Jika pengin terkenal, kamu harus berubah total. Dan kalau perlu pindah keyakinan. Dan buka saja apa yang menjadi keyakinan lamamu. Barangkali kamu sudah punya bekal pintar ngomong, pintar meyakinkan orang bahwa ceritamu itu layak didengar dan itu sebuah kesaksian bahwa keyakinan barumu memang lebih menjanjikan, lebih memberi kesempatan untuk cepat kaya dan cepat populer.Â
Dengan pengetahuanmu yang tidak seberapa kau berani bicara, berani memberi pencerahan bahwa ternyata kamu menemukan kelemahan- kelemahan keyakinan lamamu tapi hanya dengan emosional.
Lalu mendongenglah kamu bahwa dulu itu bla bla bla, dan eloknya di jaman sekarang berita hoaks saja lebih dipercaya daripada berita- berita yang datanya lebih valid, semuanya hanya karena paham radikal yang sudah meracuni pikiran dan jiwa.
Aneh benar jika agama  menjadi tempat maksiat untuk memuaskan sifat- sifat dasar manusia yang penuh balutan dosa, penuh dengan serentetan tipu muslihat dan kebohongan- kebohongan yang tidak diakui.Â
Fenomena saat ini banyak pemuka agama dadakan rasa selebritis, yang pintar memainkan kata-kata dan mempunyai follower banyak, pandai memainkan isu dan hebatnya pengikutnya setia mendengarkan ceramahnya yang cenderung kontroversial.
Saya bingung saja, kenapa saat ini fenomena mabuk agama membuat manusia terjebak dalam pusaran kebencian. Demi meraih popularitas banyak pemuka agama harus membuat identitas palsu, terutama tentang latar belakang pendidikan.Â
Mengaku punya gelar akademik bergengsi, pernah menjadi misionaris, pernah kuliah di Vatikan dengan menjadi lulusan terbaik. Padahal di Vatikan tidak ada universitas, tidak ada tempat pendidikan, yang ada adalah tempat pemimpin tertinggi agama Katolik.
Bohong itu salah satu dosa. Tetapi diperlukan untuk meyakinkan diri agar diterima pengikutnya. Dan demi meraih popularitas, atas nama bela agama, ada genderang perang yang sengaja dicanangkan agar pengikutnya semakin bertambah kebencian pada keyakinan lain hingga akhirnya muncul antipati.
Maaf saya menggurui ya, maaf, bukan karena guru saya menulis begini, tetapi menyayangkan dengan pendidikan saja manusia - manusia sudah terkena endemik radikal, apalagi tanpa bekal pendidikan cukup akan semakin banyak manusia dibuat pintar untuk merekayasa bom, merangkai pengetahuan agama yang masih cethek, mengubah diri menjadi pengajar agama. Yang sudah berpuluh- puluh tahun belajar agama saja hati- hati dalam menularsebarkan agama.Â
Mereka masih belum apa- apa, masih perlu belajar untuk belajar bijak. Semakin tinggi ilmu, semakin merasa penuh kekurangan. Dan Bila ada manusia yang baru saja mengenal agama, belajar sesuatu yang baru lalu seperti pedagang dan motivator yang bermodal beberapa tayangan power point berani kencang- kencang mengibarkan diri menjadi penceramah, sungguh patut ditepuktangani.Â
Toh mereka yang diceramahi tidak akan telaten membedah satu persatu apa yang dikatakan penceramahnya, pun jika dibohongi mereka tetapi merasa penceramah itu benar, jadi untuk apa kritis, enjoy menikmati susunan kata yang sebetulnya lucu bagi orang yang mempunyai pengetahuan tinggi.
Untuk populer sekarang ini banyak caranya, menjadi youtuber bisa buat saja tayangan Edan, nganeh- anehi atau buka aib sendiri kalau perlu. Buat saja tingkah konyol, kalau perlu kentir. Lalu misuh misuh di media sosial, dijamin cepat terkenal dan populer.
Masyarakat ternyata selalu rindu untuk melihat makhluk antik, semakin antik dan wajahnya nyeleneh akan semakin diperhatikan. Jadi jangan rendah diri kepada yang "maaf, tampang antik".Â
Anda berpotensi menjadi orang terkenal!. Menjadi pas- pasan dan tidak pernah nyeleneh tidak menguntungkan untuk saat ini, kamu hanya akan menjadi manusia biasa.Â
Dan ketiika wajah antik disertai dengan lontaran kata- kata yang membuat anda "pengin numpang pup" maka beberapa langkah lagi akan menjadi terkenal, walau entah terkenalnya karena prestasi atau karena dikejar- kejar satpol PP karena buka lapak sembarangan. Hajinguk ki!
Pada judul di atas dibuat judul dengan nada bertanya.Untuk Populer memang wajib berbohong? Ya berbohong itu hanya bumbu awal, kalau sudah terkenal khan bisa tobat, mengaku dengan bisik-bisik kepada managernya, kepada anak buahnya bahwa ia perlu trik, agar melejit, salah satunya dengan berbohong, toh dulu orang tua kita sering berbohong, alasannnya demi keselamatan, agar orang tua tidak terbebani jika menjawab terlalu jujur malah membuat anak semakin penasaran bertanya.
Jika terlalu jujur maka tipe anak sekarang selalu akan mencecar sampai ke akar akarnya dan akibatnya bisa satu anak semakin pintar, semakin banyak pertanyaan terlontar. Bagi penceramah yang berawal dari tingkah nyeleneh akhirnya akan merasakan keanehan, ternyata menjadi nyeleneh itu bikin ketagihan.
Duh, Gusti ada - ada saja sekarang. Siapakah yang keblinger saat ini? Yang mengaku taat beragama tetapi selalu saja membuat resah orang, atau yang tidak beragama tetapi selalu sigap membantu kesusahan orang lain.Â
Yang baik itu sudah orangnya baik, taat beragama, rendah hati dan mau bergaul dengan siapa saja, bahkan yang bisa selalu menolong saat orang lain kekurangan, terpuruk dan terjebak dalam ruwetnya kehidupan.Â
Tetapi ada berapakah manusia yang sesempurna itu? nabi saja masih banyak kekurangannya sebagai manusia, meskipun bagi anak buahnya sudah dianggap sebagai sempurna.Â
Keteladanan nabi lebih digambarkan sebagai manusia sempurna yang bisa merubah paradigma manusia yang semula tidak percaya Tuhan namun kemudian percaya dan mengikuti keyakinan sang Nabi.
Kalau banyak manusia sekarang ini tengah mabuk"keyakinan" Semoga semakin sadar bahwa jati diri manusia itu akan sempurna karena perbedaan. Tidak usah berpikir untuk menyeragamkan keyakinan, karena semakin memaksa akan semakin banyak tragedi muncul, perang tidak terhindarkan, kebencian semakin memuncak dan kekejaman meningkat berlipat- lipat.Â
Yang menenangkan itu bila setiap manusia menghargai kekurangan manusia lain, saling mengisi kekurangan , saling menghormati cara pandang manusia/ titik pandang  yang tidak akan pernah sama.Â
Percaya manusia tidak ada yang pernah bisa sempurna, mendekati sempurna itu mungkin, tetapi menjadi sempurna itu mustahil, selalu akan ada kekurangan dalam diri manusia dan kehidupannya.
Mewartakan kebaikan itu bukan hanya seperti sales ada tawar menawar, ada trik trik  diskon, dan transaksi seberapa menguntungkan jika berdoa berdasarkan panduan dan balutan agama. Yang sempurna itu jika beragama, baik hati, rendah hati, murah hati, ringan tangan, cepat tangkas bila tenaganya diperhatikan dan diperlukan.
Sekarang tidak mudah mengubah manusia, mengubah mereka yang sudah dicuci otaknya menjadi pengikut agama fanatik, berkeyakinan bahwa hanya dirinya yang sempurna, hanya agamanyalah yang paling benar, sementara ia melecehkan orang lain dengan cara pandangnya.
Ah, ngelantur saja kamu mas Bro... Atau karena kamu tidak mampu maka iri. Ah. Tutup saja artikel dengan salam penutup. Salam damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H