Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tindakan Cepat Mengatasi Banjir, Letakkan Egoisme Pemimpin!

3 Januari 2020   08:45 Diperbarui: 3 Januari 2020   08:54 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal BMKG sudah memperingatkan tentang bahaya banjir yang akan datang karena cuaca buruk, curah hujan tinggi di hulu dan berbagai fenomena alam lain.

Setelah terjadi banyak masyarakat saling menyalahkan, saling membela pemimpin politiknya sehingga bukan tindakan nyata untuk membantu korban banjir malah debat kusir tidak berguna bagaimana penanganan banjir yang baik.

Dalam pola pikir penulis saat ini tidak elok saling menyalahkan. Secara subyektif jujur saya mengaku bagaimanapun gubernur sekarang seharusnya mengalahkan ego politiknya, lebih mendengarkan pendapat masyarakat umum, tidak terlalu berwacana tentang bedanya naturalisasi dan normalisasi.

Siapapun pemimpinnya baik sekarang maupun yang akan datang sebaiknya membuat tim khusus yang tidak ada hubungannya dengan kebijakan publik pemimpin, tetapi sistem pencegahan banjir yang harus ditaati siapapun pemimpinnya. Sistem itu menjadi undang- undang yang mampu mengatur segala hal yang berhubungan dengan kebencanaan tanpa harus terikat dengan politik dan perubahan struktur kepemimpinan.

Sepintar-pintarnya manusia susah melawan alam, yang dilakukan manusia adalah mencintai alam, mencegah bencana lebih besar terjadi dan meminimalisir dampak bencana sehingga tidak semakin banyak korban akibat bencana alam.

Bagaimanapun Jakarta adalah daerah hilir, muara. Air selalu bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Upaya apapun dari Jakarta tidak bisa mencegah banjir terjadi, yang bisa dilakukan oleh manusia hanya mengurangi munculnya bencana serupa seminimal mungkin.

Rumah- rumah yang ada di bantaran sungai, di tepi sungai harus sadar akan bencana. Membuat rumah secara arsitektural ramah terhadap kerawanan bencana alam (banjir). Seperti Jepang yang amat sadar hidup di alam yang rawan bencana gempa maka rumah,perabot dan arsitekturnya disesuaikan sehingga resiko kerugian bisa diminimalisir.

Setelah banjir bersama- sama dengan masyarakat dan saudara yang terkena bencana banjir saling gotong royong bersih bersih rumah. Tindakan cepat mengatasi banjir percuma jika masyarakat lebih sibuk salaing sikut dalam perbedaan pandangan politik. Yang perlu dilakukan pemimpin sekarang dalam hal ini gubernur dan jajarannya adalah hadir dan dan memberi contoh nyata kerja cepat mengatasi banjir yang rutin datang ke Ibu Kota negara.

Sayang jika infrastruktur indah, berupa trotoar, rumput- rumput, taman, gedung gedung dengan mewah harus mengalami kerusakan oleh bencana sesaat yang menerjang pusat perekonomian negara ini.

Sejak Jaman Baheula pada masa penjajahan. Jakarta memang sudah daerah banjir tetapi semakin parah kini akibat ketidakkompakan masyarakat dalam berupaya mencegah banjir.

Kepada Gubernur Anies Baswedan, perlu pendamping yang mampu menterjemahkan narasi anda sehingga narasi itu menjadi bentuk solusi nyata bagi pembangunan provinsi yang sudah jenuh dengan pembangunan. Pemindahan ibu kota memang solusi jangka pendek, tetapi yang terpenting bagi masyarakat Jakarta tidak saling cek cok dalam permainan politik tingkat tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun