Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ismanto Pematung dari Lereng Merapi Berbagi Kepedulian Korban Covid-19

17 April 2020   17:56 Diperbarui: 17 April 2020   17:50 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Laman Facebook begitulah nama yang tertera adalah Makhluk Merapi. Pematung yang sukses memonumenkan karyanya yang akan selalu dikenang masyarakat. Pematung yang membuat dan merancang Patung Maria Ratuning Katentreman di Desa Gantang, Sawangan, Magelang. Serta patung Maria yang dipasang Di Sintang Kalimantan Barat.

Di Magelang namanya sudah melekat sebagai seniman dengan bakat luar biasa. Ia bisa melukis, main teater, dan juga membuat patung batu. Bahan batu didapatkannya dari batu yang tertimbun di bawah sawah di sekitar Dukun Magelang. Dalam mematung ia berani membuat inovasi dan berbagai terobososan sehingga dari hasil perjuangannya bertahun- tahun akhirnya sukses menapak sebagai seniman yang mampu hidup dan menghidupi keluarganya dari hasil kiprahnya sebagai seniman.

Sekitar tahun 2000  sebelum saya merantau ke Jakarta saya masih ingat bahwa ia masih tidur di rumah berdinding bambu. Rumahnya masih sangat sederhana. Makan sederhana meskipun mulai bisa mengumpulkan uang dari hasil melukis dan membuat patung. Ismanto yang "hanya "lulusan SMP (SMPK Santa Maria Banyutemumpang) mampu membuktikan bahwa ia mempunyai tekad untuk sukses melebihi seniman dan pelajar yang menekuni dunia kesenian dari jalur akademik. Ia sering nyantrik ke seniman di Bali, mencari ilmu ke mana saja untuk mematangkan bakat seninya yang memang luar biasa. Dulu saya sering bersama main teater.

Jiwa senimannya luar biasa dan wawasannya tentang kesenian, filsafat dan hal -- hal yang berhubungan dengan seni melebihi seniman akademik. Di Tahun awal tahun 2000 an saya masih seorang Joko Klantung. Belum punya penghasilan tetap alias pengangguran yang sok sibuk kumpul- kumpul berorganisasi. Saya sendiri belum tahu apa sih yang saya kerjakan. Kadang menulis, kadang iseng- iseng main teater. Pernah bercita -- cita menjadi artis Jakarta tetapi tahun 1999 kabur dan pulang kampung.  Jadilah Joko Klantung yang tidak punya penghasilan tetap. Beruntung orang tua pegawai negeri jadi masih bisa bernafas dan makan enak.

Di situ saya melihat kegigihan kesenimanan Ismanto. Ia bertahan di rumahnya yang sebagian masih berdinding bambu. Saya tahu suatu saat keteguhannya hidup dari berkesenian akan menuai hasil. Ismanto pernah menjadi buruh, sekolah sambil membawa dagangan. Jaraknya dari kampungnya di dusun Ngampel,Desa Sengi, Kecamatan Dukun Magelang cukup jauh sekitar 5 Kilo. Ia jalani dengan jalan kaki. Ia adalah kakak kelas saya. Waktu saya kelas 1 SMP ia kelas 3 SMP. Gemblengan hidupnya dan bakat luar biasanya sebagai pematung mengantarkannya sukses sebagai seniman.

Saya sendiri dulu sudah mulai senang dengan dunia saya yang lain yaitu tulis menulis. Ada titik kepuasan ketika tulisan saya nangkring di majalah meskipun lingkupnya daerah. Pelan- pelan saya mulai percaya bisa menulis meskipun orang tua terus mendorong untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijasah saya sarjana. Tahun 2000 itu sebetulnya saya yakin akan bertahan sebagai penulis, meskipun honor dari menulis hanya bisa untuk ntraktir beberapa mangkok bakso saja.

Di desa saya bukanlah petani karena jarang turun ke sawah, guru bukan karena sebenarnya dulu saya tidak membayangkan akan menjadi guru, hingga tahun 2001 ada panggilan menjadi guru di Jakarta.  Setelah itu interaksi saya dengan seniman Ismanto amat berkurang dan jarang mengikuti perkembangan karena lebih sering tinggal di Jakarta.

Tetapi ia sudah menemukan jalan terangnya sebagai seniman. Patungnya mulai dikenal dan kiprahnya sebagai seniman mulai mendapat pengakuan. Pelan namun pasti ia semakin sukses menapaki hidup sebagai pematung. Dan ia tidak lupa kacang pada kulitnya. Ia sering membantu orang- orang, membantu sekolah yang pernah mendidiknya di bangku pembelajaran. Ia juga mulai memberikan kontribusi nyata bagi lingkungannya.

Jadilah Ismanto sebagai seniman, pematung, pelukis, Pegiat teater yang peduli pada lingkungan, peduli pada masyarakat. Kreasinya terus mengalir. Bukan hanya sebagai pematung tetapi sebagai budayawan yang paham betul akan kearifan lokal, akan kekayaan budaya lingkungannya. Ia berkontribusi sebagai seniman lima gunung, bersama seniman -- seniman jogja dan sekitarnya menggalang berbagai kegiatan untuk melestarikan kebudayaan lokal. Karya -- karyanya sudah terbang ke mancanegara tapi visi keindonesiaannya sungguh luar biasa. Di rumahnya sering dikunjungi oleh tidak kurang pesohor seperti Sutradara garin Nugroho, pematung Arahmaiani,Sawung Jabo, Sindhunata,

Kalau anda pernah ke Jogja ada karya monumental yang dipajang di pelataran Toko Buku di Tengah Kota Jogjakarta. Patung Maria di Tana Toraja Sulawesi Selatan yang dibuat tahun 2005.

Kadang seniman memang tidak perlu sekolah tinggi -- tinggi. Ia belajar dari kehidupan, belajar dari lingkungan. Untuk menjadi pembelajar bisa di mana dan kapan saja. Untuk bisa menguasai filsafat seseorang tidak harus berguru pada profesor doktor. Buku bisa dicari dan dibeli tetapi pengalaman hidup susah dibeli.  Ia mendengar, ia merasakan denyut nadi alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun