Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengingat Janji Pernikahan

4 November 2020   12:57 Diperbarui: 4 November 2020   13:13 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

"Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia". 

Seberapa ingat janji pernikahan? Dalam peristiwa pernikahan ada kalimat berjanji setia dan tidak akan berpisah sampai maut memisahkan. Bersama - sama mengarungi suka dan duka bersama. Maaf saya bukan penghapal yang baik tapi kata - kata dalam janji pernikahan itu adalah sebuah kata - kata bukan biasa, bukan main - main. Lebih sebagai tanggungjawab sebagai pasangan yang berjanji sehidup semati.

Bukan hanya Swarga nunut, Neraka ora katut(Surga Ikut, Neraka tidak Ikut), Yang benar adalah Swarga Nunut Neraka Katut (Surga Ikut Neraka juga Ikut). Namun pada prakteknya jika sang Imam melenceng ya diingatkan. Kalau mengarah pada penyimpangan, melakukan kejahatan maka tugas pasangan untuk mengingatkan bukan malah seia sekata dalam melakukan tindak kejahatan.

Fenomena perceraian saat ini begitu marak, pemicu utamanya masalah ekonomi, pemicu selanjutnya adalah adanya perbedaan yang terlalu lebar, Tidak ada kecocokan maka lebih baik bercerai daripada makan hati. Ada pemahaman yang bisa dimaklumi ketika sepasang suami istri akhirnya bercerai. Apalagi ketika dalam hidup tidak sejalan lagi, tetapi resiko menikah adalah toleransi terhadap perbedaan, mencoba menyatukan rasa, dan memaklumi kelemahan dan kekurangan pasangan. Tapi dari semua faktor di atas yang terutama memicu masalah ada tiga faktor yaitu keuangan, keluarga dan anak.

Kuangan 

Keuangan menjadi faktor utama munculnya pertengkaran, Ketika egoisme lebih menonjol dan tiap pasangan kaku dalam hal pengelolaan keuangan akan menjadi masalah besar. Maka agar selamat dan bisa melewati masalah tiap pasangan harus fleksibel dalam hal mengelola pasangan. Pasangan harus mampu menyesuaikan gaya hidup masing - masing sehingga persoalan keuangan menjadi mudah diatasi.

Keluarga

Konflik antar keluarga sering menjadi pemicu perceraian. Banyak mertua perempuan yang selalu bermasalah dengan menantu perempuannya, banyak masalah karena campur tangan keluarga yang membuat tingkat perceraian meningkat, dan akhirnya lupa janji pernikahan. Untuk mengatasinya  tiap pasangan harus mencoba saling mengerti dan mampu memperkecil konflik antar keluarga, sehingga masalah berat bisa diatasi.

Anak

Dalam kultur budaya Timur anak adalah penentu keutuhan sebuah keluarga. Suami istri tanpa anak akan menjadi masalah besar yang bisa memicu perceraian. Ada suku yang mempunyai tuntutan terhadap kelangsungan rumah tangga. Dengan anak apalagi yang bisa meneruskan garis keturunan atau marga akan lebih memberikan kepuasan bagi sementara keluarga. Hadirnya anak akan melengkapi kebahagiaan dan menyatukan dua keluarga karena kasih sayang yang tertumpah pada anak dan cucu mereka. Ketiadaan anak akan memicu konflik keluarga.

 Untuk mencoba memaklumi dan kompromi pada perbedaan prinsip dua manusia yang berbeda latar belakang baik budaya, pola didik, karakter, temperamen manusia harus belajar bertahun - tahun dengan melewati badai kehidupan.

Tidak semua harus sama tidak semua bisa memuaskan. Adanya perbedaan itulah yang membuat manusia mesti sabar, saling pengertian dan tidak memaksakan kehendak. Hidup berpasang- pasangan itu tidak semudah ketika berpacaran, melihat yang indah - indah melakukan hal romantis yang membuat pasangan klepek - klepek. Perlu perjuangan agar seiring perjalanan waktu bisa menjadi pasangan yang saling mengisi, saling melengkapi.

Janji pernikahan itu sebuah pekerjaan berat, apalagi jika pasangan saling keras keras kepala untuk tidak tunduk pada kemauan pasangan. Mereka mempunyai jurang menganga yang susah disatukan. Jika egoisme dipertahankan maka jaminan menjadi pasangan ideal akan menjauh. Sepanjang hari akan selalu muncul friksi dan berbagai pertengkaran yang susah terselesaikan.

Lalu apakah semudah itu mengatakan cerai ketika sudah mempunyai anak. Ada banyak masalah ketika orang tua memutuskan perceraian, akan membuat gelombang psikologis yang akan terbeban di pundak anak - anak, apalagi jika kedua orang tuanya berpisah dengan cara tidak baik, saling lari dari tanggungjawab.

Perceraian bagaimanapun tidak akan pernah diharapkan apalagi menyangkut masa depan anak yang akibatkan oleh orang tua yang broken home. Banyak bukti yang bisa dimunculkan bahwa anak yang orang tuanya bercerai alias broken home akan menemui banyak masalah, dari penyimpangan perilaku, munculnya anarkisme sampai penggunaan obat - obatan terlarang.

Maka setiap orang harus selalu ingat janji pernikahan, orang tua harus mau berkorban untuk keutuhan rumah tangga. Tidak ada manusia yang sempurna, tugas utama pasangan adalah saling melengkapi kekurangan dan belajar dari kesalahan. Bagaimanapun ketidaksempurnaan pasangan merupakan tanggungjawab yang harus dipikul, seiring dengan berjalannya waktu, badai itu akan segera berlalu dan setiap pasangan mulai mengerti bahwa setiap perbedaan itu sebuah tantangan, setiap pasangan harus bisa menyelesaikan dengan kepala dingin.

Hari ini Tepat 4 November 2007 lalu saya mengucapkan janji pernikahan. Bersama istri (Anastasia Lena Herdiana) mengarungi biduk rumah tangga. Banyak duka dan sukanya dan tanpa terasa telah melewati badai demi badai kehidupan, melewati ribuan masalah, melewati berbagai perbedaan, semoga sesuai janji pernikahan yang terucap, selalu bisa memelihara rasa, cinta, kasih sayang. Saling mencintai , saling mendukung. Diberi tiga anak yang sudah mulai beranjak besar.Dalam kelemahan, dalam kekurangan selalu ada energi lebih untuk menyatukan perbedaan. Tantangan pada manusia yang memilih berumah tangga selalu harus bisa memecahkan persoalan dengan hati adem dan meminggirkan emosi yang akan menggangu kehidupan keutuhan keluarga. Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun