Begitulah sebagai penulis kadang merasa sunyi sebab harus bergelut dengan diri sendiri, bergelut dengan ketakutan- ketakutan seandainya tulisan tidak diterima khalayak. Jam terbang ternyata belum menjamin tulisan menjadi lebih berkualitas.Â
Saya masih harus belajar dari kumpulan tulisan dari buku -- buku yang berderet di perpustakaan, terpajang di toko buku dan tersaji di gawai gawai dalam wujud e book.
Saya sering menepi merenungi tulisan yang berumur lebih tua dari perkawinan saya, jauh lebih kuno dari gawai dan laptop yang sudah berganti 3 sampai 4 kali. Bahkan saya bingung ke mana mesin ketik bersejarah yang pernah mengantarku menikmati honor tulisan dari suara tak tik mesin ketik. Ah, jejak sejarah.Â
Betapa rindu menengok kegelisahan masa lalu saat gelegak masa muda masih menderu. Kini seiring berlarutnya usia dan rambut- rambut di kepala semakin keperakan jejak tulisan itu seperti membuatku muda kembali. Ternyata aku masih menyimpan jejak sejarah dari tulisan- tulisan yang pernah terkumpul di buku folioku.Â
Lucu, tragik, mengharukan dan memalukan. Membuat rasa rindu ketika kebebasan menjadi barang yang langka saat ini, terkaget- kaget ketika  ada kenekatan yang terlintas setelah lama hidup dalam rasa minder, malu, jengah dan takut hanya untuk sekedar menyatakan cinta pada kekasih yang dirindukan.
Sekumpulan catatan entah kisah cinta, penderitaan, petualangan itu bisa tersimpan rapi dalam memori digital saat ini dan saya tidak perlu repot menyimpannya di rak- rak buku. Sudah ada blog, sudah ada blog keroyokan yang mampu menjadi menyimpan ingatan tentang hasil tulisan penulis seperti saya bahkan jejak digital itu juga bisa merekam seberapa banyak pembaca yang sempat melirik dan sedikit membaca baris demi baris cerita penulis.
Betapa kaya pengalaman penulis. Mereka pernah mempunyai pengalaman bagaimana memulai menulis, bagaimana susahnya mewujudkan ide menjadi sebuah artikel, cerpen, bahkan novel.
 Dulu saya tidak bisa membayangkan ketika ratusan bahkan ribuan tulisan bisa tersimpan rapi dan sewaktu -- waktu bisa membacanya dengan membuka situs web yang menyimpan tulisan -- tulisan para penulis termasuk saya.
Jika membaca tulisan tulisan itu serasa berenang di air sejarah kata.Saya tidak peduli suatu saat nanti jejak tulisan itu akan memberi sentuhan bahwa perjalanan menulis ternyata sudah berumur puluhan tahun tetapi rasanya saya belajar menulis baru kemarin setelah menikmati puluhan dan ratusan dari penulis- penulis lain yang mempunyai pengalaman mirip saat memulai menulis. Saya masih belum  apa -- apa dibanding yang lain, Sebagai penulis saya hanya menang usia tentu belum tentu menang dalam menangkap esensi dan kedalaman tulisan.
Dunia punya banyak cerita. Ada cinta, ada kebencian, ada permusuhan dan berbagai konflik negara serta perseteruan. Saya ingin berkisah apa saja di buku ini, agar memori saya dapat saya catat. Suatu saat mungkin aku tersenyum membacanya. (Cuplikan tulisan saya di tahun 1996)