Negara butuh orang- orang  cerdas untuk membangun tahapan pendidikan karakter yang baik bagi generasi penerus, bukan memperlihatkan kebodohan yang sengaja dilakukan untuk membantah fakta dan menipu kenyataan dengan ngotot menampilkan dalil- dalil halusinasi yang nyatanya tidak terbukti kebenarannya.
Kami tahu setelah sidang anda para pakar di bidang hukum sedang tertawa- tawa dan foto- foto selfie bersama sebagai satu almamater yang tahu persis celah- celah hukum. Anda saja sedang bersandiwara sebab anda memang dibayar untuk memenangi perkara meskipun harus mengacak - acak nurani pendengar dan pemirsanya.
Jangan Sampai Masyarakat Menjadi Gila Gara- Gara Perdebatan Tidak Berujung
Hampir setahun kami dibuat gila oleh ulah- ulah petualang politik yang terus bersikeras berperang opini. Mental lelah dan capai melihat anak- anak bangsa saling bersitegang untuk sebuah pilihan politik.Â
Tahukah anda, gara- gara sidang masif di televisi yang siarkan secara live ataupun streaming persahabatan dengan teman sempat putus, silaturahmi dengan tetangga sempat stagnan dan simpang siur pembicaraan di WA menjadi tidak sehat.
Jangan lagi digiring ke arah isu bodoh yang membuat lagi- lagi harus mengerutkan dahi untuk sebuah kegiatan yang seharusnya digunakan untuk usaha produktif.Â
Menghadapi masalah sehari- hari saja di mana barang- barang kebutuhan sehari- hari  mahal sementara pendapatan tidak seberapa sudah pusing tujuh keliling, masih harus berlelah menyaksikan pertunjukan kebodohan yang menjadi perhatian hampir setiap hari di layar kaca atau di internet.
Banyak Youtuber berusaha mengaduk aduk emosi dengan judul yang membuat adrenalin membuncah meskipun faktanya beritanya sangat biasa jauh dari menarik, tetapi kesan sensasi sudah muncul lewat judul yang heboh. Satu persatu orang tertipu oleh penampilan luar, visualisasi yang diperlihatkan seolah- olah pemilik kebenaran.
Banyak orang menjadi pandai bicara, pandai khotbah padahal hanya mempunyai bekal popularitas dan viewer. Pengkhotbah- pengkhotbah selebritas berseliweran di layar kaca memenuhi dahaga masyarakat pada siraman rohani instan sehingga yang terlihat secara fisik dengan kata- kata hiperbolis muncul tanpa terkendali. Banyak orang percaya tanpa mengendapkan dulu dengan proses permenungan, penelaahan, pemahaman akan fakta dan logika. Fanatisme pada tokoh menutup nurani yang sebetulnya cerdas.
Mengapa banyak orang tertipu pada penampilan, pada narasi- narasi yang mengajak orang berpikir jungkir jempalik. Sudah hilangkah rasa, sudah hilangkah kenyataan bahwa kehidupan manusia itu penuh ujian. Orang dewasa sudah melewati masa penjelajahan pada benturan- benturan masalah yang sering hinggap dalam kehidupan.Â
Sudah banyak belajar pada kesalahan, sudah banyak melewati beratnya ujian entah kegagalan, duka, lara, putus asa. Dari pengalaman tersebut manusia pasti sudah belajar bagaimana menghadapi kegagalan dan rasa frustasi.Â