Manusia sebagai makhluk sosial tetap memerlukan manusia lain sebagai penyempurna, segala kekurangannya akan dilengkapi manusia lain. Impulsif dalam bahasa pemahaman saya adalah perubahan emosi tiba- tiba, saat suasana gembira tiba - tiba saja marah besar karena masalah yang susah ditebak.
Manusia dalam bahasa latin adalah homo socius, yang sempurna itu hanya Tuhan. Kebetulan manusia diberi kelebihan karena mempunyai akal pikiran untuk menalar, merenung dan melakukan introspeksi. Manusia belajar dari kesalahan maka aspek berpikir, menalar itu yang menjadi kelebihan manusia.
Hanya dalam tingkat emosi tinggi terkadang nalar manusia seperti lenyap, ia seperti dikuasai amarah yang banyak menggunakan naluri daripada nalar. Naluri itu seperti binatang yang akan bereaksi.Dengan naluri manusia bisa saja melukai bahkan membunuh dengan tujuan mempertahankan harga diri mempertahankan diri dari serangan lawan.
Pengendalian diri dan batas toleransi kemarahan
Kemarahan meningkatkan energi berlipat - lipat, tetapi juga mengurangi keseimbangan diri. Dalam ilmu bela diri seorang yang dikuasai amarah akan dengan mudah dilumpuhkan. Biasanya ketika manusia dikuasai amarah ada titik lemah manusia muncul. Ia akan cepat lelah dan tidak mempunyai kontrol dalam hal pengelolaan tenaga fisik.
Tenaganya datang membandang hingga akhirnya jatuh lemas seperti baru saja kesurupan oleh pengaruh negatif dalam tubuhnya. Anggap saja seperti "kesurupan iblis". Manusia akhirnya merasa capai, lelah dan akhirnya tersadar ia telah dikuasai tenaga lain yang menyusup karena kemarahan yang menggelegak telah menghilangkan logikanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H