Hai diari bagaimana kabar kalian semua, maaf pagi pagi aku menyapa kalian. Sebetulnya ini adalah persoalan diriku. Namun bicara tentang kegelisahan pasti semua orang pernah merasakannya. Pernahkah kalian tiba - tiba teringat lintasan kesedihan- kesedihan yang pernah kita alami di masa lalu. Pernahkah kalian merasakan saat kita hidup dalam kecemasan, ketakutan mendapatkan kenyataan bahwa ada beberapa masalah pelik yang tidak atau belum kita pecahkan.
Masalah itu serasa mencengkeram jiwa, seperti mengejar - ngejar. Berharap diselesaikan. Masalahnya kadang aku sendiri takut apakah bisa menyelesaikan persoalan yang bertahun - tahun bersemayam. Ia tiba - tiba menyeruak masuk dalam lintasan pikiran. Kalau malam membuat tidur menjadi tidak nyenyak.
Pernahkah terlintas bagaimana menghilangkan kegelisahan itu. Kalau beberapa orang menyelesaikan dengan datang ke psikolog, atau curhat kepada sahabatnya atau pasangan hidupnya. Tapi banyak orang yang kurang nyaman jika rahasia dirinya diketahui orang lain. Kalau aku gelisah, aku punya pengalaman yang mungkin berbeda dengan kalian, atau malah sama. Aku memilih menulis bila dicekam kegelisahan. Bila ada masalah pelik yang datang, aku cenderung menyingkir, masuk kamar, mengambil buku tulis dan kutulis saja kegelisahan - kegelisahan dengan bahasa lugas dan bebas.
Tidak penting apakah tulisan itu runtut atau malah berantakan, yang penting aku bisa mengeluarkan unek - unek, mengeluarkan sejumlah ganjalan yang tersimpan di hari nurani ini. Goresan - goresan tulisanku bervariasi menunjukkan tingkat emosi yang keluar.
Setelah menulis ada kelegaan luar biasa, karena perasaan itu bisa tersalurkan lewat tulisan. Aku mungkin tipe orang yang jarang bicara lugas dan ngomong gamblang dengan orang lain. Boleh dikatakan sifatku introvert, Tidak bisa dengan leluasa ngobrol dengan orang lain.jadi menulis itu solusi yang paling tepat untuk menyalurkan segala unek- unekku.
Inilah yang membawaku akhirnya menyukai dunia menulis. Sejak terbiasa menuliskan segala keluh kesahku lewat menulis akhirnya ada semacam kebiasaan yang terus terpelihara dari saat SMA sekitar 31 tahun yang lalu sampai sekarang. Jika setiap hari tidak menulis serasa ada yang kurang. Hal ini pun kadang menjadi masalah kompleks ketika pertama kali memutuskan mengakhiri masa lajang dan masuk ke jenjang pernikahan. Kebiasaan menulisku sempat menjadi biang bercek-cokkan karena istriku merasa aku mempunyai dunia yang tidak terselami, lebih suntuk dalam dunia khayalan serta aktivitas menulis yang menyita kualitas komunikasi pasangan suami istri.
Pelan -- pelan aku jelaskan, bahwa kebiasaan menulis kalau ada masalah itu sudah lama aku lakukan. Buku diari itu adalah pendengar setia, teman setia yang bisa banyak menyelesaikan masalah - masalah hidup yang datang silih berganti.
Jadi, menulis itu sama persis dengan aktivitas makan, minum atau buang hajat. Entah ini kebiasaan buruk atau kebiasaan baik. Nyatanya dengan menulis aku bisa mendorong diri ini percaya diri bahwa menulis bisa memberi manfaat dalam kehidupan. Apa saja manfaat menulis itu? Ini aku rangkum dari pengalamanku selama ini
Dapat meredam kegelisahan
Seringkali dalam hidup menghadapi masalah pelik yang susah terpecahkan. Ada perasaan, marah, kecewa, gelisah karena merasa gagal menghadapi ujian hidup. Ketika hidup merasa tidak berguna, keberuntungan tidak menyertai dan lebih banyak merasakan kegagalan - kegagalan dalam hidup rasanya ada tekanan yang membuat frustrasi. Kegelisahan itu pasti dipunyai setiap orang. Aku menemukan kunci dari pemecahan itu dengan menulis, kugelontorkan saja masalah - masalah itu dengan menulis. Ternyata setelah ada perasaan lega yang membuat akhirnya bisa berpikir jernih dalam menghadapi sebuah masalah.
