Dalam sebuah usaha jangan sekali - sekali membayangkan kegagalan, sebab biasanya jika belum apa- apa sudah berpikir tentang kegagalan maka hasilnya ya seperti apa yang dipikirkan. Gagal.
Aneh kalimat di atas tapi nyatanya banyak orang merasakan. Kegagalan kata orang adalah kesuksesan yang tertunda semakin sukses berusaha keras untuk melakukan percobaan semakin sering manusia mengalami kegagalan. Hanya ada beberapa orang yang kuat menerima kegagalan demi kegagalan hingga akhirnya sukses, tetapi banyak orang yang ketika sudah gagal tidak mau usaha lagi.
Vincent van Gogh dan Cerita Kegagalan
Ada beberapa contoh orang yang sering dalam hidupnya merasa selalu gagal, termasuk pelukis Belanda bernama Vincent van Gogh. Dia gagal meyakinkan kolektor untuk membeli lukisannya, gagal meyakinkan bahwa lukisannya berkualitas pada masanya hingga ia harus tinggal di rumah sakit Jiwa. Sambil terus melukis meskipun mungkin ia yakin bahwa apapun lukisannya banyak orang pada masanya akan selalu bilang lukisan apa itu. Mereka belum mengerti dan tidak sadar bahwa lukisan visioner van Gogh akan sangat berharga di kemudian hari.
Kegagalan Penulis adalah...
Kegagalan adalah sukses yang tertunda, tapi bagi van Gogh ia tidak merasakan kesuksesan ketika ia hidup, ia dianggap pelukis sukses besar setelah melewati satu masa di mana ia tidak merasakannya. Mungkin itu yang terjadi juga pada dunia tulisan. Ada perasaan tulisan - tulisan yang ditulis seorang penulis tampaknya tidak pernah dihargai, sedikit pembaca yang mau melirik dan membacanya. Tulisan itu terlalu jauh mengawang- awang, tidak kekinian, terlalu naif, tidak terjangkau dan sunyi karena jarang ada yang mau membaca. Karya itu hanya mengendap dan tertelan rasa sepi di masanya, Kegagalan sudah di depan mata. Tetapi sang penulis yakin bahwa suatu saat, di saat waktu terus berputar dan masa demi masa terus bergerak seperti roda, tulisan akan mendapatkan apresiasi, ada saatnya tulisan akan melambung ke atas, terkenal dan dihargai. Maka sang penulis itu menulis dan terus menulis tidak peduli ia hanya menjadi anak bawang bagi penulis lainnya, menjadi produk gagal bagi sebuah mazhab. Hidup mengalir dan semuanya harus dijalani sebagaimana mestinya.
Terkadang saya ( penulis) merasakan hal seperti itu ketika menemui kenyataan. Tulisan yang sudah saya tulis, betapa sedikitnya pembaca. Apa mereka tidak mengerti yang sedang saya pikirkan. Mereka tidak mengerti lompatan ide dari tulisan- tulisan saya. Semuanya di ukur dengan SEO, google trend, judul bombastis yang mengundang pembaca judul untuk melirik.
Ternyata banyak sekali pembaca instan yang hanya melirik paragraf- paragraf awalnya, lalu mereka dengan cepat melompat- lompat dari satu artikel ke artikel lainnya. Sesekali pembaca membacalah tuntas, renungkanlah dan resapi isi bacaan. Pasti ada misi dibalik sebuah tulisan. Karena setiap pemikiran penulis akan selalu menemukan kebaruan ( novelty) tidak pernah ada yang sama jika itu benar- benar pemikiran penulis dari pikiran murninya. Kecuali penulis dengan sengaja menjiplak dan mengcopy pemikiran penulis lain, itu pelacuran namanya.
Apa yang di pikirkan SEO masa kini hanya akan menghambat laju ide. Apakah setiap penulis harus bersetia untuk mengikuti aturan baku bila ingin menjadi penulis yang sukses menjaring pembaca atau istilahnya  viewer. Kata orang Belanda Godverdomme Zeg, sialan kenapa banyak pembaca tidak mengerti apa yang aku pikir sih. Payah.
Paragraf itu menunjukkan rasa putus asa penulis akan kondisi pembaca saat ini. Tetapi hasil tulisan yang tidak disukai pembaca pasti tidak akan dipedulikan oleh penulis, pengarang sekelas Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya meyakini bahwa "Karena kau menulis. Suaramu  takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."
Para pembaca budiman, dan para penulis yang merasa gagal meyakinkan pembacanya bahwa ia adalah penulis yang baik. Kegagalan adalah manusiawi. Kalau gagal karena susah dipahami orang lain mungkin karena mereka belum tahu bahwa setiap pemikiran murni dari penulis adalah sebuah oase. Oase yang akan berguna nanti entah kapan.
Kalau penulis gagal meyakinkan pembacanya, masih bingung membaca paragraf demi paragrafnya, biarlah tulisan mencari takdirnya sendiri.  Yang penting tetap menulis, menulis dan terus menulis sebab masih bicara dengan tulisan Pramoedya  Hidup sungguh sangat sederhana yang hebat -- hebat itu tafsirannya. Mungkin banyak penulis yang gagal memahami diri sendiri, padahal suatu masa bila menemu jodohnya dan ada banyak orang memberi tafsir hebat atas tulisan penulis maka akan ada masanya penulis sukses mengubah persepsi pembacanya.