Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekolah Seni Rupa, Media Digital, dan Seni Budaya yang Mulai Tergerus

6 Februari 2021   11:55 Diperbarui: 6 Februari 2021   18:18 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni Itu tanpa batas, tapi berubah

Zaman dahulu, mencari referensi seni, lukisan yang bagus, buku-buku yang yang cocok untuk pengetahuan seni tidak semudah sekarang mencari sumbernya. Dulu mana ada tutorial menggambar, tutorial membuat karya kerajinan.

Sekarang bodoh rasanya jika mahasiswa dan pelajar tidak menjadi lebih baik dari pelajar dan mahasiswa seni rupa zaman dahulu yang harus berkeringat dahulu mencari sumber referensi untuk menambah luasnya wawasan seni dan pengalaman seni.

Sekarang tanpa beranjak, dengan hanya melihat layar digital, pelajar, mahasiswa bisa menyerap ide - ide bejibun dari layar digital. Trik menggambarpun dengan mudah ditemukan. Berbagai manuver dan proses kreatif bisa dicari dengan hanya mengetik kata kunci. Hampir semua yang kita pikirkan tersedia...

Sekolah Seni Dan Pengaruh Media Digital

Seni visual telah memanjakan manusia. Dengan serbuan seni visual itu berapa banyak yang mengetahui secara persis teori seni. Pernah diajarkan teori nirmana, prinsip seni, pengenalan unsur- unsur seni.

Sebetulnya teorinya sih tidaklah terlalu menentukan, tapi tidak ada salahnya sih mengenal teori-teori seni, filsafat seni, metodologi seni, toh jika butuh tinggal buka mbah google, cari referensi tentang dunia seni.

Secara praktik para pelajar sudah dibanjiri oleh informasi dan gambar serta video tentang cara melukis, menggambar otodidak, trik -trik mewarnai.

Sungguh beruntung pelajar dan mahasiswa sekarang. Jika mereka berharap masuk dalam dunia seni, secara otodidakpun mereka mempunyai ruang luas untuk belajar.

Dengan demikian apa perlu lagi ada universitas atau SMK jurusan seni? Tetap perlu kalau saya berpendapat.

Saat ini seni visual memang lebih dominan dan meskipun teori seni dan ilmu praktis tentang seni rupa  gampang didapat tapi keberadaan sekolah seni akan mendorong pelajar dan mahasiswa mengenal metodologi ilmu estetika, desain, sejarah seni secara sistematis.

Para sarjana seni menjadi penggagas yang bekerja keras menjadikan seni sebagai andalan menyeimbangkan nalar kecerdasan logika dengan kecerdasan estetika, kehalusan budi dan luasnya ruang lingkup seni budaya.

Ruang pameran seni IKJ, ruang praktek IKJ (senirupa ikj.ac.id)
Ruang pameran seni IKJ, ruang praktek IKJ (senirupa ikj.ac.id)
Sudah terbukti bahwa seni dan kiprahnya bisa memberikan kesempatan Indonesia bisa bersaing di dunia internasional. Banyak talenta-talenta muda yang bisa unjuk gigi di kancah internasional dan membanggakan bangsa Indonesia. Banyak sineas, pelukis, desainer, pengrajin kreatif bisa membuktikan terdepan dan go internasional.

Indonesia itu kaya dengan sumber daya alam juga sumber daya manusia yang bisa maksimal berkiprah dalam dunia seni.

Dalam seni rupa sendiri banyak pelukis, seniman rupa yang sering berpameran keliling dunia. Ini membuktikan bahwa kualitas seniman, perupa tidak kalah hebat dengan perupa internasional.

Kalau melihat apa yang mereka tampilkan di YouTube, di Google, Instagram, tidak kalah ciamiknya dengan seniman dari luar negeri, pemerintah harus memberi ruang luas para seniman untuk membuktikan bahwa Indonesia ada dan tampil terdepan dalam seni budaya.

Kembali Menaikkan derajat Seni Budaya 

Bukti sejarah sudah ada candi Borobudur, candi Prambanan, relief, jejak peninggalan masa lampau, cermin majunya pola pemikiran tentang seni membangun, seni bangunan, kerajinan seperti ukir Jepara, ukir Bali, Karya seni dari Suku asmat, dan banyak suku di Indonesia.

