Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ah, Itu Hanya Settingan!

13 Oktober 2019   16:23 Diperbarui: 13 Oktober 2019   16:39 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Uya Kuya banyak dinilai hanya acara settingan untuk menaikkan rating (lampung.tribunnews.com)

Kalau setiap peristiwa yang ada dibumi ini akhirnya hanya dikomentari seseorang sebagai settingan ya sudah tidak ada jawaban lebih kecuali "Wis Ambyarrrr donya iki"(sudah hancur dunia ini). Mereka manusia yang selalu pesimis dan tidak mudah percaya dan menganggap apapun bukan sebuah kebetulan, pasti ada sutradaranya, pasti ada yang merekayasa, pasti ada yang sudah merencanakan hingga nanti endingnya ini dan itu.

Baru- baru ini ada politikus muda dari Jogja putra seorang yang sudah terkenal dan selalu pesimis pada pemerintah saat ini menganggap penusukan Wiranto Di Menes Pandeglang hanyalah settingan belaka.  Kurang lebih begini cuitan Hanum Salsabiela Rais "Setingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. Dia caper. Krn tdk bakal dipakai lg.Play victim. Mudah dibaca sebagai plot.  Begitu yang tertulis di akunnya.  Dari settingan itu ada tiga korban yang terkena senjata tajam. Menkopolhukam sendiri akhirnya dilarikan ke RPAD dengan helikopter untuk dioperasi dan ada pemotongan usus yang terkena goresan senjata dari  Syahrial Alamsyah alias Abu Rara.

Kata- kata yang sempat diposting di twitter namun kemudian dihapus itu sudah terlanjur viral. Cuittan Hanum Rais itu banyak ditanggapi dan rata- rata menganggap cuitan itu tidak sepantasnya ditulis oleh seorang anggota dewan. Memang hak kebebasan mengemukakan pendapat itu dijamin undang- undang, namun sebagai intelektual, tinggal di Indonesia dan masih dalam lingkup NKRI cuitan itu bisa melukai persatuan dan kesatuan bangsa.

Peristiwa penusukan alias ancaman pembunuhan bagaimanapun salah di mata hukum. Setiap orang harus hati- hati menyikapi perkara sensitif yang bisa memicu konflik dalam masyarakat, apalagi masyarakat sekarang yang sedang demam media sosial, deman untuk dikenali dan senang dipuji karena wajah dan cuitannya mendapat follower lumayan banyak.

Menganggap sebuah peristiwa keji dan mengerikan sebagai settingan belaka mengindikasikan bahwa banyak selebritas yang perlu diperiksa kejiwaan dan mentalnya. Kalau hanya cerdas saja sih pendidikan gampang mencetaknya, tetapi jika jiwa sudah terganggu dan muncul sikap pesimisme masyarakat yang menyebabkan banyak munculnya penyakit masyarakat maka jalan menuju kehancuran tinggal menunggu waktu.

Apakah setiap peristiwa politik mesti diarahkan sebagai settingan? Apakah setiap peristiwa mesti mendapat tanggapan "aneh" dari orang- orang yang terlalu dominan sikap curiganya. Itulah yang terjadi di negeri ini. Semoga mereka yang menganggap setiap peristiwa besar entah peristiwa politik, peristiwa budaya sebagai settingan tersadar bahwa media sosial itu sebuah gambaran rimba raya kejam untuk mempengaruhi persepsi orang. Lebih baik menebar kata- kata bijak daripada hanya kata- kata nyinyir, kata- kata yang bisa melukai siapa saja yang merasa difitnah dengan kata- kata yang sebetulnya tidak cocok dengan perilaku ketimuran yang dulunya terkenal ramah tamah, sopan dan berakhlak baik.

Munculnya polarisasi di tengah masyarakat dan indikasi bahwa masyarakat bingung membedakan peristiwa nyata atau hanya plot, membuat media sosial mudah ditemukan komentar- komentar miring. Banyak yang masih terbelah dengan adanya pemilihan presiden dan Wakil rakyat. Belum sembuh benar luka masyarakat para politikus sudah berangkulan dan menunjukkan sikap seperti tidak ada permusuhan sebelumnya. Padahal dari ajang pemilihan presiden dan wakil rakyat korban- korban perbedaan pendapat, perbedaan pilihan politik membuat saudara saling tidak tegur sapa, sahabat menjadi musuh, pemeluk agama saling curiga.

Munculnya pesimisme masyarakat terhadap apapun peristiwa negeri ini akhirnya memunculkan kata- kata settingan. Settingan sendiri menurut penulis sudah muncul sejak muncul gimmic dari artis agar ia selalu mendapat sorotan masyarakat. Dan settingan banyak digunakan artis untuk mendongkrak namanya agar kembali menjadi perhatian masyarakat. Padahal peristiwa perseteruan antar artis misalnya sudah diplot dan direkayasa. Dan itu kemudian menular dan digunakan netizen untuk menilai peristiwa politik di negeri ini.Banyak acara di televisi yang ditengarai hanya settingan agar muncul peristiwa dramatis yang bisa mendongkrak rating acara tersebut. Misalnya beberapa acara yang digagas oleh Uya Kuya, banyak yang menilai acara itu hanya setingan semata.

Acara Uya Kuya banyak dinilai hanya acara settingan untuk menaikkan rating (lampung.tribunnews.com)
Acara Uya Kuya banyak dinilai hanya acara settingan untuk menaikkan rating (lampung.tribunnews.com)

ASN, istri prajurit, anggota DPR, Dosen, guru, penulis, pengusaha, public figure dan manusia- manusia yang disorot dan diharapkan mampu menjadi contoh yang baik bagi generasi yang akan datang mampu menjaga jari dan lidahnya untuk tidak"nyinyir" yang bisa berakibat buruk bagi karier suami, keluarganya.

Jika sekali saja melakukan kesalahan dan sempat posting di media massa maka dosa- dosanya akan selalu tercatat dalam jejak digital dan bisa saja pada suatu saat kasusnya diungkit- ungkit lagi. Di Era media digital ini hati -- hati dengan jari. Jangan sampai setiap kali kita marah dan bertengkar dengan istri kemudian suami berkata: Settingan ya  supaya mendapat perhatian dari saya. Sudah direncanakan khan. Wuaduh nanti malah makin banyak sobat ambyar bermunculan karena banyak yang patah hati akibat cinta mereka hanya settingan. Hehehe. Salam damai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun