Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kenapa Harus Rusuh, Demonstran?

9 Oktober 2020   12:52 Diperbarui: 9 Oktober 2020   13:16 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
serambi indonesia.tribunnews.com

Buruh itu juga pekerjaan mulia, mendorong perusahaan berkembang, menciptakan peluang kerja, namun ketika buruh sudah masuk dalam gelanggang politik, dimanfaatkan politisi, dibiayai untuk berdemonstrasi maka masalahnya menjadi runyam. Sama ketika agama sudah disusupi dan ditunggangi kepentingan politik, yang semula baik ya menjadi hancur, yang awalnya bertujuan mulia akhirnya rusak karena disusupi kepentingan. Demo yang bertujuan damai menjadi rusuh. Yang semula sudah berjanji tidak merusak, akhirnya mampu diprovokasi menghancurkan fasilitas umum.

Tuhan juga diperalat, diteriakkan, diagung- agungkan namun sambil membawa bara, menggenggam batu menghancurkan kaca, merusak dan menginjak - injak taman yang dengan capeknya ditata dan dicor. Siapa yang mengerjakan ya mereka para pekerja yang gajinya relatif  kecil namun yang tetap masih bersyukur dengan dirinya.

Saya rasa buruh yang turun ke jalan tidak semuanya tahu apa yang mereka lakukan. Yang berkuasa adalah para oratornya yang sudah lebih mengerti hukum, undang- undang, lebih mengerti tentang politik dan lebih melek pengetahuan.

Dan mereka yang tidak mengerti sangat mudah diprovokasi, diiming- imingi amplop, dan membiarkan larut dalam lautan amarah tidak terkendali. Banyak demonstran yang ketika ditanya apa sih sebenarnya RUU, Undang - Undang Cipta kerja bingung menjawabnya. Kalau demonstrasi tidak tahu tujuan untuk apa berdemonstrasi tentu sebuah ironi, sebuah kemunduran pola pikir.

Saya masih menghargai para pedagang yang setiap hari menenteng dagangan meskipun hasilnya tidak seberapa tetapi ada usaha untuk mendapatkan rejeki. Bukannya negara yang maju lahir dari etos kerja warganya yang disiplin dan kerja keras. Tidak ada negara maju yang warganya hidup dengan ongkang- ongkang kaki. Dan setiap warga mempunyai ukuran sendiri untuk menyesuaikan upah, kemampuan ekonominya dengan gaya hidup yang sesuai.

Kadang banyak yang memaksa diri misalnya guru yang kecil gajinya tapi setiap hari berkendaraan menggunakan moge, dan makan di restoran. Pastinya bisa dikatakan besar pasak daripada tiang. Gaya hidup ya sesuaikan diri dengan kemampuan kantong.

Sulitnya Bekerja di Tengah Pandemi

Di masa pandemi , mau buruh, pengusaha, guru, pedagang, petani semua terdampak. Pengusaha pasti bingung menggaji karyawan dan buruhnya ketika pendapatan dan laba perusahaan sangat kecil. Bagaimana menggaji buruhnya jika usahanya saja kembang kempis. Yang terbaik bagi pengusaha dan buruh adalah menekan pengeluaran. Buruh  tidak bisa memaksa pengusaha naik gaji, sedangkan pengusaha tidak juga seenaknya memecat buruhnya tanpa kompensasi yang bisa dimengerti keduabelah pihak.

Yang terdampak pandemi itu semua, maka salah satu cara membantu pemerintah di manapun berada hanyalah mengikuti protokol, sambil tetap mencari peluang usaha ditengah sulitnya perekonomian saat ini. Jika para demonstran bertindak anarkis, bukannya dampaknya lebih buruk lagi. Bisa - bisa krisis cepat datang dan para investor pun ogah menanamkan saham di negara ini. Ujung- ujungnya pengusaha bangkrut, buruhpun akhirnya tidak punya pekerjaan.

Ketika ingin melakukandemonstrasi sudah terpikirkan sejauh itu? Mungkin karena saya bukan buruh jadi kurang tahu kegundahan mereka. Tapi sebagai guru yang sama sama bergaji minimalis, masih banyak peluang yang bisa dilirik untuk mempertahankan perekonomian keluarga. Otak saya masih bisa jalan, masih bisa mencari peluang usaha dengan menulis, jika saya kuat masih bisa menggunakan aplikasi untuk menjadi ojek online. Daripada demonstrasi yang tidak bisa menyelesaikan persoalan. Apalagi menghadapi wakil rakyat yang sebenarnya wakil rakyat atau wakil partai. Salah satu solusi adalah tetap berpikir positif. Karena dengan jernih berpikir dan positif thinking akan ada jalan menyelesaikan masalah yang rumit dan sulit. Salam damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun