Menurut penglihatan teman- teman yang mendapat anugerah dapat melihat makhluk halus atau istilahnya mempunyai indera keenam hantu itu nyata.Â
Tetapi saya yang sudah pernah keliling ke kuburan malam- malam, biasa berjalan di lorong- lorong jalan setapak di desa dengan hanya mengandalkan langit dan bintang- bintang di atas, atau biasa blusukan ke tempat- tempat yang katanya orang cukup angker merasa hantu itu tidak nyata.
Melihat Hantu itu perlu bakat khusus
Masa Kecil saya di desa kenyang cerita tentang hantu. Ada wewe gombel(kuntilanak), memedi pedut(hantu kabut), genderuwo, Brekakak, tuyul, babi ngepet. Cerita itu sudah menjadi sahabat di kala minum kopi atau saat nongkrong di cakruk (gubuk tempat kumpulnya anak- anak muda).Â
Waktu kecil saya sangat penakut terutama oleh bunyi- bunyian dari gamelan yang ditabuh atau iringan musik tarian tradisional. Tetapi ketika mulai besar saya sering menantang diri menyusur jalan desa malam malam, keliling kuburan dan melewati tempat- tempat yang kata orang angker.Â
Ada perasaan takut, merinding di sekitar tengkuk tapi tetap saja tidak  bisa melihat wujud makhluk baik hantu, jin genderuwo, pocong dsb.
Bukan berarti tidak percaya, tetapi lebih karena saya tidak mempunyai bakat melihat makhluk halus yang biasa disebut hantu. Hantu itu ada macam- macam jenisnya. Cerita tentang hantu selalu menjadi sensasi seru kala kumpul dengan teman- teman.Â
Dan mereka mempunyai pengalaman masing- masing yang bisa diceritakan sambil menyeruput kopi, gorengan ubi, yang sudah dipotong tipis- tipis.
Pengalaman Mistis di Parang Kusumo pas Latihan Olah Rasa Teater
Saya pernah melihat orang kesurupan. Kesurupannya aneh. Ketika saya sedang ikut latihan teater di Parang Kusumo bersama unit kegiatan Teater Unstrat IKIP Yogya (sekarang Universitas Negeri Jogjakarta ). Latihan olah jiwa, olah rasa dengan melakukan meditasi di tepi pantai Parang Tritis menjelang pergantian, Mahasiswa yang sedang gladi olah rasa ditantang.Â
Merasakan debur ombak, getaran- getaran getaran alam dari perpindahan malam dan pagi hari. Setelah latihan meditasi kami latihan di sebuah rumah persis di depan pertapaan Sultan Agung di Parangkusumo.Â
Latihan dengan melakukan pergerakan ritmis, seperti merasakan berbagai suasana mistis dengan gerakan- gerakan seperti pencak silat. Suasana senyap dan tiba- tiba salah satu peserta tiba- tiba menjerit. Matanya tampak kosong menyeramkan. Rambutnya tiba- tiba dirembyang(diurai).Â
Tatapannya membuat takut karena sangat menyeramkan. Rupanya tiba- tiba ia kerasukan anak buah dari Nyai Roro Kidul, penguasa pantai selatan, suaranya beda dari biasanya, agak berat. Rupanya jika pikiran tengah kosong banyak makhluk halus yang kemudian masuk ke orang- orang yang pikirannya tengah kosong.Â
Salah satu teman yang kebetulan cewek tiba- tiba tingkahnya berubah persis seperti dayang-dayang Nyai Roro Kidul. Selama setengah jam kami ketakutan dengan tatapan seram dari teman yang kerasukan tersebut.
Di kira diculik Wewe Waktu Kecil
Itulah pengalaman pertama menyaksikan teman yang kerasukan dayang- dayang Nyai Roro Kidul. Cerita hantu, mitos- mitos selalu menjadi sahabat kami ketika tinggal di Jogjakarta. Siapapun orang pintar maupun masyarakat biasa sudah akrab dengan cerita hantu. Malah saya dulu pernah membuat geger tetangga.
Ceritanya saya menjelang malam ketiduran di bawah meja makan rumah saya. Dulu belum ada listrik jadi jika tidak menyalakan lampu teplok dan lampu petromak rumah gelapnya luar biasa. Rumah- rumah di desa rata- rata besar. Maka jika belum dinyalakan lampu maka suasana pekat, seram amat terasa.
Ibu saya yang penakut dan gampang panik mencari saya di tetangga terdekat, ibu teriak- teriak. Dikiranya saya digondol hantu  wewe gombel (wujud  seram  nenek nenek tua yang sering menculik anak anak yang main sore hari dan lupa dicari oleh orang tuanya )yang suka membawa anak- anak kecil dan menculiknya (katanya).Â
Selama sejam lebih saya dicari oleh sebagian tetangga dengan oncor(obor dari bambu yang diisi minyak tanah dan sumbu dari kain serta tampah dipukul- pukul supaya hantunya mendengar. Tentu saya tidak sadar sedang dicari wong tidur nyenyak di kursi tepat dibawah meja makan.Â
Habis itu bangun sambil meraba raba karena suasana gelap rumah belum sempat menyalakan lampu. Saya heran orang- orang pada ke mana, Saya baru sadar bahwa saya sebetulnya sedang dicari- cari dikira diculik oleh wewe gombel.
Tetangga dan ibu saya panik, saya dengan asyik mencari makan di dapur hehehe...Dasar anak kecil hahaha.
Ya menurut saya cerita hantu itu memang nyata dan benar- benar ada sayangnya saya tidak bakat melihat makhluk astral tersebut. Takut sih takut kalau ada yang cerita tapi sampai saat ini saya belum pernah melihat wujud hantu tersebut. Dan tidak ingin melihatnya. Hiii seram! Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H