Jujur di masa Anies Baswedan meskipun banyak kritik terhadap Gubernur  ini, pembangunan jalan terus. Meskipun terkesan tidak banyak bekerja tetapi proyek- proyek yang kelihatan dari jalanan hampir merata di segala sudut Jakarta. Terutama adalah pelebaran trotoar, penataan pedestrian hingga harus rela mengorbankan  pohon-pohon perindang untuk direvitalisasi, digeser atau ditebang.
Untuk keindahan pepohonan harus ngalah. Caranya diremajakan, pohon pohon tua yang membuat susah revitalisasi trotoar ditebang, karena menurut dinas kehutanan DKI akarnya mengganggu karena membuat jalan menjadi berkelok tidak lurus. Yo wislah itu khan hak kuasa gagasan seorang pemimpin.
Ide JPO Buka Tutup untuk Gubernur Jakarta
Nah yang banyak dibicarakan sekarang adalah JPO (Jembatan Penyeberangan Orang). Kalau dulu fungsi JPO lebih untuk keamanan dan kenyamanan orang saat menyeberang jalan raya. Bisa dibayangkan jika menyeberang harus menunggu sepinya pengendara bermotor. Dan ada daerah-daerah tertentu yang mau tidak mau harus dibangun JPO demi keamanan penyeberangan.
Gagasan terbaru DKI khususnya gubernur Jakarta Periode 2017 -- 2022 adalah JPO tanpa atap. Fungsi JPO di zaman digital dan milenial itu selain untuk penyeberangan juga untuk selfie -- selfie. Gagasan yang brilian tentunya bagi pendukungnya (dan semoga juga masyarakat Jakarta).Â
JPO terbuka itu membuat pandangan tidak terhalang atap sehingga spot foto bisa menjangkau gedung- gedung menjulang tinggi. Fotografer, instagrammer atau mereka yang suka spot-spot terbuka diharapkan menyambut baik gagasan-gagasan baru yang bagus dari sisi keindahan metropolitan tetapi lemah jika dikaitkan dengan fungsi kenyamanan dan keamanan saat musim hujan tiba.
Kalau boleh usul penulis mempunyai gagasan nih Bang Anies. Buat saja JPO buka tutup. Penulis ingat beberapa stadion canggih sepak bola di markas Real Madrid Stadion Santiago Bernabeu, Barcelona Fc Camp Nou, Allianz Stadium yang dirancang buka tutup. Jika cuaca buruk maka atap otomatis menutup dan jika cerah maka atapnya membuka. Sensor JPO akan berfungsi saat mendung tiba dan rintik-rintik hujan mulai menyentuh JPO. Saat hujan mulai menetes Atap mengembang dan membuat nyaman pengguna JPO. Jika cerah otomatis Atas membuka kembali.
DKI khan masih ibu kota Jakarta, jika anda bisa mewujudkan JPO buka tutup bukan tidak mungkin membuat Jawa Timur, Jawa Tengah, terkesan dengan gagasan gubernur Jakarta yang sangat visioner. Sekarang ini eranya digital. Teknologi 4.0 menjadi andalan generasi milenial untuk bersaing dan berkembang memanfaatkan kecanggihan teknologi yang berlari amat cepat.
Di perumahan atap buka tutup bukan mimpi lagi, sudah banyak yang memakai teknologi atap buka tutup (Lovera) yang bisa digerakkan dengan remote control. Di Beberapa Tempat Jakarta atap buka tutup sudah banyak digunakan. Berangkat dari ide itu penulis menyarankan Gubernur Anies bisa memanfaatkan jasa arsitek untuk menggagas JPO buka tutup tersebut.
Jakarta Harus Beda Perlu gagasan Out Of The Box
Jakarta mau tidak mau harus berubah. Kalau Ahok menggagas sistem e-budgeting, transparansi anggaran dengan teknologi digital, Anies tidak boleh kalah. JPO bukan tutup, Taman artifisial, pepohonan yang bisa digeser, bunga bunga yang disorot lampu, sehingga malam hari tampak trotoar Jakarta menjadi magnet wisata yang mempesona.
Biar saja jalan sempit tetapi keramaian trotoar begitu manusiawi karena  terjadi interaksi antara para pedagang kaki lima dan pejalan kaki. Pohon- ohon tidak boleh menghalangi pejalan kaki dan kaki lima. Jika ada pohon maka spot gedung tinggi menjadi terhalang. Maka sebaiknya pohon-pohon angsana yang bikin sejuk dijalan disulap menjadi pohon artifisial yang bisa bergeser.(Ah itu ide darimana sih, ya khan belajar dari kenyataan, hidup di Jakarta harus mempunyai banyak ide, gagasan dan wacana).
Bill Gate saja bisa mewujudkan impiannya meskipun harus mengorbankan pendidikannya. Mimpi itu harus diwujudkan. Nah mimpi-mimpi Gubernur Jakarta yang brilian ya didukung yang aneh perlu dikritisi agar tidak keluar jalur. Gagasan tentang JPO buka tutup itu bukan gagasan ngoroworo atau mbelgedes kata mas Pur di Ojek Pengkolan. Semuanya bisa terwujud jika anggarannya cukup untuk mendorong para teknisi, programmer, dan ahli IT didorong untuk membuat gagasan Smart City.