Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Work From Home seperti "Nano-Nano", Penuh Rasa dan Masalah

29 Maret 2020   22:22 Diperbarui: 30 Maret 2020   18:03 3842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:nova.grid.id

Berkumpul bersama keluarga itu luar biasa istimewanya bagi orang yang biasa bekerja di luar. Bangun pagi pulang malam. Sejak matahari belum nampak sampai matahari tenggelam. Banyak pekerja yang mempunyai pola kerja seperti itu. 

Rumah di Pinggiran Kota, sebuah kota penyangga yang jaraknya puluhan hingga ratusan kilo meter. Setiap hari harus berjibaku dengan kemacetan, menunggu dan hidup dalam ketergesaan. 

Waktu teramat berharga dan banyak momen terlewatkan hingga tidak terasa anak- anak sudah besar. Mungkin hanya Sabtu dan Minggu momen kebersamaan itu ada. Itupun kadang harus melakukan pekerjaan lembur hingga Sabtu dan Minggu berlalu.

Kini ketika ada keharusan untuk bekerja di rumah karena wabah Corona  kesempatan waktu untuk keluarga terbuka selebar- lebarnya. Namun beberapa kendala berikut ini bisa membuat WFH menjadi canggung dan bahkan malah membuat stres orang- orang yang biasa bekerja di kantor.

Masalah koneksi internet.

Pekerjaan yang dibawa dari kantor ke rumah adalah masalah koneksi internet. Para pekerja tentu harus selalu memberi laporan lewat online, juga press conference ataupun melakukan pertemuan dengan klien, para siswa, kolega melalui jaringan internet. 

Padahal bisa jadi internet di rumah  tidak cukup besar untuk aktifitas rutin pekerjaan kantor. Kebiasaan di kantor pekerjaan dengan jaringan internet disupplai dan dibiayai kantor. 

Ketika bekerja di rumah maka muncul tambahan biaya penggunaan internet. Padahal di rumah banyak yang menggunakannya. Apalagi bila yang menggunakan lebih dari satu, anak suami atau istri semua menggunakan fasilitas itu. Tuntutan kerja koneksi harus kuat untuk menopang lancarnya pekerjaan, tetapi praktek di lapangan tidaklah semudah bayangan sebelumnya. 

Ketika semua menuntut untuk bisa mengerjakan tugas dengan fasilitas internet maka beban data yang berat membuat internet menjadi lemot. Di situ stres mulai datang, emosi mulai naik dan kekesalan- kekesalan mulai bergerak hingga menjadi titik didih frustasi.

Masalah internet itu harus dipecahkan. Salah satu caranya adalah membuat jadwal bersama di keluarga agar sama- sama mampu menyelesaikan pekerjaan atau pembelajaran tanpa khawatir bentrok. Pada awalnya pasti susah karena harus mengalahkan ego masing- masing.

Masalah Kedisiplinan dan Pola Kerja

Disiplin, keteraturan dan tenggang rasa menjadi kunci suksesnya sebuah pekerjaan di rumah. Bagaimana jika seorang pekerja harus membagi waktu untuk anak, istri/suami plus mertua. Merasa bahwa semua kumpul di rumah, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, padahal banyak urusan kantor yang belum beres. 

Pecahnya konsentrasi pasti membuat stres pekerja kantoran. Belum lagi masalah- masalah di rumah itu seperti tidak habis- habisnya sampai menjelang tidur. 

Kualitas waktu bersama keluarga menjadi pelik karena ternyata pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan dalam hitungan jam harus diselesaikan berhari- hari. Apalagi jika ada yang pasangan sering ngomel kok hanya duduk di laptop melulu, tidak membantu pekerjaan di rumah?

Banyak yang harus bisa menyesuaikan diri antara pekerjaan yang bisa diselesaikan di kantor dengan pekerjaan yang dibawa ke rumah selama masih ada waktu untuk mengecek pekerjaan. Nyatanya secara praktek. 

Pekerjaan kantor itu sudah bahkan sangat susah bila dikerjakan di rumah. Orang yang biasa bekerja dalam hening, perlu konsentrasi harus menyesuaikan diri untuk bisa bekerja di tengah keluarga yang begitu nano- nano tingkahnya. 

Mereka memanfaatkan kesempatan untuk mencari perhatian. Dan kadang keributan itu datang dari anak -- anak yang rebutan mainan, rebutan gadget dan remote TV. 

