Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tapak Sunyi Orang Baik Terlindas Gaduhnya Langkah Orang Jahat

31 Juli 2020   12:51 Diperbarui: 31 Juli 2020   12:49 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke mana orang - orang baik bersembunyi, sementara dunia ini riuh dengan orang jahat yang merasa benar? Ke mana para pejuang yang tulus, termenung duduk sepi dan kesunyian tempat di mana kegaduhan lenyap tidak berbekas?

Orang - orang baik tepekur sendiri merasakan desahan lara hati nurani, sementara saat ini sorak - sorai kejahatan  mengalahkan orang - orang baik dan menyingkirkan mereka dari keramaian. Manusia laknat semakin banyak pun mereka yang katanya ahli pidato, ahli ceramah, ahli agama, ahli ilmu pengetahuan dan ahli mengibuli kebenaran.

Limpahan kekayaan terus berkerumun, menutup segala gelap lekap kejahatan. Rekayasa demi rekayasa dilakukan untuk membuat orang baik menjadi jahat dan orang jahat terselubung kebaikan semu yang bisa dibuat skenarionya.

Banyak manusia  siapkan berton- ton uang untuk memasung kebenaran sejati. Bahwa dalam wajah dan penampilan tampak benar aura kesucian tetapi dari mata dan jalinan kata - kata terlihat bahwa yang terlihat baik ternyata tidak sebaik penampilannya. 

Banyak manusia yang sedang mabuk ketenaran, mabuk agama, mabuk pembenaran terus mendengungkan "kebaikan" yang menempel dari sosok -- sosok tenar yang selalu kontroversi dalam kata dan kemasan "populisnya" Sementara dibalik kata- katanya kebudayaan, kemanusiaan semakin lenyap hilang tertelan peradaban modern.

Ke mana orang - orang baik melangkah bila setiap kebaikan selalu dipersalahkan, setiap langkah selalu ditelikung oleh ideologi- ideologi yang datang belakangan yang tidak pernah bercermin dalam makna kearifan lokal.  Yang teratur dikatakan biang kesialan. Yang benar dikatakan salah dengan mengacu pada dengungan - dengungan yang terus menerus diulang- ulang. Hingga cerita yang salah akhinya malah dipercaya sebagai kebenaran.

Bila membaca media sosial saat ini dan komentar - komentar yang membandang tampak bahwa kebenaran, kejujuran benar- benar dipaksa tiarap, hanya orang - orang yang mau nekat, sekaligus panjang lidah serta munafik yang bertahan dalam kesuksesan "duniawi". Sementara yang diam, yang benar yang jujur harus menderita karena tidak punya kuasa untuk lepas dari stigma  pencitraan yang selalu  didengungkan oleh entah siapa manusianya.

Seperti kata Ronggowarsito zaman sekarang adalah zaman edan yen ora edan ora keduman. Begitulah. Menjadi orang jujur sangat susah sebab banyak hal yang menjadi penghambat untuk orang jujur mengibarkan bendera kebaikan. Yang ada di zaman simulakra saat ini hanyalah orang - orang gila yang berani berspekulasi yang menang.

Siapapun pemimpin yang ingin berbuat baik akan selalu berbenturan dengan orang - orang yang sudah terjangkiti virus kekuasaan, virus mayoritas, gigantisme. Banyak manusia ( termasuk saya ) lebih senang diam ketika ada orang salah dan melakukan kejahatan. Semakin diam semakin baik karena akan selamat dan tidak akan terjebak dalam perdebatan panjang siapa yang benar dan salah.

Ketika media sosial gaduh dengan manusia - manusia yang merasa benar dan paling baik, mereka merasa berhak menghakimi orang - orang bagi khalayak umum bersalah. Padahal kesalahan muncul karena berita- berita yang viral yang tidak lagi akurat faktanya. Dari mendengar orang- orang, dari percakapan banyak orang terus ditulis dan disudutkan akhirnya kebenaranpun mulai pudar, berganti cerita -- cerita  tidak jelas yang akhirnya mengaburkan fakta.

Itulah yang terjadi saat ini, maka benar dikatakan bahwa saat ini  adalah era post truth. Era di mana berita hoaks menjadi benar, berita benar dinyatakan salah. Zaman serba terbalik. Orang baik bisa jadi menjadi bulan - bulanan media. Yang benar tampak terpojok oleh penilaian orang - orang yang merasa sudah menggenggam surga dan kebenaran menurut versinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun