Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Kardinal dalam Satu Wilayah NKRI

2 September 2019   20:13 Diperbarui: 2 September 2019   20:33 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedudukan Kardinal umumnya hanya satu kardinal dalam sebuah negara. Tetapi tentu ada pertimbangan khusus dari Paus menunjuk Kardinal baru walaupun Kardinal sebelumnya masih sehat. Masalah- masalah yang dihadapi umat katolik di Indonesia yang kompleks membuat Paus memutuskan melantik satu lagi kardinal di wilayah Indonesia.

Sebagai Uskup  Agung Jakarta, Ketua KWI, Uskup militer dan berbagai jabatan sosial lainnya yang membuat Uskup Suharyo sangat penting. Pembawaannya yang kalem sederhana dengan pemikiran dan visi yang luas Uskup Suharyo dapat mewakili Indonesia di kancah internasional. 

Argumen berpikir Kardinal baru Indonesia itu bisa diikuti ketika membuat tulisan- tulisan tentang kajian kitab suci, pesan- pesan pastoralnya dalam Aksi Puasa Pembangunan, Pesan Natal dan Paskah serta hari- hari besar umat Katolik lainnya.

Kardinal  Ignatius Suharyo orang yang sangat bersahaja. Pribadi yang tenang dengan tutur kata runtut dan cerdas.

Dalam setiap sambutannya baik saat pesan prapaskah, pesan natal maupun forum penting lainnya selalu ada pemikiran baru yang membuat umat katolik khususnya di Keuskupan Agung Jakarta bangga mempunyai uskup seperti beliau. 

Bukan memuji tetapi itulah yang tergambar dalam sosoknya. Penulis aktif yang dalam setiap kunjungannya berusaha tidak merepotkan oran lain itu sangat disiplin memenuhi janjinya. Ia akan berangkat pagi- pagi ke sutau tempat, menghindari macet agar sampai tempat tujuan tepat waktu atau malah lebih cepat dari yang ditentukan.

Kardinal yang berasal dari  Sedayu, Bantul Jogjakarta lahir pada tanggal 9 Juli 1950, seperti halnya orang dulu yang rata- rata mempunyai anak lebih dari lima. Ignatius Suharyo lahir sebagai anak ketujuh dari 10 bersaudara. Ayah Ibunya bernama Florentinus Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra. Satu Pastor dan 2 suster terpilih menemani Mgr sebagai rohaniwan rohaniwati.

Monsinyur Ignatius Suharyo sempat bercita- cita sebagai polisi. Namun berubah setelah SMP dan mengubah pilihannya menjadi rohaniwan. Penulis sempat mengalami kepemimpinan Ignatius Suharyo semasa masih tinggal di Magelang sebelum tahun 2000 dan kini penulis tinggal di Jakarta tempat wilayahnya Monsinyur selepas pindah dari Keuskupan Agung Semarang ke Jakarta. 

Ayah saya almarhum pernah foto bareng sewaktu berkunjung ke Paroki Banyutemumpang dan masih ingat nama ayah saya dengan baik. Bicaranya halus dengan bahasa kromo inggil yang mempesona.

Sama seperti Romo Kardinal Julius  Riyadi Darmaatmadja yang berasal dari  Muntilan Magelang pribadi pemimpin Katolik dua kardinal itu sungguh luar biasa rendah hatinya. Ia tidak menunjukkan bahwa ia uskup pemimpin tertinggi di bawah Paus. 

Mereka pribadi humble yang tetap bergaul akrab dengan umatnya. Karena sebagai gembala perkataan dan perbuatannya menjadi cermin bagi umatnya. Uskup bukan jabatan politis yang dibayar tinggi dan tampak seperti menara gading. 

Jabatan uskup adalah pengabdian, pelayanan dengan penuh totalitas menggembalakan umat Katolik dalam suatu wilayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun