Ketika demosntrasi mencapai titik lelah siapapun entah mahasiswa, polisi, tentara, aparat lainnya mulai muncul emosinya. Ketika emosi menggelegak ujung- ujungnya berakhir dengan anarkis.
Anda bisa membayangkan aparat yang berdiri dengan memakai tameng, lapar, kepanasan, capek masih mendapat cibiran, nyinyiran dari mahasiswa. Sama- sama manusia yang kebetulan satunya petugas yang harus siap sedia melakukan tugasnya mencegah munculnya kerusuhan.
Lainnya mahasiswa yang masih muda dengan pikiran yang kadang- kadang meledak- ledak dan muncul provokator di tengah demo yang membuat suasana semakin panas dan emosional. Semakin sore maka titik lelah itu memicu kekerasan muncul. Dan itulah yang membuat demonstrasi menjadi rusuh ketika sudah melewati batas waktu.
Kentalnya suasana mahasiswa zaman dahulu yang sibuk membuat makalah, membuat karya tulis dan tugas guru dan dosen sekarang banyak menggunakan internet. Kadang dosen mengecek tugas dan memeriksanya via email, tidak perlu lagi membuat tugas  dengan menggunakan jasa pengetikan karena hampir semua mahasiswa mahir menggunakan laptop.
Pergerakan apapun termasuk politik cukup menggunakan media sosial. Maka ketika ada tagar #GejayanMemanggil lewat Twitter segera saja isu tentang gerakan mahasiswa menuntut RUU KUHP dicabut segera menjadi trending topik. Salam Damai Selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H