Ada lagi tiba- tiba pasangan pengin sesuatu sehingga di tengah -- tengah pekerjaan yang butuh konsentrasi tiba -- tiba harus hilang mood karena pasangan butuh bantuan.

Masalah dengan Pasangan dan "mungkin"Mertua

Lebih repot lagi jika ternyata Mertua atau orang tua kita berada bersama. Ada rasa ketidakenakan ketika mertua atau orang tua sibuk bersih- bersih sedangkan ia sendiri harus berpaku di depan laptop. 

Jika orang tua atau mertua tahu pekerjaan bisa maklum, tetapi bagaimana jika ketemu mertua dan orang tua yang cerewet yang minta dibantu, diantar, ditemani memasak, atau membersihkan rumah.

Itu kendala bekerja di rumah. Bukan pengin tidak ingin ketemu keluarga sepanjang hari. Tetapi pekerjaan yang butuh konsentrasi tinggi pasti butuh toleransi dan pengertian tinggi dari anggota keluarga. 

Kalau pendapatan memadai dari pekerjaan di rumah pasti banyak anggota keluarga mengerti, tetapi bagaimana jika ternyata banyak bisnis, atau urusan kantor menjadi terbengkalai saat dikerjakan di rumah.

Masalah Jenis Pekerjaan  yang Sering Menjadi Kendala Bekerja di Rumah

Banyak orang yang mempunyai tipe introvert mungkin malah sukses bekerja di rumah, tetapi bagaimana yang pekerjaannya di lapangan, yang idenya dipungut ketika kelakukan travelling. Pasti akan susah karena ada hal yang berbeda yang membuat hasil karyanya tidak maksimal dan akhirnya pemasukan menipis. 

Tantangan bekerja di rumah itu tentu harus segera dipecahkan. Tapi dibalik kesulitan dan tantangan bekerja di rumah itu ada banyak sisi positifnya. Salah satunya pasti lebih memahami kemauan pasangan (itu jika sudah menikah). 

Jika sudah mempunyai pasangan dan anak seorang yang yang bekerja di rumah menjadi lebih tahu betapa rumitnya pekerjaan rumah tangga. Meskipun terlihat enteng atau santai ternyata menguras tenaga. 

Tenaga terkuras  ketika seorang pekerja harus merelakan waktu dulu agar persoalan keluarga selesai baru kemudian memulai pekerjaan yang menjadi tuntutan kantor yang harus dilaporkan berkala dan tepat waktu.

Intinya bekerja di rumah itu harus bisa menyelesaikan masalah- masalah di rumah dahulu. Anak -- anak harus mengerti bahwa ada waktu ketika orang tuanya tidak boleh terganggu pekerjaannya karena butuh konsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaan kantor yang harus diborong di rumah. 

Orang rumah harus diberi pengertian dan tentu harus bisa kompromi tentang jadwal pekerjaan kantor yang harus mendapat perhatian. Jika bisa mengatur dan menyelesaikan masalah dengan keluarga maka ada banyak keuntungan yang bisa didapat dari WFH. Kedekatan, kekompakan, pengertian menjadi bonus dari manfaat bekerja di rumah. Yang lainnya adalah keluarga menjadi tahu betapa beratnya pekerjaan di kantor sehingga perlu konsentrasi dan usaha saling pengertian agar tidak mengganggu pekerjaan yang sedang ditangani.

Semua Masalah Bisa Diselesaikan Bila Pikiran Jernih

Masalah memang akan selalu hadir dalam hidup setiap manusia. Momen WFH adalah momen ketika keluarga menjadi kunci suksesnya pekerjaan. 

Bila lulus dan akhirnya bisa menyesuaikan diri maka di masa isolasi ini tidak masalah jika setiap hari sepenuh hari bisa ketemu setiap saat dengan keluarga. Yang penting jangan sampai ketika pekerjaan di borong di rumah akhirnya malah menjadi kontra produktif dan berakibat pekerja dirumahkan selamanya. Itu tragedi. 

Semoga wabah cepat berlalu, sehingga pola kerja menjadi normal kembali. Jika banyak orang biasa bekerja di rumah dan menghasilkan prospek bisnis cerah, silahkan diteruskan WFH nya karena pastinya keluarga akan membantu sepenuh hati. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun