Banyak anak sekarang yang dekat dengan ayahnya, bukan seperti mitos dulu ketika zaman baheula. Ini cerita ayah saya  yang sering dihukum cambuk dan phisik oleh kakek saya.Â
Kerasnya didikan kakek saya memang sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak -- anaknya. Pak Dhe saya bisa sekolah di De Britto  begitu juga Pak lik saya, sedangkan ayah lebih minat sekolah di SGA (sekolah Guru Atas ).Â
Pak Dhe selepas SMA pernah masuk UGM namun keluar lalu mendaftar  Akademi Militer dan menjadi pensiun sebagai perwira angkatan laut dan dosen  elektronika. Ayah saya bisa mencecap disiplin kakek saya dengan menjadi kepala sekolah sejak usia muda.
Yang selalu tertanam dalam ingatan akan ayah saya adalah saat ia sangat sabar dan telaten memandikan kakak saya yang kebetulan cacat sejak kecil karena jatuh.Â
Kakak yang mengalami keterbelakangan mental karena gegar otak harus selalu mendapat perhatian ekstra dan yang paling sabar dan telaten adalah ayah saya yang tidak pernah merasa jijik ketika membersihkan kotoran (kotoran buang air besar), hampir setiap hari selama 21 tahun. Ingatan itu yang membuat saya tidak pernah merasa jijik ketika membersihkan kotoran anak - anak saya.
Kedekatan itu membuat semacam perasaan aneh menjalar ketika bisa merangkul dan menggendongnya. Semacam ada tenaga baru ketika bisa mencium dan merangkul anak. itu mungkin sebuah cinta orang tua hingga merasakan kehangatan ketika melakukan kontak badan atau rangkulan kasih sayang tulus orang tua pada anaknya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H