Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tentang Kegelisahan Orangtua Saat PJJ, Inilah Jawaban Nadiem Makarim

7 Desember 2020   08:28 Diperbarui: 7 Desember 2020   08:35 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The  Power Of Showing Of"

Siapapun orang tua akan gelisah melihat bayang-bayang gelap pendidikan Indonesia, terutama saat Indonesia dan seluruh dunia terkena tsunami corona yang menyerang seluruh bumi persada ini. 

Perekonomian dunia dibuat kalangkabut oleh wabah covid- 9 yang masih belum ditemukan secara persis bagaimana memutus rantai persebaran corona. Kegelisahan orang tua pada dunia pendidikan terutama terjawab dengan jelas oleh mendikbud Nadiem Makarim lewat perspektif hari kedua Kompasianival 2020 dengan pewawancaranya COO  Kompasiana Nurulloh.

Masalah Seputar Dunia Pendidikan Saat PJJ

Mas Menteri begitu panggilan akrab menteri yang masih muda itu. Ia menjawab beberapa point yang diajukan Nurulloh terutama menjawab keluhan dari guru, kepala sekolah, orang tua dan banyak kalangan tentang turunnya kualitas pendidikan terutama karena pengajaran lewat PJJ. Banyak daerah kesulitan mengikuti sistem online dalam pendidikan. Banyak siswa yang belum mempunyai peralatan mencukupi terutama smartphone dan kuota internet yang terbatas.

Banyak masalah mengiringi dunia pendidikan karena mau tidak mau pendidikan Indonesia harus dipaksa maju beberapa langkah dengan dengan pengajaran daring atau istilah populernya PJJ ( Pembelajaran Jarak Jauh). Daring membuat siswa sangat tergantung pada jaringan, kuota dan kepemilikan smartphone atau laptop yang mendukung belajar mengajar. Siswa -- siswa di kota terutama sekolah swasta ternama seperti misalnya Penabur terus terang relatif lebih siap dari sekolah lainnya.

salah satu kegiatan PJJ di Penabur Jakarta (dokpri)
salah satu kegiatan PJJ di Penabur Jakarta (dokpri)
Setiap hari di jam sekolah jam 07. 45 sampai jam 13.00 pengajaran tetap dilakukan dengan jadwal terukur. Meskipun pengajarannya 1 jam pelajaran hanya 30 menit namun para siswa harus mengutinya lewat zoom. Dengan dua kali istirahat dengan durasi masing masing setengah jam. Saat PAS siswa mengikuti ujian lewat zoom dengan aplikasi yang terkoneksi dari pusat menggunakan Moodle. Itu di swasta favorit. 

Yang menjadi masalah adalah banyak daerah yang terimbas kemunduran karena jaringan internet susah, Pengetahuan mereka terbatas karena gurunya harus mengajar secara luring (Di luar jaringan). Pendidikan belum merata dan keterbatasan fasilitas membuat beberapa dampak mulai menggelisahkan, terutama pada resiko kerusakan permanen kesehatan masyarakat. 

Akibat pandemi dan pemberlakuan pembelajaran daring adalah penyakit psiko sosial, banyak siswa terancam DO alias drop out, alias keluar dari sekolah karena beberapa alasan yang utama tentu karena fasilitas, jaringan internet yang hanya menyentuh kota -- kota dan banyak desa terisolir dan susah sinyal melakukan pembelajaran yang berbeda. Guru harus jemput bola, mendatangi para siswanya dengan biaya yang kadang lebih besar pasak daripada tiang.

suasana belajar di tempat terpencil (kaltim.antaranews.com)
suasana belajar di tempat terpencil (kaltim.antaranews.com)
Munculnya masalah psikososial memunculkan beberapa persoalan lagi terutama naiknya kekerasan domestik. Pengangguran, kegelisahan akan penyakit yang tidak pasti kapan berakhirnya membuat banyak pengangguran muncul. Otomatis memicu persoalan sosial. Antara lain ketidakpuasan masyarakat, kemiskinan meningkat dan pergesekan sosial mudah datang.

Dalam wawancara dengan Mendikbud yang dianugerahi menteri dengan kinerja terbaik itu saya merasa mas mentri sudah bicara dengan porsi yang pas. Kalaupun dalam masyarakat muncul perbedaan sudut pandang dalam wawancara itu Mas Nadiem jelas sangat mengerti kegelisahan orang tua akan penurunan kualitas pendidikan. Masalah itu tidak bisa dihindari karena permasalahan bukan hanya di Indonesia tetapi luas seluruh muka bumi ini.

