Helloooow. Ini zaman sudah maju bung, sabarlah sedikit jika ingin mengkritik dan memvonis salah tidaknya arus pemikiran. Lihat siapa pengarangnya, apa inti dari buku tersebut, apa yang harus dilakukan untuk melawan daya nalar kritis tersebut. Kalau tidak setuju ya tulislah, kalau tidak suka jangan dibaca, kalau tidak menarik jangan dilirik itu saja.Â
Apakah hanya dengan membaca sinopsis, membaca judul dan sub judul lalu bisa menarik kesimpulan bahwa buku itu terlarang untuk dibaca.
Buku itu adalah jendela pengetahuan, orang yang haus pengetahuan akan membaca dan menelaah isinya. Mereka akan mengerti apakah pemikiran di buku itu berkualitas atau hanya semacam pemikiran bombastis. Masa sekelas Romo Magnis menyebarkan tentang komunis, Justru Romo Magnis amat kritis pada pemikiran dari paham komunisme.
Mengapa banyak orang Indonesia merasa gerah hanya mendengar tentang kata komunisme. Sampai seberapa pengaruhnya ideologi Komunis mampu meluluhlantakkan dunia. Bukankah  komunisme sudah tenggelam oleh arus globalisasi.Â
Uni Sovyet, Yugoslavia, dan negara- negara Eropa Timur sudah bubar, komunismepun mencair dengan sendirinya. Malah radikalisme, ekstrem kananlah kini yang mengancam perdamaian.Apa yang ditakutkan?
 Kalau sering membaca, berdiskusi dan aktif dalam dunia literasi pemikiran sempit orang- orang yang melakukan sweeping itu tidak perlu terjadi.
Masyarakat masih sering gampang dipengaruhi oleh pemikiran sempit sehingga menganggap filsafat, ilmu- ilmu logika, ilmu ilmu sosial yang mengajarkan tentang ideologi kekiri- kirian adalah pemikiran sesat.Â
Karena dalam masyarakat hanya mengenal ilmu agama yang jarang mau membuka diri dengan pengetahuan di luar agama maka ketika muncul pemikiran beda otomatis seperti ada perlawanan karena merasa ilmu selain agama mengajarkan tentang dosa, tentang pemikiran menyimpang yang tidak sesuai dengan norma- norma agama yang diajarkan oleh pemuka agama.
Saya mempunyai beberapa buku yang bagi banyak orang tentu dekat hubungannya dengan komunis. Buku- buku Pramoedya Ananta Toer sering dipandang sebagai pemikiran sosialis komunisme.Â
Padahal buku -- buku Pram itu hanya mengritisi keadaan waktu itu tentang ketidakadilan sosial yang ada di masyarakat, tentang kekuasaan kerajaan yang sering bertindak tidak adil dengan membedakan status sosial.Â
Franz Magnis justru kritis terhadap pola pikir komunisme. Jika mereka membaca buku Romo Magnis sebetulnya mereka terbantu untuk mengembangkan daya kritis bahwa komunisme memang tidak cocok diterapkan di Indonesia, tetapi tidak terlalu trauma dan takut komunisme akan bangkit kembali.