Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Warna Bendera Merah Putihku Semakin Memudar

10 Agustus 2020   13:48 Diperbarui: 10 Agustus 2020   14:08 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat semakin lama di jemur, semakin lama mendapat panas matahari dan dinginnya curah hujanbendera merah putih semakin memudar, tidak lagi merah menyala, tidak lagi putih bersih malah terkesan kusam cenderung keabu- abuan.

Merah Lambang Keberanian?

Merah itu perlambang, simbol, seperti darah yang ketika mengental akan berubah menjadi hitam. Mengapa darah merah dan mengapa merah dilambangkan dengan keberanian, perlawanan dan sosialisme. Merah itu kemarahan, merah itu perlambang semangat perjuangan. Warna merah itu utama seperti halnya teori warna bahwa merah itu warna inti diantara biru dan kuning. Banyak negara menyertakan warna dalam setiap kibaran benderanya. Bahkan China, dan negara -- negara berpaham komunis yang bangga terhadap warna merah.

Selama darah masih merah maka kesegaran, semangat perjuangan masihlah kuat, selama darah masih aktif bergerak dalam tubuh selama itu hidup manusia masih panjang. Dalam simbolisasi pada istilah sejarah. Soekarno pernah berkata Jas Merah Sekali -- sekali jangan melupakan sejarah.

Merah itu godaan seperti halnya lipstick yang menempel di bibir, lambang sensualitas namun juga terkesan menor. Apapun merah telah memiliki makna luas, bahkan tiap suku, komunitas dan perusahaanpun bebas menginterpretasikan warna merah untuk menambahkan keberuntungan atau hoki. Pada kebudayaan China ketika merayakan Imlek selalu dominan dengan warna merah. Jadi jangan sekali - sekali hapus memori tentang merah dalam otak dan pikiran kalian( termasuk aku).

Setiap orang akan berpikir jauh di kedalaman saat memaknai warna merah, barangkali ada yang malah trauma dengan warna merah karena mengingatkan seseorang yang telah meninggalkan lama, yang telah melukai jiwa, ada yang mendorong untuk melakukan perbuatan jahat karena pengaruh warna, emosi, dan kobaran nafsu. Ketika mata memerah, menahan dendam membara dan membuat banyak manusia lupa daratan, seperti halnya ketika Sapi atau kerbau begitu emosional ketika melihat warna merah.

Putih bermakna Suci?

Putih itu bagi sebagian manusia (bahkan hampir semuanya) identik dengan kesucian, identik dengan kepolosan, identik dengan netralitas. Dan para politisipun serta pejabat alergi dengan istilah golput atau golongan putih. Orang yang berkulit gelap iri menyaksikan mulus kulit manusia lain yang lebih "putih" dari dirinya. Ada yang mengklaim manusia berkulit putih adalah manusia -- manusia pilihan dibanding etnis lainnya. Padahal banyak bule dan masyarakat yang memiliki kulit putih mulus malah ramai -- ramai berjemur agar menjadi lebih berwarna dan pekat warna kulitnya agar lebih seksi dan manis.

Orang -- orang beragama, menyimbolkan bahwa putih adalah kesucian, tanpa dosa.Bahkan banyak agama membawa simbolisasi putih sebagai simbol kekuatan spiritual, dan kekuatan bathin. Namun sekumpulan orang -- orang yang memakai dresscode merah kadang tidak sadar arti putih, sebagai lambang kedamaian, kesucian dan ketulusan. 

Banyak manusia yang menjadi takut ketika sel darah putih menjajah tubuh hingga menurun sel darah merahnya. Ketika demonstrasi bertabur warna putih apakah suara- suara teriakan dan yel -- yel serta semangat perlawanannya setara dengan ketulusannya yang kadang harus terbeli karena sejumlah uang.

Yang radikal, jubah pastur, daster dalam istilah kaum berdaster yang sering -- sering disebut- sebut di media sosial semuanya mengambil warna putih. Putih sebagai simbolisasi warna suci, identifikasi keimanan dan kekhusukan serta tidak lupa sebagai pembungkus jasad manusia mati yang tidak berdaya di liang lahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun