabuk uang, mabuk kekuasaan, mabuk agama pula. Para pemuka agama lebih sibuk berpolitik, sehingga antara politik agama campurbaur tidak karuan.

Mulut Tajam melebihi Pedang

Banyak penceramah hanya mengandalkan mulut, bukan dengan hati, lebih- lebih malah karena hasrat dengki yang membara, mengapa harus mengupas kekurangan orang, atau keyakinan lain demi menjaring pengikut. Mengapa harus meracuni pengikut dengan kata- kata yang seakan - akan wajib didengar dan wajib dipercaya. Mulut menyihir dan kemudian memecah belah pertemanan dan persahabatan yang sejak kecil terjalin. Dulu Acong sangat akrab dengan Abdul, Juga bersahabat dengan Made, sekarang setelah besar mereka terpisahkan oleh  doktrin fanatisme yang dibawa oleh agama dan etnis masing- masing. Persahabatan menjadi ambyar hanya karena kepercayaan radikal yang melekat.

Padahal persahabatan dan pertemanan tentu tidak mempermasalahkan perbedaan, justru perbedaan itulah yang memperkaya  pertemanan. Laku bagaimana menyatupadukan ikatan persahabatan yang terpisahkan oleh keyakinan yang dibawa dari budaya seberang yang tidak cocok dengan karakter manusia pribumi.

Mereka berseteru mempermasalahkan siapakah sebenarnya yang paling benar. Mereka tidak tahu seperti perspektif memandang titik  pandang manusia selalu berbeda. Tiap orang mempunyai sudut pandang berbeda.

Perbedaan tidak untuk dijadikan alasan saling membenci, justru perbedaan itulah yang menghasilkan harmoni. Dalam sebuah orchestra dengan suara musik beda antara satu dengan yang lain, namun bisa disatupadukan dalam irama yang sama, saling mengisi, saling berkelindan dan saling menutup celah kekosongan, jadilah sebuah konser sempurna.

Ketika mulut tajam bagai sembilu mengecoh banyak orang, lalu muncul provokasi dan mempercayai berita - berita yang belum tentu benar, tapi karena beritanya dengan gencar disuarakan oleh seorang tokoh agama, maka banyak yang percaya karena banyak tetangga yang sudah penuh doktrin - doktrin keimanan jadi mudah percaya oleh suara menggelegar penceramah yang seakan sudah merasa benar sendiri.

Banyak yang bergerak dari mulut manis dan kepintaran seseorang bernarasi lewat mulutnya. Karena terucap dari sosok penceramah, pastilah dianggap sudah berlisensi dan lolos sensor dari lembaga penjamin mutu penceramah. Namun ternyata banyak penceramah terjebak susah membedakan agama dan politik. Merasa yakin bisa menjadi penceramah tapi tergiur juga dengan aroma kekuasaan dan gengsi tinggi.

Jadilah hati yang seharusnya lurus dan penuh kerendahhatian kemudian dipenuhi oleh intrik dan kemaksiatan. Semula belajar agama untuk semakin mengasihi dan meluruskan yang bengkok - bengkok dari keimanan yang dangkal, namun akibat salahmenafsirkan ayat menjadi rancu malah berakhir menjadi mesin pembunuh mengerikan.

Fenomena Babi Ngepet

Ada banyak peribahasa yang mengiaskan tentang betapa kejinya lengkingan mulut yang membuat semula tenang, penyabar dan pengampun mendadak pemberang dan gampang memainkan playing fictim, fitnah keji tentang status pengangguran karena jarang keluar rumah dengan menghasut masyarakat bahwa yang tertuduh itu bisa berubah menjadi babi. Mereka berubah menjadi babi dengan tubuh telanjang. Ya iyalah babi tidak berbusana. Kalau babi berbusana maka namanya babi kenthir.

Kalau ada babi sukanya ngepet - ngepet karena badannya yang membuat babi jalannya ngepet. Kasihan juga babi. Ia salah satu babi yang selalu difitnah dan diucapkan untuk memaki dan dijauhi oleh yang maha suci. Ya sekelas kambing yang selalu dijadikan biang rusuh, biang kesalahan padahal manusia sendiri yang sering melakukan tapi tanggungjawabnya dilemparkan kepada kambing terutama yang warnanya hitam.

Kini sedang heboh muncul cerita tentang babi ngepet. Endingnya ternyata dilakukan oleh penceramah yang sedang sepi job, niatnya sih untuk pansos, dan terkenal beneran tetapi langsung diseret ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan mulutnya yang ringan menarasikan kebohongan. Duh zaman apa ini. Benar mungkin ramalan dari Pujangga Mataram  Ronggowarsito jamane jaman edan... yen ora edan ora keduman. O alah babi babi nasibku kok tragis amat.makanya jangan diucapkan dengan lafal biasa, babi, ucapkan dengan lafal bahasa Inggris pasti banyak yang menyayangi. Baby cayank. Tak kintang kintung tak kintang kintung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun