Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengulik Lontaran Kritik Kwik Kian Gie tentang Ketakutan Mengkritik di Era Jokowi

9 Februari 2021   14:43 Diperbarui: 9 Februari 2021   15:17 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini ketika pendapat masyarakat langsung bisa dilakukan di media sosial, siapapun orangnya harus bisa mengukur seberapa efeknya jika terlalu berani membuat kritikan. Lawannya bukan pemerintah tapi buzzer.

Bagaimana dengan pendapat bahwa rezim ini sama dengan orde baru karena sedikit -- sedikit dipenjara karena beda pendapat dengan pemerintah. Kadang masyarakat itu tidak bisa membedakan mana yang dikategorikan mengkritik dan mana yang melontarkan ujaran kebencian. 

Ujaran kebencian cenderung menyerang pribadi, bukan institusi, melontarkan fitnah yang kadang hanya berasal dari isu dan berita bohong. Banyak netizen berpendapat bahwa pemerintah otoriter karena sering memenjarakan orang gara -- gara melontarkan ujaran kebencian yang menyerang pribadi.

Nah kebebasan demokrasi kadang dimaknai beda. Ada yang menterjemahkan bebas sebebas- beasnya sampai mengolok -- olok dan menyerang phisik, bukan ideologinya. Yang tidak diperbolehkan itu jika melontarkan ujaran kebencian, bukan mengkritik. Mengkritik tajam sejauh ini dibolehkan asal ada solusinya. Malah kritik diperlukan untuk mengendalikan pemerintahan sehingga tidak terkesan otoriter.

Banyak netizen dan buzzer abal-abal yang mengkritik asal mengkritik, tidak bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dalam etika mengkritik. Kalau media sosial dibiarkan gaduh dan dengan seenaknya membuat meme yang menyerang pribadi, menyerang dengan mengolok-olok fisik dan melontarkan kata - kata kasar yang tidak patut apakah dibiarkan saja.

Bahkan kadang-kadang ujaran kebencian itu muncul dari pemuka masyarakat, penceramah agama dan mereka oposisi yang membabi buta dalam melontarkan kritikan tanpa acuan yang jelas.

Saat ini tokoh seperti Kwik Kian Gie harusnya ikut membantu agar Indonesia bisa bersama - sama sejalan sepenanggungan mengatasi dampak dari pandemik covid 19. Tanpa partisipasi masyarakat dan tokoh- tokohnya pemerintah akan kewalahan menghadapi tekanan demi tekanan dari berbagai sisi.

Sepertinya saya terkesan membela pemerintah, ya sebab ada yang khawatir pasat karet Undang Undang ITE menjadi momok menakutkan di mana masyarakat takut mengkritik, sebab kadang kritik banyak diabaikan sedangkan ujaran kebencian dengan pasal karet akan mempermudah seseorang dijebloskan dalam penjara.

Memang membingungkan juga, tapi saya melihat masyarakat sendirilah yang harus bisa mengukur diri mau mengkritik ya harus tahan uji, kalau takut resiko ya mending diam, menulis dan melukis. Anggap saja menulis sebagai saluran kritik dan melukis atau membuat gambar bebas berimajinasi mampu mengeluarkan unek-unek tentang ketidakadilan.

Yang berkuasa dan yang punya uang saat ini tetaplah orang yang susah dijungkalkan, tanpa posisi kuat anda akan tetap menangis bombay meskipun sudah memberikan alasan sememelas apapun tetap saja yang punya uang dan berkuasa lebih gampang menekan.

Jadi kalau mau menjadi pengkritik saat ini, silahkan saja kalau saya mending menulis yang baik - baik saja. Terserah mau dikatakan cemen, sumonggo kerso. Kalau susah hidup tetap saja pikiran jiwa dan diri saya yang menanggung. Memangnya buzzer peduli. Jadi Pak Kwik kalau mau tetap eksis anggap saja serangan buzzer angin lalu saja. Buzzer itu bukan milik pemerintah saja, oposisi juga punya sepasukan buzzer. Mau melawan netizen, sampai mulut berbusa tidak akan menang. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun