Jika akumulasi ejekan dan makian terhadap aparat sudah merangsang emosi sampai di luar batas maka para petugas pengendali massapun akan habis kesabarannya, mereka kemudian rentan jika ada massa yang sengaja memancing emosi sehingga pecah bentrokan dan akhirnya berakhir rusuh.
Penulis bukan hendak membela polisi, tentara atau bagian dari ASN. Tetapi belajar dari pengalaman saat berada dalam lautan massa maka tidak ada yang bisa mencegah amuk massa jika titik lelah sudah berada di titik kritisnya.Â
Tinggal menunggu saja entah demonstran atau Pengendalinya yang bisa menahan diri untuk tidak melakukan tindakan kekerasan. Tetapi peristiwa yang sudah- sudah jika demonstrasi tidak dibatasi ujung-ujungnya pasti rusuh.
Pemerintah harus sigap meminimalisir demo berkembang luas. Jika demonstrasi berlarut- larut ancaman disintegrasi bangsa akan menjadi nyata. Jika muncul gelombang demonstrasi seperti 1998 akan lebih mengerikan lagi karena dengan provokasi dari media sosial, broadcast dari WA saja secepat kilat massa bisa dikumpulkan.
Semakin sering demo akan memantik kerusuhan dan jatuhnya korban. Semua pihak dirugikan, investor lari, turis kabur, perekonomian nyungsep dan negara bisa pailit atau bangkrut.Â
Para petualang politiklah yang bertanggungjawab terhadap peristiwa rusuh yang sengaja ditunggangi untuk kepentingan makar atau pelengseran kekuasaan.
Siapakah yang benar, siapakah yang salah? Apakah pemerintah DPR atau sang demonstran yang terprovokasi oleh broadcast murahan. Yang salah ya kita semua yang sering terhasut oleh isu- isu yang beredar di media sosial.Â
Coba semua sibuk bekerja, sibuk membangun harapan merengkuh masa depan cerah pasti tidak muncul demonstrasi. Rasanya saat ini pemilihan umum yang memilih para wakil rakyat sudah menjadi ajang perseteruan para politisi, rebutan kue kekuasaan yang menggiurkan, pasukan nasi bungkus yang rajin mengharap ada rutinitas demo sehingga ada pendapatan sampingan.Â
Oalah... jadi ingat peribahasa Jawa ...Bapa Polah anak Kepradah, gara- gara ulah ayah -- ayah demonstran yang genit dan nyinyir polisi dan petugas menjadi sasaran makian serta.Â
Anak- anak ideologi, mahasiswa yang lebih sibuk dengan gadget dan gamepun harus demo turun  ke jalan. Sambil teriak tetapi bisa melihat video...Ooow apa itu tu....alasannya "boring juga jalan, teriak- teriak sesekali sambil demo main ML... maksudnya mobile Legend.Â
Semoga demonstransi berakhir dan setiap orang pasti mendambakan kemakmuran dan kedamaian. Pak Polisi tetap Adem ya  menghadapi adik- adik manis yang sedang latihan menjadi politisi.Â