Mempunyai saudara kandung itu sebuah anugerah. Apalagi saudaranya lebih dari dua. Ketika sudah beranjak besar, ketika sesama saudara mempunyai karakter dan sifat yang berbeda-beda, muncul rivalitas, muncul persaingan untuk mendapatkan jatah kasih sayang yang sama dari orang tua. Ada rasa cemburu ketika ada salah satu anak yang diistimewakan. Muncul istilah yang sering dijadikan tulisan di blog Sibling Rivalry.
Kecemburuan itu membuat ada perasaan benci muncul pada saudara kandungnya. Rivalitas itu semakin sengit. Kalau laki - laki biasanya langsung bentrok secara fisik alias berkelahi, saling bertengkar hebat yang diakhiri dengan drama fisik yang membuat mereka mungkin terluka akibat bentrokan tersebut. Tetapi biasanya kebencian dengan saudara kandung itu relatif jangka pendek. Selalu ada kerinduan untuk berkumpul, dan saling berdebat lagi.
Saat Jauh Kangen Saat Ketemu Biasa Saja
Sebutlah bahwa perdebatan itu adalah bumbu kehidupan, tanpa berdebat tanpa "bertarung" rasanya sepi. Kakak kangen pada adik karena kengeyelannya, adik kangen pada kakak karena ingat bahwa kakaknya selalu sayang dan melindunginya. Saya sering mengamati tiga anak saya saat bercengkerama, tiba - tiba terjadi perdebatan sengit, saling serang, pada perempuan berakhir dengan tumpahnya tangisan, pada anak laki - laki diakhiri dengan adu jotos.
Saling mengumbar kebencian itu hanya sesaat setelah "adu jotos" dan berdebat seru, hingga ada yang menangis, tiba - tiba dalam hitungan menit sudah tertawa bareng, saling bercengkerama. Aneh khan rivalitas mereka.
Antara benci dan sayang itulan rivalitas mereka. Yang menonjol adalah semasa masih anak- anak. Antara benci dan sayang itu tipis bedanya. Semakin besar rivalitas mulai berbeda. Timbul kecemburuan yang berdurasi cukup lama, bahkan ada kakak adik yang saling diam dalam jangka berminggu- minggu, berbulan- bulan bahkan bertahun - tahun.
Tapi saya yakin kebencian saudara kandung itu akan bercampur dengan rasa kangen yang membuncah. Kendalanya mungkin karena harga diri terlalu tinggi sehingga ada hambatan untuk menyatukan kasih sayang.
Di antara saudara kandung itu karakter dan sifatlah yang membuat mereka sering bertengkar dan muncul rasa cemburu. Ada yang gampang bergaul, ada yang selalu tenggelam dengan persoalan diri dengan lebih sering mengurung diri di kamar dan sibuk dengan diri sendiri, ada yang malah jarang di rumah karena merasa sebagai anak alam yang lebih happy bila sedang berada di luar rumah. Perbedaan karakter itu yang membuat adik kakak berjarak.
 Persaudaraan Perempuan Lebih Kompak?
Terlihat betapa kompaknya mereka, tapi ada juga sesekali mereka terpisahkan dan saling tidak tegur sapa dalam jangka cukup lama, itu mungkin dipicu oleh salah satu saudaranya yang punya karakter pendendam, dan susah memaafkan. Tapi lama- lama kebencian itu cair sendiri dan pulih seperti sedia kala. Beda dengan kandung saya. Sejak lama sifat saya terutama memang pendiam, jarang berkomunikasi, jarang mengajak ngobrol dengan saudara kandung saya.
Bukan karena tidak sayang tapi lebih karena tidak terbiasa ngobrol. Dari kecil kami mempunyai dunia sendiri. Saya lebih senang membaca dan diam duduk di rumah kalau tidak penting, meskipun sekali keluar saya lebih senang dengan dengan petualangan, menyusur, sungai masuk hutan, menikmati sawah atau nonton pertunjukan seni.
Adik saya jauh lebih luwes, karena banyak temannya, sering dijadikan pemimpin dalam misi kenakalan anak- anak. Lebih berjiwa pemberontak dan sering tidur di luar rumah. Ia suka persaingan dan pertemanan, sedangkan saya lebih suntuk pada bacaan dan petualangan tanpa melibatkan orang lain. Istilahnya saya lebih introvert sedangkan adik saya lebih ekstrovert.
Masa dewasanya adik saya memang dekat dengan dunia luar. Dengan luasnya pergaulan sedangkan saya lebih tenggelam dalam dunia tulis menulis dan seni. Dalam jenjang karir adik saya sering sekali diminta untuk menjadi pemimpin, dan ia memang mempunyai aura pemimpin yang kuat. Sedangkan saya lebih suka pada dunia imajinasi, kebebasan dan tidak mau terikat.