Dapat menuliskan imajinasi secara spontan
Kadang dalam kesendirian ada khayalan- khayalan entah cerita, entah sebuah angan - angan yang tiba - tiba saja datang. Aku tipe orang yang senang berkhayal, senang berimajinasi, imajinasi itu bisa muncul dalam kata - kata atau lintasan gambar - gambar yang muncul dalam pikiran. Terkadang saat suntuk atau dulu merasa gagal dan ragu ketika mencoba melakukan pedekate dengan perempuan yang aku taksir, akhirnya kulampiaskan daya khayalanku itu dengan menulis puisi dan cerpen. Awal mulanya sih cerpen itu tampak aneh sebab aku tulis dengan spontan namun setelah kubaca ya lumayan juga, aku jadi yakin bisa menulis cerpen dan puisi.
Karena aku sering membaca novel, membaca puisi terutama karya penulis zaman dulu seperti Chairil Anwar, Iwan simatupang, Bahkan puisinya Widji Tukul, Sapardi Djoko Damono, Puisinya Taufik Ismail, rasanya ada jalinan rasa dari puisi - puisi itu yang masuk dalam alam bawah sadarku sehingga banyak kata -- kata dari para penyair itu yang menyelusup dalam puisi - puisi yang aku tulis. Aku senang puisi mbelink nya Remy Silado dan juga puisinya Romo Sindhunata yang kadang nakal tetapi permenungannya dalam sekali.
Dengan menulis aku bisa menyusun kata- kata spontan terutama yang berhubungan daya khayalku yang tinggi.
Dapat Menulis judul dengan cepat
Dulu ketika aku diharuskan untuk membuat paper, artikel atau judul tugas akhir kuliah aku berterimakasih pada kebiasaanku menulis di catatan harian. Karena kebiasaan menulis aku bisa membuat banyak alternatif judul dari tugas yang diberikan dosen kepadaku. Bahkan lucunya kadang aku sering diminta teman -- teman untuk membuat judul bagi tugas paper atau artikel. Sebab teman saya rata - rata tidak suka menulis jadi bingung bagaimana membuat judul menarik yang bisa diajukan ke dosen. Kuanggap aku beruntung banget dengan kebiasaan menulis karena secara spontan bisa dengan cepat membuat judul -- judul dan artikel yang menarik untuk tugas dari dosen.
Spontan mengungkapkan gagasan
Hai bro susah lo mengungkapkan gagasan itu. Tidak mudah bagi mereka yang tidak terbiasa menulis, butuh jam terbang, butuh pengalaman banyak untuk bisa menulis secara spontan dalam waktu dan situasi yang darurat. Kebiasaan menulis diari dan catatan harian itu ternyata berpengaruh. Aku jadi terbiasa spontan dalam menuangkan gagasan dan ide  di mana dan kapan saja. Tentunya membantu dalam mewujudkan cita -- cita ku dulu yang ingin menjadi penulis, meskipun menulis tidak menjadi pekerjaan utamaku sekarang karena aku punya pekerjaan tetap sebagai guru namun kebiasaan menulis memberikan dorongan semangat untuk menjadi guru plus penulis.
Menjadi Bagian dari sejarah
Aku bersyukur kebiasaan menulisku membuat aku menjadi lebih pede, apalagi beberapa tulisanku sudah tercatat dan dibukukan, tentunya menjadi bagian dari sejarah. Itu yang dimaui banyak penulis. Namanya tercatat sebagai penulis, atau pengarang karena pernah menghasilkan buku dari kebiasaannya menulis. Tentunya menjadi sebuah motivasi khusus untuk selalu menulis karena yakin menulis bisa mewujudkan impian yang selama ini hanya angan -- angan saja. Terus terang diriku dulu tidak bisa membayangkan bisa menulis buku dan ternyata sekarang terwujud bisa menulis dan karyaku dibukukan pula.
Sebetulnya masih banyak manfaat yang ingin kuungkapkan dari aktivitasku menulis. Lain kali saja teman - teman sahabat diariku. Masih banyak yang ingin kutulis tapi takut nanti kalian malah bosan jika tulisanku terlalu panjang.
Aku lega bisa menuliskan catatan hari ini, semoga bagi yang membaca diariku ini ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan recehku ini... Aku menuliskannya spontan saja...maaf ya kalau ada kata - kata yang kurang berkenan... tujuanku menulis diari khan mengungkapkan kegelisahanku, mengeluarkan ide - ide yang terpendam dan sudah kulakukan.
Jakarta, 15 Januari 2021
Dalam sebuah kamar ditemani oleh pajangan lukisan dan foto ayah yang tersenyum. Dan kini sudah damai di alam keabadian.Atas ijin istriku aku menulis ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H