Mas Menteri mencatat bahwa ia tahu cost PJJ mahal karena pengeluaran membengkak untuk membeli kuota, belum lagi banyak siswa akhirnya harus menyediakan dana untuk smartphone yang memadai untuk mengikuti PJJ. 

Mendikbud sudah mengantisipasi persoalan masyarakat dengan mengeluarkan kebijakan internet gratis terutama untuk dunia pendidikan, juga mewajibkan TVRI menayangkan tentang pelajaran -- pelajaran yang dapat membantu siswa belajar terutama mereka yang belajar secara luring. 

Menyediakan dana kepada sekolah -- sekolah terutama swasta dalam pengadaan komputer, jaringan data dan perangkat lainnya untuk membantu kelangsungan pendidikan. Menyediakan dana untuk menggaji guru honorer dan dosen tidak tetap terutama swasta yang gajinya di bawah 5 juta. Meskipun belum sempurna dan butuh waktu untuk bisa mengkaver semua keluhan dan kesulitan paling tidak upaya mendikbud dan jajarannya patut diapresiasi

Semangat dan Keterlibatan Orang Tua Penting Untuk Suksesnya Pembelajaran

Pada sisi lain saat bicara tentang PJJ Mas mentri fasih ketika menggambarkan betapa susahnya orang tua karena mereka akhirnya harus mendampingi anaknya. Tanggungjawab pendidikan yang dulunya dibebankan guru sekarang orang tua terutama pada pendidikan pra sekolah dan pendidikan dasar menjadi sepenuhnya juga tanggungjawab orang tua. 

Mas Mentri memberi sharing bahwa ia sepenuhnya 100 persen sebagai menteri 100 persen juga sebagai ayah yang harus mendampingi anak untuk PJJ. Anaknya yang masih kecil - kecil. Sulung 3 tahun anak kedua 1 tahun dibawahnya dan kemudian adiknya yang masih kecil masih butuh pendampingan ekstra. Orang tua harus hadir dan tidak perlu mengeluh karena itu memang tanggungjawab orang tua. 

Menteri muda itu menekankan bahwa boleh jadi cara orang tua berbeda beda dalam mendampingi anak. Cara menteri yang mengaku bahwa ia orang yang sangat mengerti teknologi. Karena ia memang lulusan kampus yang berbasis teknologi. Teman - temannya yang bekerja di silicon valey sangat tahu dampak penggunaaan teknologi modern. 

Mereka rata - rata menjauhkan anak dari Gadget sampai benar -- benar siap menggunakannya dengan tujuan positif. Anaknya tidak diperkenankan punya HP dan memainkannya kecuali untuk tugas belajar. Umur balita terutama sangat rawan pada ketergantungan penggunaan teknologi, maka sebagai orang teknologi ia sangat ketat terhadap anak - anaknya. Kalaupun ia sendiri termasuk gadget freak tapi diusahakan menggunakan gawai tidak di depan anak - anaknya.

Permasalahan lain yang disinggung adalah tidak semua orang tua mempunyai kemampuan untuk mengajari anaknya. Di sini saya mencontohkan. Istri saya yang juga guru les mata pelajaran, sabar dan bisa mengendalikan emosinya ketika mengajari anak lesnya tapi, ia akan sangat emosional ketika mengajar anaknya. Jauh lebih cepat emosi dan naik darah karena menjadi tidak sabar.  Itulah kenapa banyak orang tua stres dengan adanya PJJ karena sebelumnya ia lebih santai ketika anaknya sekolah, sekarang mesti ekstra harus mengawasi anak secara langsung.

Terkadang banyak orang tua akhirnya membiarkan anak belajar sendiri dengan menyerahkan peralatan digital itu kepada anaknya. Kontrol yang kurang bisa menyebabkan anaknya lebih terdampak untuk menyalahgunakan tanggungjawab dengan lebih sering main game ata membuka situs -- situs terlarang di luar kendali orang tuanya.

Untuk itu kepada orang tua Mas Mentri mendorong agar orang tuapun terlibat aktif dalam pendidikan anaknya. Sulit tapi pasti bisa dilakukan. Kesadaran itu harus ditanamkan agar  orang tua  mengerti akan resiko dari penggunaan gadget secara berlebihan. Poinnya adalah Siswa SD perlu pendampingan, The Power of Showing Of  orang tua harus menjadi role model, menjadi panutan dalam belajar, tidak semua orang bisa mengajari anak, belajar menyerap teknologi baru.

Semua orang bisa belajar dan berubah orang tuapun pasti bisa, jadi ingat kata kata bijak Your life is a good as your mindset. Memperbaiki kualitas dengan memberi dorongan otak untuk berpikir positif. Hidupmu sebaik pola pikirmu. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun