Pun yang terjadi di Sulawesi ketika ada mushola atau balai pertemuan yang digunakan untuk kegiatan berdoa. Ada elemen masyarakat yang melakukan protes hingga pengrusakan sarana ibadah sehingga muncul komentar viral tentang mengutuk perbuatan biadab yang dilakukan masyarakat sehingga menyeret isu sensitif yaitu agama.
Masyarakat yang sebetulnya biasa berinteraksi dan hidup rukun tanpa mempersoalkan status agama kadang diprovokasi oleh media massa, media sosial dan orang- orang politik yang menggerakkan ormas untuk menajamkan kebencian dan melakukan upaya memecah belah persatuan dan kesatuan.
Masyarakat dikondisikan untuk takut terhadap keyakinan lain sehingga terkesan dengan adanya bangunan tempat ibadah akan muncul ekspansi agama. Padahal banyak tempat ibadah (gereja, masjid yang membantu masyarakat yang kekurangan, melakukan bakti sosial, bakti masyarakat dengan pengobatan gratis. Karena provokasi maka niat baik dicurigai sebagai upaya penyebaran agama.
Bagaimana dengan harkat dan martabat manusia. Apakah terlalu sombong untuk menyatakan bahwa diri mereka dan kelompoknya yang paling benar, paling mulia sehingga berhak menghakimi orang lain atas nama keyakinan dan agama.
Dalam sejarah jika agama dan kekuasaan saling bersinergi akibatnya adalah kerunyaman dan kehancuran. Harkat dan martabat manusia itu akan terasa damai jika setiap manusia mau mengakui kekurangan dan kelebihan orang lain, membiarkan dengan cara mereka sendiri menemukan kebenaran.
Yang sekarang terjadi harkat dan martabat manusia terjun bebas karena nafsu berkuasa. Dalam kekuasaan jalan yang ditempuh kadang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan. salam damai selalu.