Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menghitung Tulisan Ratusan Sampai Ribuan, Untuk Apa?

21 November 2020   09:53 Diperbarui: 21 November 2020   10:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika peristiwa 98 sampai pergantian orde baru ada beberapa tulisan saya yang masuk ke media lewat surat pembaca namun karena saya bukan pengoleksi hasil karya sendiri yang baik maka jejak itu hilang saja. Yang masih mempunyai majalah Praba tahun 1999 sampai 2000 mungkin pernah membaca beberapa tulisan saya. Yang membanggakan ketika ada reportase saya dan karya foto saya menjadi sampul majalah itu. Itu yang tidak terlupakan waktu itu saya meliput kegiatan di gereja Katolik Magelang kota. Foto Reportase saya menjadi foto halaman muka Majalah itu. Itu menurut saya amazing. Ternyata tulisan saya diapresiasi.

Mengulik Pengalaman Menulis

Tapi apakah kepuasan membuat saya bisa beranjak naik, yakin bahwa menulis itu jalan hidup saya. Nah hidup itu memang penuh misteri, ketika saya sedang asyik dan yakin bahwa saya akan menjadi wartawan dan penulis jalur hidup saya berubah ketika saya akhirnya harus menerima desakan orang tua untuk menerima pekerjaan sebagai guru.  Ya, hidup yang penuh kejutan dan misteri tetap harus dijalani.

Awal saya mengajar rasanya saya masih merasa kecewa, sebab sebetulnya ada semacam tanjakan yang sedang saya daki dari proses menulis saya. Waktu itu sudah sering tulisan saya masuk majalah meskipun skalanya lokal, dan saya bersama teman sempat mengelola majalah gereja dan kemudian dijual dengan harga yang terjangkau. Untuk kepentingan menambah ongkos di percetakan saja.

Dengan peralatan komputer bantuan romo kami menulis hampir tiap minggu, rapat redaksi sekitar selasa dan rabu untuk menentukan tema setiap minggu, saya sering dan senang menulis semacam tajuk rencana kalau di Kompas dan kalau dikompulkan sudah belasan bahkan puluhan tulisan di majalah itu sambil saya tetap menjadi kontributor di majalah Praba.

Jadi kalau dikoleksi tulisan saya terhitung sejak kuliah, tulisan saya di Bernas, Di Koran Tempo, di Tempo, di Suara Pembaruan, di majalah Hidup, di Majalah Praba, di Tonggak dan di blog komunitas sudah banyak sekali. Jadi ketika gabung di Kompasiana, saya hanya ingin memantapkan diri bahwa meskipun saya bukan penulis profesional karena pekerjaan utama saya adalah guru saya masih tetap meneruskan hasrat menulis saya sejak SMA.

jejak tulisan saya yang sempat saya kirimkan ke Kompas tahun 2000, coba kalau ada Kompasiana sudah saya taruh tulisan saya. (kliping penulis)
jejak tulisan saya yang sempat saya kirimkan ke Kompas tahun 2000, coba kalau ada Kompasiana sudah saya taruh tulisan saya. (kliping penulis)
Di Atas Langit ada Langit

Tapi mengapa kadang kualitas tulisan bisa jauh tertinggal dengan mereka anak muda yang notabene pendatang baru dalam hal tulis menulis? Ya  karena di atas langit ada langit, sebab meskipun pengalaman seabreg namun menjadi jagoan dalam menulis itu bisa dimiliki siapa saja, bahkan pada mereka yang debutan yang baru saja memulai menulis.

Di Kompasiana saya belajar bahwa pengalaman dan senioritas saja tidaklah cukup untuk menempatkan diri di posisi tertinggi. Selalu ada bintang -- bintang yang gemerlapan yang datang setiap saat, selalu ada penulis yang tiba -- tiba melesat dan menjad bintang sehingga yang lama dan tua tampak meredup hingga menghilang sekonyong -- konyong.

Untuk membuat tulisan yang baik ( ini bukan tips semacam sharing pengalaman saja) diperlukan kecermatan, diperlukan data, ditambah dengan kecakapan dalam membuat narasi atau cerita yang mengalir. Untuk bisa menulis dengan pola pendekatan stor y telling, selain selalu belajar juga membutuhkan jam terbang.    

Ketika tulisan sudah mengalir dan seperti sebuah cerita yang hidup, kemudian ada titik - titip tertentu yang menyentuh rasa , terharu membacanya, dan ada gelegak emosi ketika muncul ada masalah yang ditampilkan. Ketika tulisan sudah bisa menyentuh emosi maka tulisan itu sudah mampu membuat pembaca terpaku dengan gayanya yang mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun