Kompas tahun ini merayakan Ulang Tahun yang ke-54 (28 Juni 2019). Menilik umurnya Kompas telah melewati babak Akhir orde lama, menyusuri jejak- jejak orde baru, menjadi saksi keruntuhan dua orde itu dan melangkah pada orde reformasi yang penuh gejolak politik.Â
Seperti orang yang sudah kenyang pengalaman hidup Kompas menyusur momentum tanpa gelegak jiwa yang besar untuk mengritik tajam dan penguasa.Â
Kata- kata Kompas benar- benar di tata untuk tidak menggedor emosi penguasa yang suka senewen jika dikritik dan main gusur serta breidel jika tidak taat aturan main.Â
54 tahun bertahan sebagai media yang bijak dalam memilih kata kadang sering dikritik terlalu lembek saat menyerukan fakta dan tidak berani frontal saat menghadapi penguasa yang represif, istilah kasarnya main aman.
Prinsip Kompas yang Luwes Mengikuti Zaman dan Orde
Teringat kata kata latin Fortiter in re, sed suaviter in modo teguh dalam perkara, luwes atau lentur dalam cara . Saya hampir setia mengikuti kompas terutama membeli koran edisi Sabtu Minggu (sebab saya akan membaca kompas dari senin sampai jumat di kantor.Â
Di koran Sabtu Minggu saat libur saya lebih suka bacaan ringan, gaya hidup, puisi, kolom terutama seni budaya. Puisi, cerpen, travelling dan bacaan artikel inspiratif.
Terus terang dalam hal keberanian mengungkapkan fakta Tempolah jagonya, tetapi untuk bacaan intelek dan bijak kompaslah tepatnya. Pendiri Kompas P K Ojong dan Jakob Oetama sering berbeda pendapat dalam hal prinsip jurnalistik dan idealisme pemberitaan. Namun keduanya adalah orang-orang terpilih yang mewarnai sejarah pemberitaan dari masa ke masa.
Tidak banyak media konvensional, media cetak besar yang bisa bertahan selama 54 tahun, Kompas mampu dan tetap eksis sampai sekarang adalah sebuah pencapaian hebat.Â
Ekspansinya menggurita dari publishing, sampai hotel dan properti. Ekspansi usaha itu tentunya dimaklumi karena jika hanya mengandalkan koran dan perusahaan media akan berakhir rugi dan bahkan bisa- bisa gulung tikar.Â
Ketika era manual dan konvensional dianggap kuno mau tidak mau Kompas pun harus berani berspekulasi medianya tidak tergerus perkembangan zaman. Menjejak digital, merambah keinginan warga dengan menampung hasrat warga yang hobi menulis menjadi jurnalisme warga semacam kompasiana.