Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Kata "Sederhana" dalam Kemeriahan dan Kemewahan Natal

24 Desember 2020   10:40 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:47 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kemeriahan Natal di Central Park Tahun Lalu (Tribunnews.com)

Ada suka cita, pengharapan dan semakin lahir kembali setelah Natal. Umat Kristiani memperingatinya tiap tangga 25 Desember, namun ibadat dan perayaan natal untuk Jemaat Kristen biasanya sudah dilakukan sejak awal Desember. Semua ingin memaknai natal yang menurut sejarah dan bacaan kitab suci Yesus lahir di kandang domba, tanpa tanda - tanda kemewahan yang diperlihatkan malah bisa jadi sangat sederhana karena Yesus lahir tidak melalui persalinan yang mentereng di rumah sakit atau rumah besar bak istana melainkan hanya di kandang domba diantara bau menyengat kotoran domba, jerami dan bisa jadi tempatnya cukup terbuka, beratapkan dedaunan sederhana atau malah beratapkan langit bersama bintang gemintang di angkasa.

Namun Umat Kristen seluruh dunia biasanya menyambut suka cita natal dengan pesta, memakai baju baru, berkumpul bersama sanak saudara dan kerabat dalam suasana jauh dari sederhana. Kelahiran Yesus yang bersahaja ternyata kadang hanya simbol, tidak dimaknai secara dalam. Banyak jemaat dan umat Kristen seluruh dunia perlu membuat acara natal bertabur kemeriahan melimpah. 

Biarlah Yesus lahir di kandang domba namun acara natal harus dikemas semeriah dan semegah mungkin. Di gereja - gereja taburan bunga, lampu, gua, pohon natal mendapat sentuhan istimewa. Bunga - bunga mahal dirangkai bertebaran di altar dan menjadi sebuah simbol suka cita menyambut kelahiran Yesus Kristus.

Sementara masih banyak orang yang tidak punya tempat tinggal kedinginan menggelar kardus di tepi jalan sekedar merebahkan badan dan kemudian menjalani kehidupan dengan suasana memprihatinkan. Natal yang berarti kelahiran mempunyai makna berbeda - beda.Tiap daerah, suku, keyakinan / atau agama mempunyai sudut pandang lain menyambut perayaan kelahiran.

Tahun 2020 ini menjadi tahun yang istimewa. Peribadatan di seluruh dunia sekarang di batasi, karena kerumunan bisa menghasilkan penyebaran baru wabah Covid 19 yang berkembang sejak awal tahun 2020. Penyebaran virus membuat perekonomian dunia mengalami perlambatan, bahkan sebagian negara sudah bingung bagaimana menghadapi pandemi yang membuat beberapa sektor usaha sama sekali tidak bisa dijalankan. 

Dunia hiburanpun kini mengandalkan dari kreatifitas masing masing pelaku dengan memanfaatkan internet. Karena dilarang mengadakan acara yang berpotensi mengumpulnya masa maka banyak panggung pertunjukan ditunda sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Film- film yang sudah diproduksi sementara disimpan sampai menunggu ada titik terang terhadap persebaran covid yang masif.

Apa yang bisa didapat dari tersendatnya perekonomian. Muncul stres, rasa frustasi atas masalah yang bertubi - tubi menimpa manusia. Keprihatinan menyeruak, sepanjang hari melihat dan merasakan cerita duka ada di sekitar. Manusia selalu merasa terancam dan berharap penyakit dan wabah segera berlalu. Malam natal ini kalau dimaknai secara mendalam harusnya banyak orang menahan diri untuk melakukan pesta secara meriah, cukup melakukan permenungan, kontemplasi atas waktu yang cepat berlalu, atas musibah, wabah yang mampir dalam kehidupan manusia.

Bisa jadi karena manusia selalu merasa lebih unggul dari makhluk lain sehingga ada kesombongan yang mengemuka hingga Tuhan perlu menyentil manusia dengan  ujian - ujian kehidupan. Ada manusia yang bisa melewatkan ujian kehidupan dengan tetap tenang malah tersenyum.

Ada yang karena ujian kehidupan terlalu berat akhirnya berujung ke rumah sakit Jiwa, atau saking paniknya menghadapi hidup ada yang berusaha mengakhiri kehidupan dengan menenggak racun atau bunuh diri yang mengerikan, menjatuhkan diri dari gedung bertingkat, memotong urat nadi, atau yang baru -- baru ini ada tetangga yang mencoba bunuh diri dengan meminum  cairan pembersih keramik yang mengandung soda api.

Cemara yang sering digambarkan menjadi simbol Natal dihias sedemikian rupa dengan berbagai kreativitas manusia. Mediapun beragam dari memanfaatkan sedotan plastik sampai mengumpulkan masker -- masker sebagai penghias pohon Natal. Di beberapa tempat yang warganya mayoritas Kristen dihiasi dengan pohon natal unik yang terbuat dari plastik dan bola - bola yang dicat untuk menjadi bandulan dari pohon natal tinggi menjulang (Kompleks Kampung Ambon).

Yang berawal dari kesederhanaan menjadi tampak lebih mewah dan luar biasa meriah karena mereka menganggap apa salahnya merayakan Natal yang hanya setahun sekali. Mereka sudah mempunyai budget atau anggaran untuk mengadakan pesta natal, dan di antara rentetan peringatan natal banyak yang memanfaatkan untuk reuni, melakukan ajang kumpul teman - teman masa kecil atau berbagi cinta kasih dengan mengumpulkan gift atau hadian bagi mereka yang dianggap papa miskin yang hidupnya di kolong jalan.

Manusia selalu tidak puas, kalau mempunyai uang selalu ingin menunjukkan diri bahwa ia mampu mengadakan acara meriah dengan pesta besar yang sebetulnya tidak seberapa dibandingkan penghasilan tiap tahunnya yang fantastis.

Di momen menjelang nanti besok saya mencoba melongok diri sendiri. Seperti halnya banyak suku di Indonesia selalu ada ajang pesta untuk ritual keagamaan. Menjadi wajib karena manusia merasa harus mengabadikan momen setahun sekali itu. 

Tidak apa - apa berbagi kegembiraan toh mereka bisa kembali lagi bekerja keras, mencari rejeki dan terus bekerja agar terkumpul uang untuk pesta di tahun berikutnya dengan lebih meriah lagi. Hampir semua manusia ingin mendapat pengakuan, Perlu berpesta karena itu hak masing -- masing manusia, kalau mampu mengapa harus dilarang. Kalu cukup uang apa salahnya menyisihkan waktu untuk berpesta meriah.

Kadang yang sederhana bagi orang lain tampak berbeda dengan kesederhanaan menurut kita. Kalau menurut saya pesta itu terasa mahal dan mewah, berbeda dengan orang kaya yang berlimpah harta, mereka perlu membuang sial dengan mengadakan pesta, berharap ada momentum bersejarah yang bisa dikenang selama masih hidup. Ada beberapa suku menganggap ritual, pesta keagamaan atau pesta budaya itu wajib hukumnya. Sudut pandang kesederhanaan bisa sangat dimaknai berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Semoga Natal tahun ini bisa menjadi sebuah tanda bahwa manusia kembali merunduk dan tidak sombong mendongak, lebih baik berbagi daripada pesta sendiri yang kesannya hanya buang - buang uang. Selamat Natal 2020 Semoga damai Natal bersama saudara sebangsa dan setanah air. Semoga Natal tidak diwarnai dengan ancaman dan sikap intoleran yang mencoreng nama Indonesia yang biasanya selalu ramai dengan komentar - komentar bertendensi radikal. Damai di bumi damai di hati.Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun