Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Simbol, Salib dan Imajinasi Luar Biasa dari Manusia

14 Agustus 2020   07:55 Diperbarui: 15 Agustus 2020   15:24 1999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebegitu parahkah ketakutan pada simbol sehingga ketika kreativitas manusia muncul, menciptakan desain, logo harus ditelaah apakah membawa misi menyebarkan yang akan berujung agamisasi.

Aku manusia merasa terjebak dalam sifat - sifat egoisme. Mengaku baik, suci dan tidak berdosa tapi pikiran dan mulut masih memprovokasi orang lain untuk selalu curiga pada yang berbau simbol terutama simbol keyakinan lain.

Mungkin dengan menulis ini penulis merasa bahwa aku harus membuat introspeksi diri, ternyata sifat egoisme masih tersimpan karena bayangan ketakutan akan munculnya kebenaran yang lain dari kebenaran - kebenaran yang selama ini didengar dari ceramah dan khotbah pemuka agama. 

Dalam setiap agama selalu membuka kran kebenaran. Kejujuran adalah kunci dari kesejatian. Manusia akan selalu melakukan berbagai kesalahan, namun apapun kesalahannya Tuhan akan mengampuni dosa manusia.

Yang terlontar dari protes dan penolakan sekelompok ormas sangat disayangkan kelebihan interpretasi dan imajinasi. Jika ada logo dan kebetulan bentuknya mirip simbol agama tertentu apakah otomatis akan mengancam keberadaan agama tersebut. Hak memeluk agama itu setiap orang bebas memilih menurut keyakinan yang ada dalam dirinya. 

Namun saat ini agama tampaknya bukan persemaian yang baik untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran. Banyak konflik bermula karena aliran dalam agama yang membuat setiap orang merasa lelah. Capek karena banyak ternyata jiwa para pendosa dan iblis kadang lebih gencar karena manusia. 

Para pendosa sendiri tidak pernah mengaku sebagai antagonis, ia akan selalu mengatakan optimis dan orang baik, Tapi dalam setiap perkataannya lahir kata - kata yang provokatif, pembenci, pelontar kebencian. Saking setianya dan merasa harus selalu membela yang menjadi keyakinannya, orang lain, agama lain dianggap sebagai ancaman.

Saat ini apapun konflik sebermula dari persoalan keyakinan, rasanya terlalu mabuk ketika manusia selalu berpikir baik buruk, berpikir salah benar atas ajaran - ajaran agama yang dipegang teguh. Dan apapun istilah tentang toleransi, intoleransi selalu mendapatkan polemik yang tidak ada habis - habisnya. 

Masalahnya ada pada sudut pandang, penilaian pribadi, kelompok yang tidak akan pernah sama sepanjang masa. Dan karena agama dari zaman adam sampai sekarang manusia tetap rawan berkonflik tidak berujung.

Agama dan Konflik Tidak Bertepi

Memeluk keyakinan, mempunyai agama adalah hak dan mungkin kewajiban yang harus dilakukan manusia. Meyakini kebenaran itu mutlak apalagi kita harus bersyukur Pada Tuhan karena telah tercipta dan menjalani kehidupan dengan berbagai ujian yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun