Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontroversi Instalasi Getah Getih dalam Arus Politik Versus Seni Budaya

23 Juli 2019   08:37 Diperbarui: 23 Juli 2019   08:38 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Multitafsirnya orang dalam melihat patung tadi adalah kebiasaan manusia yang sering mengasosiasikan sedang "bersetubuh" . Padahal menurut Pematungnya tidak seperti yang diangankan banyak orang. Karya seni bambu memiliki karakter perubahan. Dalam cuaca seperti di Jakarta ketahanan bambu hanya sekitar 6 sampai 12 bulan. Instalasi getah getih memang ditujukan untuk seni Festival tidak permanen.

Apa yang dibicarakan orang tentang bentuk dan mubazirnya patung berharga 550 juta itu biarlah menjadi warna media sosial, sebagai warga Jakarta. Anies  Baswedan harusnya selalu mensosialisasikan rencana pembangunannya kepada masyarakat. Ada transparansi bagaimana patung bisa berharga sebegitu besar padahal "hanya terbuat dari bambu."

 Harus dijelaskan mengapa karya seni instalasi bisa menyerap anggaran besar. Di era media sosial sekarang ini jika kebijakan pemerintah tidak terbuka maka akan menjadi sasaran bully masyarakat. Mereka warga tidak bisa seratus persen membela pemimpinnya. Ada yang pro dan kontra.

alinea.ID
alinea.ID
Anies tidak usah malu menerapkan pola BTP tentang transparansi pemerintahan. Seorang pemimpin pembelajar tidak akan gengsi berguru pada yang lebih menguasai. 

Jangan hanya politik terus menutup kesempatan untuk meneruskan kebijakan yang sudah bagus. Tidak semua orang sempurna sebagai pemimpin. 

Anies perlu pendamping seorang eksekutor yang mampu menterjemahkan ide- idenya. Karena ide saja tidak cukup butuh pelaksana yang bisa bekerja efektif mendampingi Anies dalam memimpin Jakarta.

Jakarta dan Politik Identitas

Jakarta itu kota besar, perlu seorang pemimpin yang tegaan. Tidak semua pendapat perlu di dengar tetapi masyarakat memang butuh pemimpin yang mendengar, tidak tersandera politik, apalagi politik identitas. Jakarta milik semua warga dari berbagai etnis. suku, agama. 

Bila dalam survei termasuk kota intoleran, kota dengan polusi yang tinggi, kota dengan tingkat kemacetan tertinggi seorang pemimpinlah yang mengarahkan warganya untuk saling menghargai, merawat keberagaman, membangun toleransi meskipun susah merubah budaya yang sudah mengakar. 

Yang diperlukan adalah bisa merangkul semuanya tidak memancing munculnya ormas- ormas yang berpotensi memecahbelah persatuan dan kesatuan.

Isu - isu China, Arab, Jawa, Madura perlu diredam. Dan tugas Anies Baswedan sebagai gubernur untuk bisa secara bijaksana tidak memancing isu etnis berkembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun