Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenthirisme dalam Seni Sering melahirkan Karya Maestro

11 Desember 2020   11:58 Diperbarui: 11 Desember 2020   12:49 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penampilan Affandi yang sederhana.Slideshare.net

Kenthir mana para petinggi yang pada awalnya berapi - api pidato untuk memberantas korupsi ternyata hanya sampai di mulut, di kesempatan lain ia tercokok dan menjadi pesakitan dan memakai baju oranye karena kasus korupsi. Kenthir mana Affandi yang dengan santainya dilukis telanjang oleh anaknya yang juga pelukis, dibandingkan Edi Tanzil yang sampai sekarang belum juga ketemu. 

Karena kasus besar mega korupsi dan penggelapan uang yang tidak main - main. Affandi melukis dengan segenap jiwanya bahkan seluruh tubuhnya bergerak, tangan bisa menjadi kuas, kaos bisa menjadi pisau paletnya untuk mengungkapkan kekuatan seninya sehingga menjadikan dia sebagai seorang maestro di tanah air dan diakui di dunia internasional.

Menikmati keindahan seni entah lukis, teater, musik, nyanyian jauh lebih menenangkan daripada melihat kekenthiran para pejabat negara yang menyelewengkan kepercayaan rakyat, melakukan megakorupsi di tengah masyarakat yang sedang terpuruk karena pandemi.

karya maestro Hendra Gunawan (Pelukis yang cukup Nyentrik)senyentrik karyanya (dokpri)
karya maestro Hendra Gunawan (Pelukis yang cukup Nyentrik)senyentrik karyanya (dokpri)
Saya pernah mengalami masa - masa kenthir ketika ikut gabung dalam latihan teater di Yogyakarta bersama seniman seniman antik Yogyakarta. Paling tidak dalam perjalanan hidup saya pernah mencoba menjadi "sok kenthir" dengan bermain peran, menggelandang meskipun sebetulnya saya bisa mengambil hikmah yang kenthir dipermukaan itu sesungguhnya mempunyai pemikiran elok dalam hal falsafah kehidupan. 

Coba saja ajak ngobrol  para seniman dalam obrolan santainya pasti akan keluar falsafah kehidupan yang jauh lebih mengagumkan daripada mereka yang tampaknya sukses dalam karier namun akhirnya berakhir masuk bui karena telah berprestasi menyisihkan uang rakyat untuk kepentingan sendiri dan kroninya.

Kadang - kadang saat menulis seperti ini atau sedang melukis saya sering sekali mendapat cobaan, ketika dipanggil istri dan diminta mengantar belanja. Padahal sedang suntuk menulis atau melukis.

"Siap Bu..."

Giliran kuncinya ketlingsut, atau lupa menaruhnya jadi blingsatan sendiri karena setengah jam baru ketemu. Ternyata oh ternyata saya menaruh kuncinya hanya ketutup oleh tisu. Dan ketika tisu melayang, kuncinya pun nongol di tempat yang sudah saya udak udah setengah jam. Duh ternyata kenthirmu nyata Pak Dhe. Hehehe. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun