Bercerita ibu ibu yang akan tilik atau menengok ke rumah sakit karena bu lurah sakit. Dengan mendadak mereka hanya menemukan truk.Dan mereka berdiri di bak truk dengan tanpa pengaman apa - apa.Â
Di truk dalam perjalanan Ngganyik dan nggedabrusnya Bu Tedjo tampak menonjol ibu - ibu lain hanya manggut, manggut sedikit menimpali. Film Tilik itu sudah ditonton 16 juta kali. Tidak terbayang ternyata peminat film yang berbahasa Jawa itu sungguh luar biasa.
Melihat antusiasnya penonton pengelola televisi tentu menjadi was- was, jangan - jangan di era rebahan ini televisi menjadi sunyi yang ada mereka memegang smart phone sendiri - sendiri tertawa sendiri, entah saat sedang di toilet, atau saat istirahat di sawah. Asal ada jaringan internetnya dimanapun film bisa ditonton.
Film Pendek dan tayangan menarik menjadi tidak tertarik hadir di layar kaca. Mereka sudah punya pangsa pasar sendiri dan di era digital dengan munculnya You Tube, PodCast, livestreaming, TV instagram, live facebook.
Pengelola Televisi Mesti Jeli dengan Perkembangan Era Digital
Pengelola televisi mesti jeli agar dikemudian hari tidak gulung tikar karena tidak ada prospek untuk menjadi penangguk iklan. Banyak yang bermain di media digital dengan mengadakan perjanjian endorse dengan sosok yang sedang menjadi raja di media sosial.Â
Mereka lebih ngirit dalam pengeluaran untuk promosi, sebab sudah ada media yang lebih menjanjikan untuk memperkenalkan produk mereka tanpa perlu mengeluarkan kocek dalam - dalam seperti ketika menayangkan iklan di televisi.
Sinetron khayalanmu amat tinggi,cobalah lihat lagi apakah bertahan mempertahankan cerita yang kadang - kadang tidak logis. Selamat datang era film pendek yang menampilkan "kasunyatan" atau kenyataan tentang sosok- sosok unik di masyarakat. Nyatanya film Tilik, Lemantun (Wregas Bhanuteja), dan dulu ada Bulan Tertusuk Ilalang berbicara dalam ajang Festival film internasional.
Tapi tenang Televisi, kita yakin emak - jaman dulu masih masih suka tayangan televisi, kecuali emak - emak zaman now yang senang - senang kongkow di grup WA, sambil bikin status sedap di facebook atau Instagram sambil bercuit - cuit di Instastori dan Twitter. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H