Aku tidak pernah membayangkan tulisan - tulisanku akan menjadi rujukan dari sebuah acara seminar nasional yang selenggarakan sebuah perguruan tinggi, tidak membayangkan pula bahwa setiap membuka mesin pencari tentang artikel dan gambarnya ada saja tulisan - tulisan dan gambar yang sebelumnya telah kuposting di platform blog. Bahkan tetiba saja ada portal berita yang mengambil artikelku untuk dijadikan opini di lembaran mereka.
Sebuah kebanggaan tentunya karena hasil karyaku dengan niat untuk belajar menulis ternyata bisa bermanfaat orang banyak. Meskipun tidak seproduktif teman - teman yang setiap harinya bisa menulis dua tiga artikel secara konsisten namun tidak terasa sudah ratusan bahkan mendekati angka ribuan tulisan - tulisanku. itu baru yang di Kompasiana belum lagi tulisan yang pernah aku kirimkan di media lain dan beberapa novel yang saya buat dan dimuat di wattpad, Storial dan Kwikku,
Apakah aku merasa sudah menjadi penulis. Aku hanya akan menyebut diri ini pembelajar, Sepanjang yang kubisa aku akan belajar menjadi penulis. Belajar menjadi seorang yang mampu mendorong dan menginspirasi banyak orang dari artikel - artikel yang aku buat selama ini.Â
Kalau dikumpulkan tulisan - tulisanku baik yang sudah dijadikan sebagai kumpulan buku, antologi puisi, kumpulan cerpen, kumpulan artikel dari sebuah lomba dan kliping - kliping yang aku kumpulkan ketika aktif menulis di koran, mengirim cerpen di majalah dan beberapa surat pembaca baik di Tempo, Detik, Detak, Suara Pembaruan, Bernas, majalah Hidup dan sekumpulan artikel reportasi di Majalah Praba berupa artikel feature, sosok dan reportase peristiwa aku merasa bahwa ternyata banyak juga tulisanku selama ini.
Tetapi tentu saja bagiku belumlah layak disebut penulis. Aku merasa nyaman disebut sebagai seorang yang sedang belajar menulis. Mencoba membuat titian sejarah sebab dengan menulis kata orang akan tercatat dalam sejarah.Â
sebab dengan menulis kata Pramoedya Ananta Toer, tidak akan hilang dari sejarah bahkan akan tercatat abadi dalam goresan sejarah sampai kapanpun meskipun penulis sendiri sudah tidak ada di dunia ini.Â
Aku selalu ingat  kata - kata Pramoedya:Orang  boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Lalu karena sudah tercatat sejarah apakah lantas menulis seenaknya?! Apakah boleh memaki - maki boleh membuat tulisan yang melukai banyak orang?
Setiap tulisan yang dipublikasikan akan tercatat sejarah tetapi akan sangat merugikan jika seorang penulis asal - asalan, hanya menulis berdasarkan perasaan, tidak memperhatikan kualitas, tidak memperhatikan tata bahasa, tidak memperhatikan perasaan pembacanya. Karena menulis itu adalah titian sejarah maka aku merasa harus membuat tulisan yang mampu memberikan goresan positif kepada pembaca.
Itu semua bisa spontan muncul dalam ide menulis seorang penulis jika penulis banyak membaca, banyak mengamati, banyak melakukan kontemplasi, permenungan hingga dalam alam bawah sadarnya manusia bisa dengan leluasa menampilkan ide hasil dari simpulan - simpulan gagasan yang terolah dari bacaan, pengamatan, permenungan, meditasi dan doa seorang pembelajar.