Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Agama Mengajarkan Menjadi Manusia Pemberang?

5 November 2020   09:49 Diperbarui: 5 November 2020   09:58 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit- sedikit ngamuk, sedikit sedikit menggunakan parang, memenggal kepala karena merasa terhina ketika ada orang yang melecehkan agama atau melecehkan nabi yang dihormati oleh sebuah agama.

Emosi meletup dan tiba - tiba ajaran kasih yang selalu dikumandangkan dan selalu diulang - ulang saat pemuka agama khotbah lenyap tidak berbekas. Yang muncul adalah keangkaramurkaan meskipun alasannya membela agama.

Manusia dan Hati Nuraninya

Sebetulnya manusia terbuat dari apakah? Apakah benar manusia itu terbuat dari tanah liat yang akan pecah berkeping - keping ketika mendapat tekanan dan hantaman keras, bukannya liat dan luwes karena ia punya nurani dan akal pikiran.

Kalau hanya karena hantaman pelecehan, hantaman sindiran dan penghinaan manusia menjadi pemberang dan  akhirnya kalap dan ujung - ujungnya pedang dan sabetan senjata sebagai penyelesaian akhir, sampai kapan manusia memelihara dendam.

Bukankah kesumat yang terpendam hanya akan melahirkan tragedi yang lain. Tidak akan ada habisnya, tidak akan ada penyelesaiannya. Pantas manusia sering dikatakan homo homini Lupus. Manusia serigala bagi yang lainnya. Ketika amarah meletup manusia melebihi serigala bahkan singa sekalipun, ia lebih keji dari dengan otak dan pikirannya ia jauh lebih keji dan bisa membunuh ratusan orang sekaligus.

Coba saja mereka yang sering melakukan teror bom, misalnya peristiwa 11 September di Amerika Serikat, Peristiwa Bom Bali yang menewaskan ratusan orang. dan Terakhir cerita pemenggalan guru dari Karikatur yang berasal dari majalah satir Charlie Hebdo.

Manusia Bukan Bodoh Tapi sering Menjadi Bodoh Karena Emosi

Pelakunya bukan orang bodoh, ia orang pintar bahkan suci menurut pengakuan mereka yang kenal dengan pengebom tersebut. Mereka tahu resiko, tahu betapa dahsyatnya dampak kemanusiaan dan traumanya sebuah tragedi tersebut, tapi tetap saja manusia tidak kapok mengulang kembali tragedi tersebut. Masalahnya tetap agama.

Meskipun dalam inti pengajaran apapun agamanya tidak ada  doktrin kuat bahwa manusia harus melenyapkan manusia lain demi sebuah kebenaran yang diyakini oleh sekelompok orang atas nama agama.

Sudah sering sejarah membuktikan tidak ada untungnya kekerasan, hanya menyisakan trauma, tragedi, air mata, namun nyatanya selalu berulang bahwa agama salah satu penyebab mengapa manusia terlihat saling bersaing, saling berperang, saling membenci dan saling mengklaim kebenaran.

Mengapa ketika seseorang meyakini dengan rasa fanatisme berlebihan terhadap agama akhirnya melahirkan anarki, melahirkan kekerasan. Terorisme muncul di mana - mana. Prinsip kebebasan berbenturan dengan prinsip absolutnya ajaran agama. Klaim moralitas agung berbenturan dengan  kebebasan berpikir yang cenderung mengesampingkan agama dan sakralitas ketuhanan.

Di Perancis prinsip kebebasan membawa dampak buruk bagi kuatnya prinsip manusia beragama. Apalagi orang - orang yang meyakini bahwa agama tidak boleh dihina, nabi tidak boleh dilecehkan. Pada prinsip kebebasan manusia kadang lepas kendali. Ia bisa menghina apa saja bahkan Nabi yang dinilai sebagai sumber keselamatan.

Bagi mereka yang sudah kebal terhadap hinaan karikatur itu tidak pernah digubris, biarkan saja orang bicara apa saja anggap saja orang gila yang menggambar dan membuat karikatur penghinaan. Toh keimanan tidak akan goyah hanya karena gambar picisan, namun ada orang - orang atau oknum atau agama yang akan sangat marah dengan cara orang mengekspresikan kebebasan itu.

Pada penganut agama garis keras, muncul radikalisme, muncul pembela agama yang akan membabat siapa saja yang melecehkan agama atas nama agama atau karena persaingan agama samawi.

Tiga agama sebetulnya mempunyai kepercayaan dan garis nabi yang sama, namun seiring berjalannya waktu ternyata ketiga agama terus berseteru, melahirkan tragedi, perang, meregangnya nyawa dan lepas kendalinya nurani manusia. Padahal sepanjang hari mereka berdoa, sepanjang hari khusuk menjalankan perintah agama, tapi tetap saja nyawa melayang atas nama prinsip kuatnya ajaran agama yang membuat manusia menjadi pemberang, pemarah saat hinaan datang.

Padahal Nabi zaman dahulu selalu hadir dengan cerita sebagai seorang yang pemaaf, kuat menghadapi hinaan, kuat menghadapi pelecehan oleh orang - orang yang tidak percaya Tuhan.

Kontemplasi dan pengendalian Emosi Manusia

Sebetulnya kalau manusia mendengarkan nuraninya, sering melakukan kontemplasi, permenungan, sering melakukan meditasi, meneliti bathin masihkah banyak orang menjadi pemberang. Bukannya setiap  agama selalu mengajarkan kasih dan lebih nyaman bila kejahatan dibalas dengan kasih sayang.

Sayangnya manusia tetaplah manusia meskipun sudah hapal luar biasa ayat - ayat kitab sucinya masih susah mengendalikan emosi. Ia akan mudah terpancing emosinya ketika ada orang yang melecehkan dirinya apalagi melecehkan dan menghina agamanya. Padahal Tuhan kenyang dihina oleh manusia yang katanya serupa segambar dengan Tuhan.

Manusia pemberang lahir karena ada tekanan, ada ajaran, kredo dari pengungkapan yang salah, tafsir yang beragam sehingga ada manusia yang semakin menguasai ajaran agama semakin menjadi pemaaf dan rendah hati serta semakin toleran.

Tetapi ada banyak manusia yang semakin beragama dengan konsep yang berbeda, tafsir berbeda melahirkan orang - orang keras, radikal dan cenderung lebih menampilkan kegarangan daripada kelemahlembutan. Itulah beragamnya manusia di bumi ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun