Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Agama Mengajarkan Menjadi Manusia Pemberang?

5 November 2020   09:49 Diperbarui: 5 November 2020   09:58 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa ketika seseorang meyakini dengan rasa fanatisme berlebihan terhadap agama akhirnya melahirkan anarki, melahirkan kekerasan. Terorisme muncul di mana - mana. Prinsip kebebasan berbenturan dengan prinsip absolutnya ajaran agama. Klaim moralitas agung berbenturan dengan  kebebasan berpikir yang cenderung mengesampingkan agama dan sakralitas ketuhanan.

Di Perancis prinsip kebebasan membawa dampak buruk bagi kuatnya prinsip manusia beragama. Apalagi orang - orang yang meyakini bahwa agama tidak boleh dihina, nabi tidak boleh dilecehkan. Pada prinsip kebebasan manusia kadang lepas kendali. Ia bisa menghina apa saja bahkan Nabi yang dinilai sebagai sumber keselamatan.

Bagi mereka yang sudah kebal terhadap hinaan karikatur itu tidak pernah digubris, biarkan saja orang bicara apa saja anggap saja orang gila yang menggambar dan membuat karikatur penghinaan. Toh keimanan tidak akan goyah hanya karena gambar picisan, namun ada orang - orang atau oknum atau agama yang akan sangat marah dengan cara orang mengekspresikan kebebasan itu.

Pada penganut agama garis keras, muncul radikalisme, muncul pembela agama yang akan membabat siapa saja yang melecehkan agama atas nama agama atau karena persaingan agama samawi.

Tiga agama sebetulnya mempunyai kepercayaan dan garis nabi yang sama, namun seiring berjalannya waktu ternyata ketiga agama terus berseteru, melahirkan tragedi, perang, meregangnya nyawa dan lepas kendalinya nurani manusia. Padahal sepanjang hari mereka berdoa, sepanjang hari khusuk menjalankan perintah agama, tapi tetap saja nyawa melayang atas nama prinsip kuatnya ajaran agama yang membuat manusia menjadi pemberang, pemarah saat hinaan datang.

Padahal Nabi zaman dahulu selalu hadir dengan cerita sebagai seorang yang pemaaf, kuat menghadapi hinaan, kuat menghadapi pelecehan oleh orang - orang yang tidak percaya Tuhan.

Kontemplasi dan pengendalian Emosi Manusia

Sebetulnya kalau manusia mendengarkan nuraninya, sering melakukan kontemplasi, permenungan, sering melakukan meditasi, meneliti bathin masihkah banyak orang menjadi pemberang. Bukannya setiap  agama selalu mengajarkan kasih dan lebih nyaman bila kejahatan dibalas dengan kasih sayang.

Sayangnya manusia tetaplah manusia meskipun sudah hapal luar biasa ayat - ayat kitab sucinya masih susah mengendalikan emosi. Ia akan mudah terpancing emosinya ketika ada orang yang melecehkan dirinya apalagi melecehkan dan menghina agamanya. Padahal Tuhan kenyang dihina oleh manusia yang katanya serupa segambar dengan Tuhan.

Manusia pemberang lahir karena ada tekanan, ada ajaran, kredo dari pengungkapan yang salah, tafsir yang beragam sehingga ada manusia yang semakin menguasai ajaran agama semakin menjadi pemaaf dan rendah hati serta semakin toleran.

Tetapi ada banyak manusia yang semakin beragama dengan konsep yang berbeda, tafsir berbeda melahirkan orang - orang keras, radikal dan cenderung lebih menampilkan kegarangan daripada kelemahlembutan. Itulah beragamnya manusia di bumi ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun