Joko WIdodo
Gubernur paling dibully adalah gubernur Jakarta. Ini fakta, paling tidak dimulai dari era Jokowi ( 15 Oktober 1912 -16 Â Oktober 2014). Segala pembicaraan tentang Jakarta berhubung dengan pembangunan, kebijaksanaan, serta terobosan- terobosannya mengundang polemik. Jokowi dibully karena meninggalkan Jabatan Gubernur untuk maju sebagai Calon Presiden.
Dan takdir serta suratan sejarah Jokowi melenggang mulus ke Istana. Dari Seberang IRTI untuk melangkah ke Jalan  Medan Merdeka Utara No.3, RT.2/RW.3, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110 . Jokowi membuat kecewa mereka yang mendamba ingin mendapat tuah dari jabatannya sebagai gubernur Jakarta.
Ternyata hanya bertahan sampai 2 setengah tahun. Banyak sebagian orang Jakarta meninggalkan tanggungjawab, sama seperti ketika juga meninggalkan jabatan walikota solo karena digadang- gadang menjadi kandidat kuat Gubernur Jakarta. Sejak Jokowi muncul pembelahan- pembelahan utamanya netizen, masyarakat media sosial yang semakin beringas dalam memeriahkan perang di dunia maya.
Mereka seperti melupakan salah satu warisan paling berharga bangsa ini, menjadi bangsa yang ramah, bangsa beradab yang santun dalam bicara atau berkata- kata. Saat ini begitu mudahnya mencaci, mengejek dan melontarkan kata- kata yang tidak cocok dengan budaya timur. Ramainya komentar sarkas di media sosial membuat miris, bagaimana perjalanan bangsa Indonesia ke depan.
Ahok (Basuki Tjahaja Purnama)
Ahok(2014 - 2017) sebagai pengganti Jokowi tidak kalah tragisnya. Ia yang memang bertemperamen keras, lugas dan sering terlihat melontarkan kata- kata kesal ketika ada yang tidak memuaskan dirinya, tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Namun banyak pendukungnya menilai ia jujur dan tipe Ahok sangat diperlukan untuk memimpin Jakarta yang dipenuhi para preman, predator, mafia, penjahat, koruptor di samping tidak dipungkiri bahwa banyak pekerja keras, orang- orang kreatif yang bertahan di Jakarta karena Jakarta adalah surganya dunia terutama orang- orang yang mampu menangkap peluang bisnis dan terjamin finansialnya.
Jakarta itu magnet, jendela dunia di mana mereka bisa mengintip kemajuan bangsa dari tolok ukur perputaran di Ibu kota raya. Jakarta yang selalu kebanjiran, sering menjadi kubangan air, tumpahan dari air pegunungan, tidak mengurangi para pendatang untuk datang ke ibu kota. Banyak yang berpikiran penderitaan cuma sebentar setelah itu bisa mengeruk uang lagi dari usaha -- usaha di Jakarta. Asal insting bisnis bagus, mampu membuat lobi -- lobi dan luwes bergaul akan mudah memperoleh uang di Jakarta.
Ahok banyak melakukan perubahan terutama transparansi kerja, laporan keuangan yang dipermudah dengan kebijakan e Budgeting. Semua tercatat, terukur hingga mengurangi celah korupsi. Sayang karena terpeleset dengan dugaan pelecehan dan penistaan agama maka Ahok menjadi sasaran bully bahkan sampai demo berjilid -- jilid agar Ahok terjungkal dari kursi gubernur.
Masyarakat Jakarta itu seperti mewakili Indonesia, Apapun jejak kebijakan gubernur Jakarta menjadi isu nasional, gubernur rasa presiden. Sepertinya jika sudah menjadi gubernur Jakarta akan sukses melangkah ke istana. Menjadi orang nomor satu se-Indonesia. Itu logika sejak Jokowi sukses sebagai gubernur Jakarta yang bisa melenggang sebagai presiden. Jokowi, Ahok pun menjadi sasaran kata- kata kasar para komentar media sosial yang bersembunyi dibalik akun- akun tidak jelas dengan nama samaran.