Lihat, bagaimana memahami teknologi pembangunan candi Borobudur yang megah dibangun dengan menggunakan batu, lalu dindingnya diukir dengan relief dan cerita yang menggambarkan dengan aktifitas manusia, filosofi manusia, menggabungkan unsur-unsur kekuatan sebuah bangunan dan keindahan hasil karya seni rupa dan seni arsitektur tingkat tinggi. Dari pembangunan Candi Borobudur tampak bahwa ratusan abad lampau bahkan ribuan peradaban manusia di Bumi Nusantara itu sudah maju.

Jika sekarang banyak masyarakat kadang menyepelekan kiprah seni, menganggap sektor lain lebih penting, sepertinya mereka lupa sejarah. Kebudayaan Indonesia itu sudah tinggi sejak dahulu kala, namun banyak pendatang, termasuk munculnya agama  dari Timur tengah, dari India, dari China sedikit banyak mengubah pola berpikir manusia.

Agama dan Seni Budaya

Bukan berarti munculnya agama pendatang lantas mengubah sisi budayanya, namun pada kenyataannya banyak oknum entah misionaris, entah penceramah agama yang kurang menghargai berkembangnya seni budaya.

Mereka yang menyebarkan agama dengan cara pendekatan budaya setempat akan jauh lebih diterima, sebab dengan pendekatan budaya penyebaran agama bisa melebur dan bersinergi dengan kebiasaan dan adat istiadat masyarakat.

Wayang, gamelan, lagu-lagu dolanan Jawa adalah salah satu sinergi agama dan budaya. Penyebaran agama dengan melibatkan seniman, pelaku budaya jauh lebih beradab dan membumi. Selain memperhalus budi pekerti juga memperhalus rasa, sehingga agamapun menyebar dengan cara damai.

salah satu karya artistik untuk penyebaran agama secara damai (indonesiakaya.com)
salah satu karya artistik untuk penyebaran agama secara damai (indonesiakaya.com)
Kembali ke bahasan seni rupa. Untuk saat ini bagaimanapun seni rupa menjadi sisi utama sebab banyak manusia pasti menyukai tampilan visual yang elegan, yang unik yang artistik. Baik untuk membuat promosi atau marketing sebuah produk, memberikan sentuhan unik pada kafe, restoran, hotel, memberikan kesempatan ruang ingatan bagi pengguna alat digital. Desain yang menyentuh, desain yang artistik akan jauh lebih menarik daripada penampilan yang cenderung berantakan dan  tak tersentuh sisi artistik.

Bagamanapun harus banyak sarjana seni dan orang yang mengerti seni secara mendalam baik dalam dunia akademik maupun praktisi seni bersama membangun keadaban publik.

Saat ini dunia tengah dominan dengan visual content, visual artifisial, bahkan literasipun akan mengarah ke sentuhan visual dengan adanya webtoon dan sifat manusia yang gampang bosan.

Butuh banyak ahli seni yang mampu memberi sentuhan rasa, kemanusiaan dan juga sisi karakter yang khas sebagai bangsa beradab dan tetap berpegang pada budaya ketimuran yang mementingkan rasa dan sifat sosialnya yang tinggi.

Ketika politik lebih mengarah pada sifat-sifat brutal, ketika ruang pendapat masyarakat di media sosial lebih mengarah pada perang kata dan pembulian.

Ketika agama lebih banyak mabuk simbol dan kadang kurang menghargai seni budaya yang sering dikonotasikan budaya liberal, kapitalis, juga mulai menghilangnya tradisi yang menggerus aktifitas seni budaya, maka ruang visual, seni budaya, dan seniman harus tampil ke depan untuk kembali memberikan ruang artistik bagi manusia.

Sebab, dengan mengembangkan sifat artistik juga akan lebih mengedepankan rasa dan menghargai keberagaman yang mulai tergerus.

Salam Budaya.

Quote artikel ini diambil dari artikel Inilah Media Baru, Seni Zaman Now (Cyberthreat.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun