Bicara politik memang menggiurkan, apalagi ditambah dengan isu- isu yang membikin adrenalin semakin tertantang. Padahal saat ini perkara yang paling penting adalah bagaimana melepaskan diri dari ancaman covid -- 19 yang masih susah diprediksi kapan berakhirnya. Ada yang menebak akhir Mei selesai, tetapi ada yang memperkirakan bulan Desember baru semuanya tuntas, selesai.Â
Eh siapa yang bisa menebak dengan tepat hitung- hitungan manusia tersebut. Banyak yang mengira penyebaran virus hanya kurang lebih tiga bulan tapi sampai saat ini ternyata belum juga ada titik terang kapan selesainya. Tetapi yang aneh politikus masih saja berisik bicara tentang susunan pengurus, bicara tentang masa depan politik dan kampanye presiden.
Jika kamu senang dunia politik dan saat ini berisik bicara tentang kampanye, mungkin saja kamu ditimpuk banyak orang. Masalahnya sekarang adalah bagaimana bisa bertahan di tengah ancaman PHK, kehilangan peluang bisnis, kehilangan pekerjaan isolasi besar- besaran, lockdown yang diterapkan beda- beda tiap wilayah tergantung seberapa berat kasus persebaran covid - 19.
Jika bicara stategi menghadapi ancaman wabah itu bukannya termasuk bicara tentang politik. Politik secara umum, bukan politik yang ada dalam pikiran wakil rakyat yang ada di senayan dan para petualang yang ingin memungut keuntungan dari paniknya pemerintah akan ancaman krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis sosial.
Sudah ada kelompok anarko sindikalis yang berusaha memperkeruh suasana dengan membuat sebaran kata- kata provokatif yang mendorong masyarakat terdampak marah, kalut dan akhirnya mengikuti gerakan -- gerakan yang berujung kerusuhan massal, penjarahan, pemberontakan. Semuanya karena krisis ekonomi, krisis sosial dari mereka yang kena korban PHK yang tidak bisa lagi mencari uang akibat peluang yang dipersempit.
Apakah pemerintah salah, apakah para pengusaha kejam telah memberhentikan karyawan dan pekerjanya. Mereka sendiri bingung, sebab perusahaannya terkena imbas dari PSBB, dari pembatasan pergerakan di luar rumah.
Semua orang khawatir, tidak terkecuali. Bahkan negara sebesar Amerikapun pontang panting akibat covid -- 19. Jadi jangan merasa diri paling menderita karena semua orang juga mengalami masalah yang sama. Semakin tidak patuh, semakin menyepelekan anjuran untuk tidak beraktifitas di luar rumah maka semakin lama virus akan bertahan menjadi ancaman manusia.
Semakin patuh para peraturan, semakin kompak dalam menanggulangi persebarannya, semakin cepat derita berakhir. Jika watak ngeyel masih dipertahankan, jika anjuran dan imbauan hanya dianggap angin lalu maka sangat susah mengatasi persoalan yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cepat asal semua orang kompak dan satu dalam kata dan semangat untuk lepas dari bencana.
Masalahnya kadang masyarakat merasa lebih percaya diri bahwa hidup dan mati itu ditangan Tuhan, kalau sudah saatnya mati ya tidak bisa menghindar. Lalu mereka dengan pedenya keluar tanpa masker, mereka berkerumun dan tidak peduli pada bahaya jika terus melakukan kegiatan kumpul - Â kumpul.Â
Siapa menjamin bebas dari ancaman virus. Banyak yang tidak menyadari bahwa jika satu dua orang merasa aman dan tidak mengindahkan peraturan lalu dihitung dan dilipatgandakan dengan pemikiran yang sama di tiap -- tiap daerah. Semakin banyak masyarakat yang keras kepala tidak mengindahkan peraturan semakin banyak yang akan terpapar virus.
Banyak masyarakat malah bangga bisa melanggar peraturan, banyak masyarakat ketika disarankan untuk memakai masker malah marah- marah, merasa terlalu diatur, merasa tidak diberi kebebasan. Padahal peraturan itu sebetulnya untuk kepentingan masyarakat sendiri. Harus ada pengorbanan untuk bisa mengatasi persoalan rumit, dibutuhkan kesabaran untuk menahan diri dari hasrat untuk keluar rumah.