Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Bahasa Daerah Menjadi Corong Budaya di Dunia Internasional

11 Mei 2020   21:34 Diperbarui: 11 Mei 2020   22:31 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika bahasa Jawa kemudian terkenal berkat lagu- lagu dari Didi Kempot, banyak bule, orang – orang yang berbeda suku sangat menyukai lagu- lagunya membuktikan bahwa bahasa Jawa memang dekat dan familiar. Maka amat sayang ketika orang- orang muda sekarang banyak yang lupa berbahasa daerah. Ini karena bahasa umum yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia.  Semoga dengan mendunianya lagu – lagu yang diciptakan Didi Kempot menggugah kembali kecintaan kaum milenial terhadap bahasa daerah. Bahasa merupakan salah satu duta bangsa, salah satu produk budaya yang bisa memberi efek positif dalam pergaulan internasional. Kajian bahasa Jawa banyak dilakukan oleh 0rang Eropa, ahli bahasa. Begitupun produk musiknya seperti gamelan, wayang, music etniknya sudah di kenal di luar negeri. Banyak yang universitas di luar negeri yang mempunyai seperangkat alat gamelan dan mereka mempelajarinya dengan serius.

 Di tayangan Youtube ada orang berwajah bule yang sangat fasih berbahasa jawa bahkan sampai dengan dialeknya segala. Orang Koreapun ada yang fasih berbahasa Jawa. Kajian tentang kayanya budaya Jawa dan kamus bahasa jawa malah sangat lengkap tersimpan di Belanda. Banyak ahli bahasa Jawa berkebangsaan Belanda. Manuskrip tentang keragaman bahasa Jawa sangat lengkap ditemukan di museum yang berada di Belanda. Ada beberapa sinden Bule yang fasih nembang Jawa. Banyak orang luar negeri yang belajar menari di sanggar- sanggar yang tersebar di banyak negara di dunia.

Lebih aneh mengaku Jawa misalnya tetapi tidak bisa berbahasa Jawa dan kalah luwes dan “canggih” ketika bertutur dengan bahasa ibunya sendiri. Banyak orang luar negeri antusias mempelajari bahasa, musik, kesenian dan budaya Jawa tetapi di negara sendiri di kampung halamannya sendiri jarang menggunakan bahasa sendiri sebagai bahasa pergaulan.

Pada momentum ketika  lagu Jawa tengah digandrungi berkat Didi Kempot,terutama kaum milenial, kaum penggila drakor, kaum yang sangat menguasai tutur bahasa digital, kembalilah membumi dan melestarikan budaya sendiri terutama bahasanya, keseniannya, budayanya karena dengan itu Indonesia bisa sejajar dengan bangsa- bangsa lain di dunia. Tidak usah sibuk menjadi komentator, dan pegiat media sosial yang lebih sering nyinyir dan memperkeruh suasana. Lebih bagus menjadi penggila bahasa yang bisa dikenalkan di dunia internasional.

Jadi orang muda tidak usah minder menggunakan bahasa daerah. Malah harus bangga karena bahasa (jawa) sudah dikenal di manca negara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun