Kalau ketakutan akan kematian semua orang pasti mengalami, tapi apapun kematian bagai manusia hanya masalah waktu, tapi ketakutan akan pengaruh agama lain membuat manusia cenderung curiga bahwa agama lain akan membuat agamanya terancam dan dengan alasan apapun baik bahasa, baik simbol seperti gedung, atau yang berbau agama lain seperti sekedar mengucapkan selamat menjalankan ibadah agama atau selamat Natal dilarang.Â
Bila mengucapkan berarti mengakui agama lain benar. Aih sampai sejauh itu kakak. Toh apa salahnya mengucapkan tidak akan mengurangi keimanan seseorang. Kalau imannya kuat mau ikut berdoa, mau masuk dalam tempat ibadah agama lain apa masalahnya. Masalahnya tentu pada pikiran yang terlalu jauh melihat sebagai ancaman.
Coba kalau berpikir rasional, dengan jernih dan pikiran terbuka pasti tidakkah masalah bila seseorang mengutip ayat suci agama lain. Jika itu ajarannya segaris senada kenapa harus takut, khan ajaran yang benar bukan ajaran sesat. Itulah mengapa tidak perlu overthinking dalam memahami dan meyakini agama. Andaikan baju saja dan cara yang berbeda dalam tunduk dan luruh dalam ajaran Tuhan yang Maha Esa. Masalah cara berdoanya dengan berteriak, diam, menunduk, larut dalam suara alam itu hanyalah salah satu cara untuk memuji keagungan Tuhan.
Jadi ketika agama menjadi biang kerusuhan, berdarah- darah dan menimbulkan konflik yang berakhir tragis siapa yang salah?  Manusianya sendiri yang harusnya sadar bahwa  manusia tidak terlalu jauh curiga atau ketakutan pada agama lain. Semua ajaran agama mengacu pada cinta kasih, dilarang membunuh, menghormati orang tua, bertingkah sopan pada yang lebih tua.
"Ah, bang kau introspeksi diri atau sedang ceramah", Saya tercekat.
" Semakin lama bicara saya cenderung menjadi penceramah, tidak ah, saya itu bukan penceramah sekedar orang yang sering termenung, merenung. Saja."
"Tapi secara umum pernyataan anda mencerahkan."
"Terimakasih,tapi sebetulnya saya hanya ingin mengingatkan diri sendiri saja kok tidak lebih."
"Yang baik bisa juga menjadi masukan bagi kami juga."
"Oke santai saja saya lagi pesan Susu Jahe penghangat badan di Angkringan belokan sana, mau saya traktir."
"Oh, tentu dong tidak nolak."