Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi dan Narasi Baju Adat

19 Agustus 2019   14:51 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karnaval Perayaan kemerdekaan RI desa Krogowanan Sawangan Magelang Jateng Mataram Kuno di lereng gunung Merapi dan Merbabu.kebudayaan memperkaya dan mempersatukan (jepretan Untung Puryanto dari smartphone)

Jokowi konsisten membangkitkan kebanggaan untuk mengenalkan pakaian adat baik dalam sidang MPR maupun pada Upacara Peringatan Kemerdekaan yang rutin digelar di Istana Negara. Dunia akan menyorot upacara yang ditunggu- tunggu oleh seluruh pemirsa baik di Indonesia maupun  di luar negeri. Setiap orang menanti kejutan, menanti dengan jantung berdebar- debar pakaian adat dari mana yang akan dikenakan presiden terpilih 2019 - 2024 tersebut. Setiap upacara selalu muncul kejutan, penuh warna meriah dengan beragamnya baju adat yang ada di seluruh Nusantara.

tamu undangan memakai macam- macam baju adat (foto oleh Joko Dwiatmoko/metroTV)
tamu undangan memakai macam- macam baju adat (foto oleh Joko Dwiatmoko/metroTV)

Penulis terpesona, dan mengangkat jempol atas kreatifitas presiden dalam membangkitkan kebanggaan nasional. Mau tidak mau Indonesia harus bangga karena anugerah suku- suku bangsa yang menghuni nusantara ini. Biarkan saja ada yang selalu menganggap omong kosong pertanggungjawaban Presiden di MPR, Mereka sedang memainkan perannya sebagai kritikus yang sekedar meramaikan berdebatan di medsos. Para pengamat beragam, ada yang mengkritik berdasarkan data dan fakta (yang ini patut dihargai dan diapresiasi). Ada yang terlanjur benci dan dendam sehingga apapun kebaikan seorang pemimpin tetap dicari cari kesalahan sekecil apapun.  

Bertindak Nyata Tidak sekedar Mengkritik

Jokowi itu marketer, motivator dan pekerja keras. Sebagai presiden ia tidak lelah untuk menunjukkan jati diri bangsa. Mengangkat usaha lokal dengan meng-endorse diri sendiri, menunjukkan ini lho karya anak bangsa. Jika Indonesia ingin melesat, Presiden memang harus terdepan dalam mengubah mindset masyarakatnya. Untuk mampu unggul ya harus belajar, untuk mengenalkan Indonesia yang beragam ia harus agresif mengenalkan: "Ini lho karya anak bangsa, yang saya kenakan adalah bukti nyata kekayaan, kreatifitas. Setiap daerah berbeda, tetapi keberbedaan itu menghasilkan harmoni, keseimbangan dan kebanggaan.

Kenyataannya Indonesia memang kaya adat dan budaya. Mengapa masih ada orang- orang yang ngotot penyeragaman. Baik ideologi, agama  maupun kebudayaan. Biarlah setiap suku, setiap warga masyarakat bebas menafsirkan simbol- simbol. Tidak perlu takut ada tekanan dari negara, sebab negara sekarang hadir untuk menuntun masyarakat kembali mencintai baju adat, baju- baju khas daerah.

Jangan dinarasikan patung- patung itu simbol setan. musrik dan haram. Patung- patung yang dirancang dan dibuat seniman itu adalah pengendapan bahasa budaya. Indonesia meskipun pada sisi lain digempur dengan berita - berita intoleransi tetapi kekayaan pikiran, kreasi seniman jauh di atas rata- rata. Dunia mengakuinya. Di sisi ini dunia harus menghormat atas kekayaan imajinasi seniman Indonesia. Lihat  aktifitas seniman yang sedang bergairah. Perayaan kemerdekaan dirayakan dengan meriah dengan baju warna- warni. Setiap daerah seperti ingin menunjukkan betapa mereka mempunyai karya yang patut diunjukkan di ruang publik.

Jokowi mewakili hasrat masyarakat untuk melawan nafsu segelintir orang yang menginginkan perubahan ideologi, penyeragaman. Hijrah budaya Arab yang menginginkan identitas keagamaan kuat mencakar. Lihat jika melihat baju- baju adat yang dikenakan saat detik- detik proklamasi di Istana Negara, mata jauh lebih segar, lebih sehat dengan berbagai pernik yang menghias layar kaca.

gamabr diambil dari lomba poster peringatan kemerdekaan di SMPK 2 Penabur Jakarta (Foto oleh Joko Dwiatmoko)
gamabr diambil dari lomba poster peringatan kemerdekaan di SMPK 2 Penabur Jakarta (Foto oleh Joko Dwiatmoko)

Coba saja jika mengikuti keinginan ormas tertentu yang menginginkan pengaturan pakaian yang sopan, tertutup dan sewarna. Rasanya hidup membosankan. Akhirnya pikiran dipenuhi oleh hasrat kebencian, hasrat terpendam yang lama- lama akan meledak menjadi bom yang siap menghancurkan persatuan dan kesatuan. Penulis membaca dan mengamati banyak negara berdasarkan agama, kesehariannya dipenuhi konflik, perang antar saudara dan saling tikam antar penganut aliran- aliran tertentu. Padahal agama mereka sama, hanya tafsir dan pemahaman yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun