Lebih konyol pula ada pemuka agama yang memprovokasi jemaahnya melawan pemerintah. Saya tidak sedang ingin membela pemerintah, tidak pula berpihak tetapi rasanya demokrasi saat ini sudah kebablasan. Semua orang saling olok, mengolok, merasa paling benar, merasa paling demokratis. Dua kubu saat ini berhak untuk menghina, memberi pembeda dengan istilah kampret dan kecebong.
Apapun keputusan ketika dilakukan dengan cara demokratis harus dihargai. Proses pemilu yang saat ini sedang menunggu keputusan siapa pemenang resmi harus disikapi dengan legowo. Siapapun pemenangnya itulah pilihan rakyat. Tidak semua bisa disenangkan bisa dipuaskan. Ada yang menang ada yang kalah.
Kebangkitan Nasional saat ini tentu bisa mempunyai makna baru. Kalau dulu pejuang melakukannya dengan berperang dengan penjajah, sekarang masyarakat berjuang untuk kemajuan negeri ini agar mampu sejajar dengan negara- negara lain. Bukan hanya menjadi pengguna produk gadget, bukan hanya mengritik, tetapi harus mampu memberikan solusi kepada pemerintah siapapun yang terpilih.
Kalau pembelahan terus dipelihara sementara negara lain sudah berpikir bagaimana tinggal di planet lain dengan rekayasa teknologi yang jauh ke depan sementara Indonesia masih disibukkan dengan perbedaan pendapat, serta upaya makar, people power hanya karena hasil pemilu yang mengecewakan tentu negara ini akan selalu ketinggalan.
Makna Kebangkitan Nasional di Era Digital
Produk digital di era milenial ini seharusnya untuk meningkatkan efisiensi, memangkas jarak komunikasi dan membangun jaringan bisnis yang lebih efektif, tetapi banyak orang menyalahgunakan untuk bisnis hoax, menulis receh dengan status brutal menyakiti orang mengolok -- olok pemimpinnya dengan kata kata kotor dan tidak beradab.
Kalau mau ingin membangun semangat literasi ya dengan menulis dengan data-data yang bisa dipertanggungjawabkan, tidak asal menulis dan akhirnya viral. Membuat vlog, atau film di Youtube seharusnya bukan hanya ingin sensasi dan mendapat pengikut dan penonton yang banyak, terkenal karena hanya tampil konyol- konyolan bukan membangun spirit baik bagi orang lain tapi lebih hanya sebagai upaya sensasi supaya terkenal.
Mandiri: Sumbangan Rakyat untuk Negaranya
Kebangkitan Nasional harusnya dimaknai sebagai kebangkitan diri untuk menyumbang kepada negara talenta kita, kecakapan kita sehingga mengurangi beban negara yang harus memikirkan seluruh masyarakat.Â
Jika rakyat mandiri, segala keluh kesah tentang sulitnya perekonomian, harga-harga yang mahal, tiket pesawat yang meroket serta hasil pertanian yang jeblok akan bisa diatasi, caranya bagaimana, ya bekerja tekun untuk keluarga, bekerja tanpa dibebani rasa iri atas kesuksesan orang lain, tetapi mengukur diri sendiri.
Bagaimana menghadapi betapa beratnya harus menanggung beban ketika semua harga- harga merangkak naik sementara kebutuhan hidup semakin bertambah?Kerja sama dan kerja keras itulah solusinya.Â
Jika masing masing pribadi mempunyai solusi paling tidak untuk diri sendiri dan orang terdekat tentu satu persatu permasalahan bangsa akan teratasi. Jangan hanya mengeluh tetapi bertindak. Itu juga yang membuat saya harus merenung, bagaimanapun harus dilecut semangat saya untuk bekerja sesuai kapasitas.Â