Arah kekuasaan mengharuskan mereka luwes atau bisa dikatakan masa bodoh dengan penilaian masyarakat yang penting mereka untuk dan tetap bisa membangun strategi menang di pemilu mendatang. Kepentingan dan kekuasaan yang utama, sifat kenegarawanan belakangan. Toh mengandalkan sifat kenegarawanan saja tidak menjamin kemenangan begitulah kira-kira yang mereka pikirkan.
Bisa saja PDIP kembali bergabung dengan Gerindra untuk menentukan siapa pemimpin yang mereka usung. Lupakan saja kekalahan sebelumnya dan ada kepentingan lebih besar yang sudah berada di depan mata. Politik itu amat cair secair-cairnya kalau masalahnya adalah kekuasaan.
Lihat saja para wakil rakyat yang terpilih di Senayan. Jejak mereka untuk mengegolkan undang-undang saja sampai hampir masa pengabdiannya masih saja kurang baik. Mereka lebih sibuk mencari posisi, mencari suara agar tetap bertahan di Senayan. Yang tidak terpilih tampak kembali berupaya membangun strategi agar di pemilu berikutnya banyak suara bisa terkumpul untuk bisa kembali lagi ke Senayan yang sejuk dan enak buat rebahan saat rapat.
Elite yang Mempermainkan Perasaan Rakyat
Para elite partai tidak sadar mereka telah mempermainkan kepercayaan rakyat. Di tengah perseteruan para elite sebetulnya yang terjadi mereka tidak benar-benar bermusuhan. Yang terjadi adalah mencoba membangun imej seakan-akan sedang berseteru, sedang saling tikam, saling menyerang. Padahal di belakang layar mereka tertawa bareng, ngopi bareng untuk mengecoh agar masyarakat percaya mereka sedang bertengkar dan sedang tidak rukun.
Jadi jika para politisi sedang berdebat di Televisi anggaplah hiburan karena mereka sedang mengentertain diri agar terlihat dramatis. Maaf para politisi saya sedang menebak apa yang kira-kira menjadi pikiran Anda.
Jadi ketika tiba-tiba menjauh dan tiba-tiba menjauh anggaplah sebagai sebuah drama 5 tahunan. Ke mana arah koalisi tergantung angin. Dan yang berusaha mendompleng popolaritas politisi dengan mengatasnamakan politik identitas, berbaju agama, sebaiknyanya tidak usah serius nanti malah sakit hati.Â
Ajarkan saja masyarakat untuk bertindak jujur, menjauhkan pejabat dari tindakan korupsi dan berbohong. Jangan lantas ikut-ikutan arus politik karena politisi itu sebenarnya tidak benar-benar beragama, agamanya adalah kepentingan yang abadi. Tujuannya pasti kekuasaan. Salam damai Selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H