Apakah Daeng Khrisna berganti profesi dari penulis ke pemain sepak bola. Lalu jika main sepak bola ia sebagai gelandang serang, striker, atau sebagai winger. Tidak mungkin pula ia bermain kiper. Yang sering melakukan hatrik itu hanya gelandang serang, winger ataupun striker.
Yang menjadi pertanyaan apakah Daeng Khrisne masih sanggup melakukan sprint ataupun melakukan gocekan yahud ke muka gawang. Senjatanya apa hingga mampu mempertontonkan permainan yahud hingga menghasilkan tiga gol akurat ke gawang.
Coba saja komentator Valentino Simanjuntak pasti sudah teriak - teriak membayangkan sosok seperti Ronaldo dan Messi yang biasa membuat gol Hatrik. Di klub mana Daeng bermain, padahal sudah beberapa hari menghilang dari aktivitas menulis di Kompasiana. Jangan - jangan benar selama menghilang ia berlatih keras untuk menggiring, mendribel, dan memainkan bola secara taktis.
Kalau melihat sosoknya Daeng rasanya aneh ia jika ia banting setir menjadi pemain bola, kalau jadi pengamat dan pemerhati serta pandit sepak bola bolehlah karena beliau memang jago menulis, lalu mengapa ia bisa melakukan hatrik.
Ya tentu saja karena ia selalu menyiapkan pola latihan mirip CR 7 Â Penjaga gawang dan pemain lainnya selalu segan jika sudah berhadapan dengan CR 7 dan kalau misalnya saya penjaga gawangnya lebih aman kabur daripada menerima tendangan geledeknya.Â
Lalu mengapa seorang Daeng bisa melakukan hatrik dengan manis, karena pola pikirnya dan taktiknya sudah menyatu, hingga apapun yang dilakukan akan menjadi menarik, artikel yang recehpun bisa disulapnya menjadi artikel yang enak dibaca sekaligus mengandung masukan bagus bagi masyarakat pembaca.
Sayang memang jika Daeng berganti profesi. Ia sudah pas menjadi penulis, kenapa harus menjadi pemain Bola yang butuh stamina atau fisik yang prima. Sudah banyak pemain lain yang lama berlatih dan kerja keras untuk menjadi kampium seperti Messi dan Ronaldo kenapa Bung Khrisna mesti datang dan mengubah peta sepak bola dunia dengan hatriknya?
Ah ternyata saya sedang berkhayal mengenai hatrik. Yang saya maksudkan hatrik itu ternyata adalah hari ini saya melihat Daeng Khrisna tengah berada di puncak artikel terpopuler, Di puncak Nilai Tertinggi dan mendapat kehormatan Artikelnya masuk ke Artikel Utama. Bagi Daeng itu tidak mengagetkan. Memang sudah kelasnya ia selalu di papan atas jajaran penulis terbaik Kompasiana.Â
Sebab nyatanya tulisannya selain renyah juga berkualitas. Tidak perlu heran, ia memang piawai menyerap dan memainkan kata. Ia banyak menyerap bahasa -- bahasa daerah hingga muncul ke permukaan. Novelnya yang saya miliki yaitu  Kita,kata dan Cinta selalu ingin saya baca untuk mengenal istilah bahasa serapan dan bahasa lokal yang dinasionalkan. Coba Baca artikel tentang Saudade, Ramadan dan Merayakan kehilangan Mendalam.
Sudah cerdas para pembaca melihat artikel yang cadas sekaligus mencerahkan. Makanya sayang jika melewatkan tulisan- tulisannya. Kalau ia melakukan hatrik dan mendapatkan anugerah NT, terpopuler, Headline apa kejutannya. Yang mengejutkan kalau saya mendapatkan apa yang biasa Daeng dapatkan.
Ya, artikel ini hanya candaan saja, tapi saya memang kagum dengan para penulis yang bisa bercerita dengan menarik. Dari dulu saya menyukai bahasanya pelaku budaya, Gunawan Muhammad, Tulisan renyahnya Umar Kayam, Puisi sederhananya Sapardi Djoko Damono, artikel bola dengan tone humanisme dan story telling kuat dari Romo Sindhunata, atau esai mirip tulisan Umberto Eco dari kolumnis Kompas Bre Redana. Seno Gumira Ajidarma. Â Radhar Panca Dahana.
Tapi membaca karya mereka pun bukan jaminan hasil tulisan saya sebagus mereka, mungkin hanya 'ngarep.com" sekedar memacu diri untuk meningkatkan kualitas menulis, paling tidak dalam alam bawah sadar dengan membaca tulisan -- tulisan bermutu akan membuka secara spontan aliran tulisan mirip dengan idola para penulis pesohor itu.
Tapi di Kompasiana pun saya seringkali menemukan tulisan mengejutkan dan saya sebetulnya kangen membaca tulisan dari Cak Robi Gandamana yang tumben hari ini nongol. Bicara tentang kucing dan anjing yang tidak punya hak. Tapi benar bisa saja ia mengemas tulisan nakal, menohok tapi tidak bikin marah. Maaf Daeng kalau saya mencatut nama anda bukan untuk bahan candaan namun sebetulnya saya memang kagum, tapi terus terang susah mengejar luasnya wawasan Daeng. Tulisan ini untuk  sekedar melepas hasrat menulis. Salut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H