Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tentang Kegelisahan Orangtua Saat PJJ, Inilah Jawaban Nadiem Makarim

7 Desember 2020   08:28 Diperbarui: 7 Desember 2020   08:35 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu kegiatan PJJ di Penabur Jakarta (dokpri)

Mas Menteri mencatat bahwa ia tahu cost PJJ mahal karena pengeluaran membengkak untuk membeli kuota, belum lagi banyak siswa akhirnya harus menyediakan dana untuk smartphone yang memadai untuk mengikuti PJJ. 

Mendikbud sudah mengantisipasi persoalan masyarakat dengan mengeluarkan kebijakan internet gratis terutama untuk dunia pendidikan, juga mewajibkan TVRI menayangkan tentang pelajaran -- pelajaran yang dapat membantu siswa belajar terutama mereka yang belajar secara luring. 

Menyediakan dana kepada sekolah -- sekolah terutama swasta dalam pengadaan komputer, jaringan data dan perangkat lainnya untuk membantu kelangsungan pendidikan. Menyediakan dana untuk menggaji guru honorer dan dosen tidak tetap terutama swasta yang gajinya di bawah 5 juta. Meskipun belum sempurna dan butuh waktu untuk bisa mengkaver semua keluhan dan kesulitan paling tidak upaya mendikbud dan jajarannya patut diapresiasi

Semangat dan Keterlibatan Orang Tua Penting Untuk Suksesnya Pembelajaran

Pada sisi lain saat bicara tentang PJJ Mas mentri fasih ketika menggambarkan betapa susahnya orang tua karena mereka akhirnya harus mendampingi anaknya. Tanggungjawab pendidikan yang dulunya dibebankan guru sekarang orang tua terutama pada pendidikan pra sekolah dan pendidikan dasar menjadi sepenuhnya juga tanggungjawab orang tua. 

Mas Mentri memberi sharing bahwa ia sepenuhnya 100 persen sebagai menteri 100 persen juga sebagai ayah yang harus mendampingi anak untuk PJJ. Anaknya yang masih kecil - kecil. Sulung 3 tahun anak kedua 1 tahun dibawahnya dan kemudian adiknya yang masih kecil masih butuh pendampingan ekstra. Orang tua harus hadir dan tidak perlu mengeluh karena itu memang tanggungjawab orang tua. 

Menteri muda itu menekankan bahwa boleh jadi cara orang tua berbeda beda dalam mendampingi anak. Cara menteri yang mengaku bahwa ia orang yang sangat mengerti teknologi. Karena ia memang lulusan kampus yang berbasis teknologi. Teman - temannya yang bekerja di silicon valey sangat tahu dampak penggunaaan teknologi modern. 

Mereka rata - rata menjauhkan anak dari Gadget sampai benar -- benar siap menggunakannya dengan tujuan positif. Anaknya tidak diperkenankan punya HP dan memainkannya kecuali untuk tugas belajar. Umur balita terutama sangat rawan pada ketergantungan penggunaan teknologi, maka sebagai orang teknologi ia sangat ketat terhadap anak - anaknya. Kalaupun ia sendiri termasuk gadget freak tapi diusahakan menggunakan gawai tidak di depan anak - anaknya.

Permasalahan lain yang disinggung adalah tidak semua orang tua mempunyai kemampuan untuk mengajari anaknya. Di sini saya mencontohkan. Istri saya yang juga guru les mata pelajaran, sabar dan bisa mengendalikan emosinya ketika mengajari anak lesnya tapi, ia akan sangat emosional ketika mengajar anaknya. Jauh lebih cepat emosi dan naik darah karena menjadi tidak sabar.  Itulah kenapa banyak orang tua stres dengan adanya PJJ karena sebelumnya ia lebih santai ketika anaknya sekolah, sekarang mesti ekstra harus mengawasi anak secara langsung.

Terkadang banyak orang tua akhirnya membiarkan anak belajar sendiri dengan menyerahkan peralatan digital itu kepada anaknya. Kontrol yang kurang bisa menyebabkan anaknya lebih terdampak untuk menyalahgunakan tanggungjawab dengan lebih sering main game ata membuka situs -- situs terlarang di luar kendali orang tuanya.

Untuk itu kepada orang tua Mas Mentri mendorong agar orang tuapun terlibat aktif dalam pendidikan anaknya. Sulit tapi pasti bisa dilakukan. Kesadaran itu harus ditanamkan agar  orang tua  mengerti akan resiko dari penggunaan gadget secara berlebihan. Poinnya adalah Siswa SD perlu pendampingan, The Power of Showing Of  orang tua harus menjadi role model, menjadi panutan dalam belajar, tidak semua orang bisa mengajari anak, belajar menyerap teknologi baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun