Â
Anies Baswedan memang jago dalam mengolah kata. Ia  berpidato menyentil pemerintah pusat yang menurut dia kurang hadir dalam peristiwa kerusuhan 21 dan 22 Mei. Dengan berseragam ia turun lapangan mencoba mencoba menenangkan massa yang melakukan rusuh di Jakarta.
Narasi negara harus hadir dan ia menyediakan diri menjadi lambang negara yang peduli korban kerusuhan. Dalam slot gambar dan foto yang muncul di media baik televisi maupun media online Anies tampak lebih terkonsentrasi untuk menengok korban kerusuhan ( perusuh yang kena imbas dari gas air mata, luka- luka akibat amuk massa teman- temannya yang dibayar untuk membuat Jakarta panik oleh ulah mereka).
Bayangkan batu, molotov, petasan dilempar ke arah polisi yang menjaga aksi demo. Mula- mula aksi demo itu berjalan damai, tetapi ketika hari semakin larut di atas jam 21.00 massa yang entah datang darimana mengamuk menyerang polisi. Suntikan semangat terlihat ketika ada ambulan yang datang dan berhenti di jalur busway tampak di CCTV sedang bagi bagi uang. Dan merekapun menerima pasokan batu dan alat- alat untuk melakukan kerusuhan.
Di Acara Aiman Kompas TV rekaman CCTV itu diulang- ulang, penonton bisa melihat bahwa ambulan itu memang tidak membawa tenaga medis melainkan tampak sedang bagi bagi uang. Beberapa saat kemudian massa mulai agresif dan berlarian ke arah titik sasaran penyerangan di sepanjang Thamrin.
Berdiri sebagai Pemilik Rumah dan Tegas Bersikap Pada Perusuh
Sebagai Gubernur Anies bertanggungjawab untuk menenangkan massa, memberi keadilan pada semua warga, tetapi  dari jejak media Anies tampak lebih memprioritaskan perusuh yang jelas- jelas membuat ibukota mencekam. Gerakan perusuh itu tampak liar dan merugikan warga masyarakat. Selain menjarah dan mengambil barang dari para pedagang, tampaknya perusuh itu memang bukan demonstran biasa.
Bagi Jokowi Ia jelas tegas tidak mentolerir tindakan rusuh, tindakan yang hendak membuat suasana menjadi tintrim dan tegang. Korban memang harus ditolong tetapi perusuh pun harus diberi efek jera agar tidak hanya karena uang mereka menjadi agresif merusak fasilitas umum, melawan aparat, melawan negara.
Rusuh itu merugikan, membuat kota menjadi porak poranda. Untuk membuat jera tidak ada tindakan lain dengan menjebloskan perusuh ke penjara. Bagi yang masih di bawah umur dibina di yayasan sosial untuk mengarahkan anak berperilaku positif. Remaja harus mempunyai prinsip bukan hanya ikut- ikutan tanpa tahu apa sih sebenarnya misi melawan aparat tersebut.
Aniespun harus adil terhadap korban- korban tidak berdosa yang terkena imbas kerusuhan. Pedagang pedagang kaki lima, penjaga malam, pemilik toko kelontong dan gedung- gedung yang mengalami kerusakan akibat ulah perusuh.
Katakanlah perusuh- perusuh itu anak nakal yang kurang perhatian. Mereka harus disadarkan untuk tidak mudah dimanfaatkan elite politik melawan pemerintah yang sah. Hanya dengan amplop yang tidak seberapa mereka menggadaikan nurani hanya mengabdi pada mereka yang bernafsu ingin berkuasa, mengabdi pada orang- orang yang kecewa, orang- orang yang ingin menggulingkan pemerintahan yang resmi. Perusuh itu sebagian masih remaja yang masih butuh pendampingan, butuh pendekatan agar tidak menjadi korban hasutan yang akan memecah belah persatuan.
Negara Harus Adil Tetapi Perusuh Tetap Harus Disentil dan Diberi Pelajaran
Negara memang harus adil tetapi bukan berarti mentolerir tindakan biadab, seakan- akan aparat(TNI,Kepolisian, membiarkan semua peristiwa memalukan terjadi). Jakarta itu pintu gerbang, jendela bagi sorotan dunia. Jika DKI  rusuh dan selalu diteror ulah perusuh lama- lama  gambaran Jakarta yang damai dan menyenangkan akan  akan segera hancur berganti dengan kecemasan bahwa negara bisa jadi sorotan kecaman dari negara lain karena kedamaian Ibu Kota tidak bisa dijaga.
Anies bukan lagi perwakilan partai yang kebetulan diusung oleh oposisi. Ia memang harus berbicara sebagai gubernur Ibu kota negara. Setelah menjadi pejabat negara ia paling tidak mendukung kebijakan pemerintah pusat, satu suara untuk tidak takut pada tekanan perusuh. Jika perusuh memang ditangkap dan dipenjarakan maka negara tidak boleh takut. Secara tidak langsung ia memang pejabat di bawah Presiden. Jakarta itu etalase  untuk memberi gambaran bahwa Jakarta layak disinggahi karena jaminan keamanan presiden. Anies Baswedan terkesan sedang menyindir pemerintah dan mempunyai kebijakan yang lebih pro Prabowo dalam memaknai kerusuhan Jakarta (Semoga saya salah duga).
Pemilu sudah selesai dan KPU sudah mengumumkan secara resmi siapa pemenangnya. Gubernur perlu bersinergi dengan presiden yang kebetulan berkantor di Jakarta, wilayah pemerintahannya, sama- sama menenangkan, menjadi gubernur bagi semua warga bukan hanya perusuh, membela keadilan dan membela yang perlu dibela. Mengenyahkan  mental -- mental perusuh yang hendak mengacak- acak persatuan dan kesatuan bangsa.
Anies perlu didukung dalam upayanya peduli PPSU, peduli korban kerusuhan tetapi jangan tebang pilih yang mendorong orang  menduga bahwa Gubernur Jakarta lebih pro... oposisi. Bagaimanapun kedudukan gubernur di bawah presiden maka segala sesuatu juga harus berkoordinasi pada pemerintahan pusat. Meskipun di sisi lain ia mempunyai otoritas untuk bekerja bersama stafnya memastikan Jakarta baik- baik saja. Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H