Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Tragedi Sandal Jepit

28 April 2021   14:32 Diperbarui: 28 April 2021   14:39 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terlempar sandal jepit (perwara.com/ft:net)

Ini sebetulnya cerita lucu - lucuan dari status teman saya. Namun  saya akan menceritakan kembali maaf kalau dikatakan copy paste. Tapi saya pengin ketawa kalau melihat statusnya. Kalau menyangkut cerita norak dan cenderung kenthir saya lagi suka. Alasannya lebih baik membaca status lucu daripada membaca komentar netizen tentang politik dan agama yang bikin pusing.

Ini cerita dia, teman satu angkatan jurusan seni rupa, entah dapat darimana ceritanya yang jelas saya ngakak kalau baca statusnya. Ceritanya begini:

Mas Bro sudah beberapa hari kerja keras, bekerja siang malam, suatu malam ia mengeluh pada istrinya.

"Beib, badanku ini rasanya tulang dan sendi pegal semua, capek lelah. Beib minta tolong please pijitin ya dan injak - injak badan biar enak, badan lebih segar. "

Tentu saja Mas Bro berani mengatakan minta tolong diinjak -- injak karena badan istrinya bukan termasuk emak -- emak berbadan subur, ya cukup cungkringlah sehingga ketika badannya diinjak -- injak dia ya masih enak dan bukan tambah pegal."

Istri Mas Bro menyanggupi. Maka malam itu juga Mas Bro puas dengan servis istrinya.

"Beib, enak badan Papa setelah diinjak - injak tadi. Terimakasih, Ya, "dan segera ciuman mendarat di pipi istrinya. Wajah istrinya tampak sumringah dan tersenyum. Wajahnya berbinar oleh sanjungan suaminya.

"Tenang ya Beib besok saya beri hadiah khusus. Hehehe..."

"Gak perlu cari hadiah, Pa, cukup kamu pengertian saja sudah cukup."

"Wih ini yang Papa suka dari kamu Beib, tidak neko -- neko. Asal jangan marah seperti kemarin."

"Habis kamu sih kadang -- kadang."

"Kadang normal, kadang kalau kenthirnya kambuh ngeselin."

"Ya sudah lain kali Papa janji tidak mengulangi hal seperti kemarin lagi."

"Ya, tapi camkan jangan ulangi perbuatan konyol seperti kemarin."

"Ya deh. Beib aku tidur dulu ya."

Tidurlah Mas Bro dan terlelap sampai pagi. Pagi harinya ia tidak lupa pada janjinya. Mas Bro membeli satu paket Pizza. Istrinya tentu saja girang karena makanan itu termasuk favoritnya bersama anak -- anak.

Anak Mas Bro ada tiga laki -  laki semua. Kalau sudah berantem kadang bikin kesal terutama Ayang Beib atau nyonya yang sering ngomel - ngomel. Kadang omelannya yang berentetan bikin pengang kuping.

Suatu pagi, tampak muka capek, lelah, kesal terpancar di wajah Istri Mas Bro'

"Beib ada apa sepertinya kamu lagi kesal. Mukamu memerah begitu."

"Iya, saya capek melihat tingkah laku anak -- anak capek mulut ini menasihati. Tidak didengar. Padahal saya kurang keras apa. Semakin diomeli semakin ngelunjak mereka. "

"Tidak usah dibawa serius Mam, nanti darah tinggi lo, malah jadi penyakit. Iya kadang saya sendiri merasa Papa nggak banyak membantu menasihati mereka sih."

"Ya lain kali saya tegur mereka."

"Selalu janji saja tapi jarang dilaksanakan."

"Ehm, begini Beib,  Ayang Beib khan capek mulutnya, mungkin seharian ngomel - ngomel terus. Bagaimana kalau saya menawarkan jasa biar Beib nggak capek."

"jasa apaan ?"

"Beberapa hari yang lalu Ayang Beib khan sudah menginjak - injak badan Papa dan enak rasanya setelah diinjak - injak. Kali ini  gantian. Mulut Beib khan capek Papa injak supaya lebih enakan."

"Apaaaaaaa?!!!!!"

"Mulut Ayang Beib papa.... In..."

"Plakkkkkk!". Tiba tiba sandal jepit Ayang Beib melayang ke muka.

"Duh, kumat lagi Kenthirnya."

Mas Bro langsung terbengong kebingungan.

"Itu sandal jepitnya Munarman yang ketinggalan ya  Beib?"

"Au Ah."

(Ini cerita sudah saya modifikasi sehingga muncul cerita rekaan berdasarkan cerita dari status teman saya, maaf kalau ada yang tersinggung   sekedar intermezo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun